Kamis, 16 Februari 2012


Kegiatan                              : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA

Tema                                    : “SULIT UNTUK MENCERAHKAN ORANG DI SAAT YANG TEPAT”
Buku                                    : 20 Kesulitan Dalam Kehidupan, Bab 18 hal. 219 – 230
Pembicara                            : Kumuda Yap Sx
Lokasi                                  : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu                                   : Kamis, 16 Februari 2012, Pk: 19:00-21:00
Jumlah Peserta                     : 37

Kisah di masa buddha
Pada masa Buddha, dengan mata Buddha –Nya beliau mampu untuk melihat karekteristik dari semua pendengar lalu materi apa yang paling tepat di sampaikan. Sehingga, ketika Dharma di sampaikan pada akhirnya banyak yang mendapatkan manfaat dan mencapai pencerahan.

Kisah-kisah di masa Buddha yang memberi inspirasi : Angulimala, Patachara, Kisah Gotami, Matakundali, Ajathasattu.

Pesan moral cerita :
-          Tahu kapan saatnya kita harus “berhenti dari ke-keliruan” dan meninggalkan semua keburukan.
-          Kekuatan “karma”  terkadang berbuah tidak hanya sekali, karena itu kita harus berhati-hati.
-          “memahami” bahwa penderitaan tidak selalu benar-benar adalah penderitaan. Namun, terkadang penderitaan adalah awal dari “kebangkitan.” Orang bisa “ter-sadarkan” oleh penderitaan seperti penyakit hanya akan berhenti ketika kita “mengalami” rasa sakit itu.
-          “menyadari”  ketidakkekalan, kehidupan muncul dan lenyap dan semua pasti berlalu.
-          Ada kehidupan pasti ada kematian.
-          Orang pintar berbeda dengan orang bijak, orang pintar hanya berpikir tentang untung dan rugi sedangkan orang bijak bisa membedakan yang benar dan salah.
-          Pada dasarnya semua orang adalah baik, hanya saja kita banyak di tutupi oleh kekotoran batin.
-          Jangan merasa pintar dan merendahkan orang lain.

Berbagai  macam karakter
Untuk bisa mencerahkan orang, terlebih dahulu kita harus mengetahui karakteristik dari setiap orang.
Orang mesti dimengerti seperti buah mangga
-          1. Tidak masak namun terlihat masak
-          2. Masak namun terlihat tidak masak
-          3. Masak dan terlihat masak
-          4. Tidak masak dan terlihat tidakmasak


Berbagai pintu Dharma
-          Ada 84.000 pintu Dharma disesuaikan dengan 84.000 kekotoran batin yang ada pada manusia.
-          Untuk dekat dengan Dharma kita memerlukan metode Terampil. Di Tzu Chi, Master Cheng Yen menganjurkan kita melakukan kebajikan dan menjalin jodoh baik dengan orang lain ini juga merupakan salah satu contoh metode terampil.
-          Melafal dan menyalin sutra.
-          Masuk kedalam keheningan meditasi untuk keseimbangan antara spiritual dan kehidupan duniawi.
-          Memberi pelayanan dan kasih dengan terjun ke tengah masyarakat.
-          Melenyapkan ego.

Empat tipe manusia
Dharma ada di mana-mana, hanya saja tergantung pada bagaimana cara kita menemukan kebenaran pada berbagai situasi. Karena, setiap orang memiliki karakteristik yang berbeda dan membutuhkan metode terampil yang berbeda pula. Di zaman Buddha sekalipun situasi seperti ini selalu ada.

Bagaikan seekor kuda yang diminta berjalan : apakah cukup dengan memberikan tanda,  membutuhkan konfirmasi yang lebih jelas, butuh pecutan,  atau mungkin meski dipecut sekalipun tetap tak bergeming.

Rintangan karma
Semakin banyak dan semakin sering keburukan dilakukan, semakin jauh dari Dharma. Semakin banyak kebaikan dilakukan, semakin dekat dengan Dharma. Itu adalah hukum alam. Karena itu, Master selalu meminta kita agar memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya untuk melakukan kebajikan.


Buddha berkata “seseorang tidak dapat dikatakan dekat dengan Ku, hanya karena setiap hari dekat bersama Ku dan memegang ujung jubahku. Tapi, mereka yang jauh dari Ku namun mengikuti ajaran Ku maka ia adalah orang yang dekat dengan Ku.” Sama halnya, meskipun kita berada jauh dari Master. Tapi jika kita mengikuti apa yang Master ajarkan,maka kita akan merasa dekat dengan beliau.


Pernyataan Dalai Lama “jika engkau menjalankan hari-hari mu dengan baik, dan terus mengumpulkan kebajikan maka tidak perlu takut bahwa engkau sebetulnya sedang menuju pada nirvana”






Karna itu, jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan untuk berbuat kebajikan meskipun kecil. Jika kita yakin apa yang kita lakukan adalah untuk kebaikan yang lain, tidak merugikan diri sendiri dan orang lain tidak peduli apakah itu bermanfaat untuk dia atau tidak, tidak peduli apakah dia layak atau tidak menerima kebaikan kita tetaplah berbelaskasih.  

Gan En.

Link terkait:
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.