Kegiatan : Bedah Buku He Qi Utara
Tema : “Sebuah Perjalanan Yang Memberi Inspirasi”
MC : Po San
Sharing by : Lo Hok Lay
Lokasi : Jing Si Books & Cafe Pluit
Waktu : 15 Maret 2012, 19.00-21.00 WIB
Jumlah Peserta : 26 orang
Sharing by Lo Hok Lay Shixiong :
Awal bergabung di Tzu Chi hampir karena terpaksa. Motivasi awal saya bergabung adalah :
1. bertobat (menebus dosa), karena saya telah melakukan banyak kesalahan terhadap keluarga.
2. mencari pahala
Motivasi setelah bergabung di Tzu Chi :
1. Menolong orang lain
2. Menjadi orang baik
3. Meningkatkan moralitas
4. Belajar kebijaksanaan
Sejak
awal tahun 2008 hingga sekarang, saya aktif sebagai relawan di RSKB
Cinta Kasih Cengkareng. Di sana kita bisa melihat banyak hal, lahir,
tua, sakit, meninggal. Ada rasa senang, gembira, sedih, kemalangan,
semuanya ada. Master bilang, kalau kita mencari pahala, kita akan
kecewa. Saya pernah jatuh dan pergelangan tangan saya patah. Ini suatu
tanda bahwa, bukan berarti setelah saya berbuat baik maka akan langsung
mendapat pahala. Akhirnya saya memilih hanya menjadi orang baik saja.
Ada perkataan Master seperti ini : Zuo Zhong Xue, Xue Zhong Jue, Jue Zhong Wu
(做中學﹐學中覺﹐覺中悟). Artinya, dalam BEKERJA kita BELAJAR, ketika BELAJAR kita
akan MERASAKAN, dan setelah MERASAKAN maka kita akan TERSADARKAN.
Banyak hal yang bisa menginspirasi ketika kita bekerja. Misalnya ketika
kita ikut survey kasus, atau kunjungan kasih. Berkunjung ke rumah gan en hu
dan melihat langsung kondisi tempat tinggal mereka yang sempit, kecil,
pengap, ditambah lagi orang yang tinggal di dalamnya itu sedang sakit,
sehingga tercium bau, ada juga pasien yang terpaksa buang air besar dan
kecil di ruangan yang sama. Melihat hal tersebut, membuat kita
tersentak, ternyata masih ada yang seperti itu.

Dari melihat
penderitaan, saya BERSYUKUR, kemudian tergerak untuk membantu. Selain
itu saya juga belajar MEMAHAMI. Empat hal yaitu ZHI ZU (kenal puas), GAN
EN (bersyukur), SHAN JIE (berpengertian), BAO RONG (berlapang dada).
Sekarang saya di Tzu Chi, yang saya lakukan adalah kegiatan yang tidak
melanggar sila, berbeda dengan dulu. Di sini saya juga belajar sedikit
demi sedikit MELEPAS/mengikis ego. Dulu ketika main dan pernah kalah
sekitar 8 juta, ada perasaan kesal karena kalah, lalu menggunakan uang 3
juta lagi untuk membuang rasa yang tidak enak akibat kekalahan. Di sini
kita melihat, lingkungan sangat berpengaruh pada diri kita. Sekarang
saya bergabung di Tzu Chi, berada di lingkungan orang-orang baik, itu
sangat mempengaruhi saya untuk berubah. Hidup ini begitu singkat, saya
tidak tahu kapan hidup saya akan berakhir. Karena itu saya selalu
mengingatkan diri untuk berbicara yang baik, berpikir yang baik, dan
melakukan yang baik. Dalam ajaran Buddha juga ada 8 Jalan Kebenaran,
semuanya harus BENAR. Tanpa sadar, di Tzu Chi sebenarnya kita sudah
melatih Sila, Samadhi, dan Panna. Kita melatih diri kita, seperti yang
Master Cheng Yen katakan : Jagalah hati kita. Karena kita tidak bisa
mengendalikan ucapan/tindakan orang lain, yang bisa kita lakukan adalah
senantiasa menjaga HATI kita. Master juga mengatakan, kita di pihak yang
benar saja harus minta maaf, apalagi kalau kita yang bersalah.
Bersumbangsih adalah KEBERKAHAN.
Bersumbangsih dengan tanpa pamrih dan dengan hati bersuka cita adalah KEBIJAKSANAAN.
--Master Cheng Yen—
Master
menginginkan kita untuk membina kebijaksanaan, bukan hanya membina
berkah. Tidak melihat suatu hal berdasarkan untung atau rugi, tapi
lakukanlah hal yang baik walaupun rugi.
Dhamma ada di mana-mana. Master mengatakan setiap orang adalah sutra hidup. Jia jia you ben nan nian de jing
(家家有本難念的經), setiap orang atau keluarga ada kesulitannya masing-masing.
Ada cerita mengenai sepasang suami istri yang berjalan di tengah hujan
memakai payung. Melihat pasangan yang sedang naik motor, mereka merasa
alangkah baiknya bila mereka punya motor sehingga tidak perlu berjalan
kaki. Pasangan yang naik motor ini melihat pasangan lain yang
mengendarai mobil. Mereka berpikir, alangkah baiknya bila mereka
memiliki mobil sehingga tidak perlu kena hujan. Ternyata pasangan yang
ada di dalam mobil ini sedang bertengkar, mereka melihat pasangan yang
berjalan memegang payung tadi, mereka berpikir alangkah bagusnya bila
bisa seperti pasangan ini, yang terlihat lebih mesra dan harmonis di
bawah sebuah payung. Dari cerita ini, kita sadar bahwa kita selalu
melihat orang lain lebih baik dari kita, itu adalah pandangan yang
kurang tepat.
Berbuat baiklah setiap kali ada
kesempatan. Bilamana kesempatan sudah berlalu, baru mau mencoba, maka
kesempatan itu tak akan datang kembali.
--Master Cheng Yen—
Oleh
sebab itu, Master mengatakan LAKUKAN SAJA! Langsung wujudkan setiap
welas asih dengan berbuat baik. Cinta kasih ada di dalam diri setiap
orang, hanya perlu digali, yaitu dengan cara mengikuti kegiatan sosial,
amal, pelestarian lingkungan, dll.

--Master Cheng Yen—
Welas
asih dan cinta kasih itu bisa bertumbuh. Master juga mengatakan kita
harus bisa melihat dengan telinga, mendengar dengan mata. Awalnya saya
tidak mengerti maksud kalimat ini. Suatu saat saya melihat sebuah poster
seorang anak, di matanya ada pantulan gambar seorang relawan biru
putih. Saya lalu sadar, dari melihat poster ini saya seolah-olah sudah
mendengar ceritanya. Kemudian, ketika saya mendengar cerita para korban
musibah, saya bisa langsung membayangkan gambarannya, inilah maksud dari
melihat dengan telinga.
Sebuah perbuatan baik
memerlukan partisipasi Anda, saya, dan dia, agar dapat terlaksana dengan
baik. Karena itu, jangan sampai ada perselisihan antara Anda, saya, dan
dia.
--Master Cheng Yen—
Kehidupan
yang penuh berkah dan kepuasan adalah ketika mampu menjadikan
kegembiraan orang lain sebagai kebahagiaan diri sendiri, serta
menjadikan keberhasilan orang lain sebagai kebanggaan diri sendiri.
--Master Cheng Yen—
Di Bedah Buku ini, melihat kemajuan tim Bedah Buku, saya juga ikut merasa bahagia.
Ketika
hidup kita penuh berkah, kita harus segera menciptakan kembali berkah,
dan jangan pernah menunda, sebab kita tak dapat memprediksi masa depan.
--Master Cheng Yen—
Dalam
berkegiatan, jangan merasa terbebani, jangan merasa tidak enak karena
sudah diajak orang tertentu. Jangan ada keterpaksaan, jangan memaksakan
diri, kalo bisa ya bilang bisa, kalo tidak bisa ya bilang tidak bisa.
Kalau ragu-ragu, coba tanyakan kembali motivasi kita. Kita sendirilah
yang tahu apa yang kita inginkan. Kita harus jujur pada diri kita
sendiri. Apa yang kita lakukan dengan sukacita tentu akan lebih tulus.
Dari sini juga bisa melatih ketulusan. Selain itu kita juga mestinya
bisa bekerja tanpa pamrih (fu chu wu suo qiu/付出無所求). Semua
relawan hendaknya belajar lebih bijaksana. Senantiasa mengingat kita
semua adalah setara, tiada orang yang tidak kukasihi, tiada orang yang
tidak kupercayai, tiada orang yang tidak kumaafkan.
Kita
harus belajar menjadi orang bijaksana, harus ditumbuhkan dari dalam.
Kebahagiaan dan kebijaksanaan itu harus digali dari dalam diri kita,
bukan dari luar. Kebahagiaan datang dari MEMBERI, yang memberi lebih
berbahagia dari yang menerima. Karena dengan memberi, kita telah
menciptakan berkah, sehingga merasa bahagia. Sedangkan yang menerima
biasanya masih suka mengeluh, atau masih banyak diliputi kotoran batin.
Closing by Po San Shixiong :
- Dalam memberi bantuan, penerima bantuan belum tentu berterima kasih, namun kitalah yang berterima kasih, bersyukur, dengan penuh hormat, sehingga lebih bahagia.
- Dharma adalah yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Punya niat tapi tidak dilakukan, sama saja dengan punya benih tapi tidak pernah ditabur. Di Tzu Chi tersedia ladang yang sangat luas, siap untuk kita garap.
- Dalam hati kita ada ruang, penuhilah dengan cinta kasih sehingga tidak ada ruang untuk kebencian, dendam, dll.
Gan En.
Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.