Kegiatan : Bedah Buku He Qi Utara
Tema : DHARMA MASTER CHENG YEN BERCERITA
Bagian 1: Buddha Dan Para Muridnya
Bab 1: Maudgalyayana Menyelamatkan Ibunya.
Pembicara : Kumuda Yap Sx.
Tempat : Jing Si Book And Cafe, Pluit
Waktu : Kamis, 22 Maret 2012, Jam 19.00-21.00 WIB.
Jumlah peserta : 25 orang.
Kisah dari Maudgalyayana menyelamatkan ibunya, mempunyai 6 (enam) poin penting, yaitu:
Siapakah Maudgalyayana?
Salah satu siswa utama dengan keunggulan kekuatan Gaib. Bhiksu Maudgalyayana merupakan salah satu dari 10 siswa utama Buddha dan juga mempunyai keunggulan, yaitu: Kekuatan Gaib.
Dengan kekuatan gaib ini Beliau bisa kemana saja, mau hilang dan muncul
dimana pun bisa, mau terbang pun bisa dan ke alam lain pun bisa.
Keunggulan (kekuatan) ini bukan tiba-tiba datang, tetapi dikarenakan
adanya tekad masa lalu.
Menjadi siswa utama karena kekuatan tekad masa lalu. Mengapa
Sariputta dan Maudgalyayana yang dijadikan murid utama? begitu banyak
Bhiksu yang menjadi siswa Buddha, kenapa bukan Bhiksu A, Bhiksu B atau
Bhiksu C yang menjadi siswa utama. Beberapa dari para Bhiksu komplain
(protes) dan menganggap Buddha pilih kasih, tetapi Buddha mengatakan
bukan Beliau yang membuat mereka menjadi siswa utama, tetapi karena Kekuatan tekad masa lalu merekalah yang membuat mereka menjadi siswa utama.
Dalam kelahiran yang sebelumnya berjodoh dengan Buddha Sakyamuni. Kalau
kita membaca kitab Jataka yang mengisahkan kehidupan Sang Buddha pada
kelahiran yang sebelumnya, diceritakan bahwa dulu Sang Buddha adalah
seorang pengembara dan Ananda adalah pelayannya atau Sariputta adalah
rajanya, dan tidak dipungkiri bahwa ada Jalinan Jodoh pada masa kehidupan lampau
antara Sang Buddha dan siswanya, seperti juga dalam kitab Saddharma
Pundarikka Sutta dikatakan bahwa adanya jalinan jodoh antara Sang Buddha
dengan 500 Arahat.
Kita pun juga ada jalinan jodoh dengan Master,
karena jalan yang Master tempuh adalah jalan Bodhisatva dan saat
sekarang kita telah menjalin jodoh yang baik, maka bila suatu hari
Master mendapat pencerahan dan menjadi THE NEXT BUDDHA, semoga kita
semua bisa menjadi murid Master dan akhirnya juga akan tercerahkan.
Meskipun memiliki kekuatan gaib, tetapi tidak terhindar dari karma masa lalu. Bhiksu
Maudgalyayana memiliki kesaktian yang luar biasa, tetapi beliau tidak
bisa menghindar dari karma buruk masa lalunya dan meninggal dengan cara
yang cukup tragis. Buddha mengatakan "Karma tidak akan hilang,
melainkan akan tetap mengikuti kita". Dikarenakan Bhiksu Maudgalyayana
pada kehidupan yang lampau membunuh orangtuanya, maka walaupun
dikehidupan yang selanjutnya berjodoh dan menjadi siswa utama Buddha,
tetapi dampak (karma) dari membunuh itu akan tetap mengikutinya.
Karma yang diperbuat ibunya.
Hidup dalam kegelapan tanpa tahu mana yang benar, mana yang salah.
Pada
masa kehidupan sebelum adanya Buddha dan Bodhisatva dan dimana tidak
adanya Dharma, sebetulnya keadaan kehidupan itu tidaklah menguntungkan.
Dan kehidupan seperti itu berarti berada dalam kegelapan tidak tahu mana
yang benar dan salah.
Sering mengkonsumsi hewan, terutama ikan dengan memotong hidup-hidup. Sangat
suka makan daging, terutama ikan yang segar. Pengertian dari daging
yang segar itu adalah pemotongan hewan yang masih hidup. Proses itu lah
yang tanpa disadari dari setiap melakukan pembunuhan, maka karma dari
membunuh itu adalah karma yang sangat berat dan tidak bisa dihindari.
Karena itu apabila diantara kita ada saudara yang berprofesi sebagai
penjagal atau pun penjual daging, kita bisa sarankan untuk lebih baik
segera beralih profesi.
Ketidaksukaan pada orang lain sering menjadi kebencian dan kemarahan.
Ibu
beliau juga mempunyai tabiat yang kurang baik, yaitu kalau ia tidak
suka pada seseorang dan ia melihat ada sesuatu yang tidak ia sukai, maka
ia akan marah dan membenci. Keadaan seperti itu pada Zaman sekarang ini
juga bisa terjadi pada siapapun.
Ketamakan yang berdampak pada iri hati maupun kesombongan.
Ketamakan
dalam arti Materi, beliau juga tidak bisa melihat ada seseorang yang
lebih darinya (iri hati), dan ketika mempunyai kelebihan walaupun
sedikit ia tunjukan pada orang lain (kesombongan).
Alam
manusia adalah alam yang paling unik, karena dibawah alam manisia
adalah penderitaan dan di atas alam manusia adalah ketenangan.
Asura = seperti siluman.
Mempunyai
kekuatan yang mirip dengan Dewa, tetapi diliputi dengan iri hati dan
juga sering bertempur dengan dewa. Asura (siluman) hidup ratusan bahkan
ribuan tahun karena memang dimensi ruang dan waktunya berbeda dengan
alam manusia. Menderita karena iri hati (kekotoran batin) yang sangat
tinggi.
Hewan.
Bumi
sudah begitu padat tetapi masih ada begitu banyak kelahiran. Manusia
meninggal dan bisa terlahir di alam hewan, begitu juga dengan hewan bisa
terlahir menjadi manusia. Hal ini menunjukan Samsara , dimana
satu siklus kelahiran dan kematian terus berlangsung. Ada sebuah cerita
dimana ada seorang Bhiksu yang sangat melekat dengan jubahnya, dan
setelah meninggal seharusnya jubah itu diberikan kepada bhiksu yang
lain, tetapi Buddha mengatakan tunggulah sampai 3 hari, dan yang terjadi
setelah 3 hari Bhiksu yang meninggal itu terlahir menjadi kutu yang
menggigiti jubah itu. Di zaman sekarang ini ada juga yang memiliki
bentuk manusia tetapi memiliki sifat seperti hewan.
Peta = setan kelaparan.
Mempunyai
perut yang sangat besar akan tetapi mempunyai mulut yang kecil hanya
setitik dan dari mulutnya akan menyemburkan api. Jadi ketika membuka
mulut untuk makan atau pun minum maka api dari mulutnya akan
menghanguskan makanan dan menguapkan air, dan mereka menjadi sangat
kelaparan.
Di Zaman sekarang ini pun Peta ada yaitu di Negara yang mengalami krisis pangan dan air.
Ada 4 jenis Peta (setan kelaparan).
Memakan kotoran dan atau bebauan.
Tinggal di rawa.
Tidak bisa menikmati apapun.
Hidupnya bersumber dari pelimpahan jasa seperti Ulambana.
Avici = alam neraka.
Ada
18 alam neraka yang mempunyai tingkatannya masing-masing. Penderitaan
di alam neraka sangatlah luar biasa, seperti yang Buddha katakan mengapa
Buddha tidak menyampaikan keadaan di alam neraka karena manusia tidak
akan mampu menahan penderitaan di alam neraka karena tidak bisa
terlukiskan.
Ada 4 Jenis kelahiran.
Spontan =>
siapapun yang nantinya mempunyai karma baik atau buruk yang kuat maka ia
akan langsung dilahirkan, entah itu dialam dewa ataupun dialam rendah.
Kandungan => manusia
Telur
dan Kelembaban => berhubungan dengan air maka menjadi tempat
kehidupan dari makhluk seperti ayam, ikan, cacing, dan lainnya.
Kekuatan karma sebagai penentu.
- Semua makhluk mempunyai karmanya sendiri.
- Mewarisi karmanya sendiri.
- Lahir dari karmanya sendiri.
- Berhubungan dengan karmanya sendiri.
- Terlindung oleh karmanya sendiri.
- Apapun karma yang diperbuatnya baik atau buruk itulah yang akan diwarisinya.
Seberapa
besar karma yang diperbuat oleh ibunda dari Bhiksu Maudgalyayana, maka
sebesar itulah ia menanggung akibat dari karma tersebut.
Ada
sebagian orang yang kalau menjelang akhir tahun atau awal tahun
melakukan kuamia (bertanya kepada peramal nasib) bagaimana nasibnya di
tahun yang baru, apa yang boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Kalau kita khawatir pada apa yang belum tentu terjadi, berarti kita
belum memahami apa yang disebut dengan kekuatan karma. Seperti apapun
yang dikatakan seseorang maka kita langsung dipercaya, kalau itu terjadi
sebenarnya kita jadi kehilangan potensi diri kita. Ramalan tidak banyak
membawa kebahagiaan, lebih banyak membawa kecemasan, contoh kalau ada
orang yang mengatakan kepada yang lain bahwa bulan ini kamu gelap dan
jangan kemana-mana, lalu yang diberitahu itu pun mempercayai dan ia
langsung tidak mau pergi kemanapun.
Jadi kalau kejadian itu bukan
bagian dari karma kita maka tidak akan terjadi, walaupun itu terjadi
maka terimalah sebagai bagian dari yang baik. Lebih baik berdoa dan
berharap bagaimana kita bisa menerima karma buruk kita dengan tenang,
tidak perlu menyalahkan orang lain ataupun keadaan. Kalau kita tidak
menghadapi penderitaan maka tidak akan tahu seberapa sabar, kuat dan
mengerti akan kehidupan.
Penderitaan tidak selalu adalah penderitaan, penderitaan adalah merupakan akil balik dalam kehidupan.
Kebajikan kolektif mampu membantu.
- Bagaikan segelas air garam.
- Memiliki keyakinan dan jalinan jodoh pada Triratna serta seorang guru suci, adalah berkah tak ternilai.
- Berada dalam kominitas yang berjalan di jalan Dharma, merupakan moment mengumpulkan jasa kebaikan.
Kisah ini menjadi dasar bagi tradisi CAU TU atau Ulambana.
- Penting untuk selalu melakukan pelimpahan jasa pada sanak keluarga yang telah tiada.
- Meskipun orangtua telah tiada, kita masih dapat menunjukan rasa bakti kita dengan sering melakukan pelimpahan jasa bagi mereka.
Dalam
adat Tionghoa ada yang namanya perayaan Ceng Beng (sembahyang kepada
orangtua dan sanak keluarga atau ziarah ke makam) dan ada tradisi
memberikan uang kertas kepada yang telah tiada dengan membakar
uang-uangan kertas. Tetapi pelimpahan jasa yang sebenarnya bukanlah
seperti itu, melainkan adalah ketika kita melakukan suatu kebajikan
misalnya setiap hari kebajikan apa yang kita lakukan itu kita limpahkan
kepada mereka, maka kekuatan dari pelimpahan jasa itu akan menjadi lebih
besar.
Bila
Anda telah membaca dan/atau merasa SUKA dengan isi INTISARI ini, jangan
ragu-ragu untuk meng-klik tombol “LIKE” untuk Note ini.
(kami harapkan partisipasinya karena kami ingin mengetahui sejauh mana manfaaat Intisari ini untuk para pembacanya).
GAN EN.
============================================================
Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.