Kamis, 08 Maret 2012


Kegiatan                              : Bedah Buku, He Qi : Utara

Tema                                    : “Jalan Para Bodhisattva”
Buku                                    : 20 Kesulitan Dalam Kehidupan, Bab Penutup hal. 259 - 266
Pembicara                            : Apriyanto sx (Redaktur Majalah Dunia Tzu Chi)
Lokasi                                   : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu                                   : Kamis, 08 Maret 2012, Pk: 19:00 – 21:00
Jumlah Peserta                     : 35


Pengertian Bodhisattva
Bodhi = pencerahan
Sattva = makhluk

Bodhisattva adalah makhluk yang memiliki motivasi kebodhi-an untuk mencerahkan dirinya dan mencerahkan orang lain. Dalam arti sempit Bodhisattva adalah calon Buddha. Tetapi didalam Mahayana Bodhisattva juga adalah makhluk-makhluk suci lainnya yang memiliki tekad bodhi yaitu para mahasattva dan bodhisattva.


Bodhisattva Ksitigarbha misalnya karena welas asihnya beliau bertekad “selama alam neraka masih belum kosong, masih banyak makhluk yang tertimpa karma buruk terlahir dialam hukuman saya bertekad tidak menjadi Buddha yang menikmati nibbana.” Di Tzu Chi Bodhisattva adalah orang-orang yang bersedia menolong penderitaan yang lain.

 Dimanakah jalan Bodhisattva itu berada?
Jalan Bodhisattva itu ada “di rumah,” ke dua orang tua kita adalah “Buddha.” Jalan Bodhisattva harus dimulai dari keluarga, kita harus berbakti dulu kepada orang tua kita.” Saat berada di jalan Bodhisattva kita harus memiliki semangat pantang menyerah, tidak boleh terlalu banyak pertimbangan dan perhitungan. Jika kita rasakan itu bisa membantu orang lain maka lakukan saja. Saat berada di jalan Bodhisattva kita harus bertekad melepaskan ego.

Tiga karakteristik klasik (syair utama untuk para murid Tiongkok sebelum memasuki sekolah formal), dibuka dengan kalimat berikut, “saat lahir, sifat alami manusia adalah baik, sifat alami kita adalah sama, dan tingkah laku kita jauh berbeda.” Dahulu pernah ada orang yang bertanya kepada Master Cheng Yen “jika setiap orang pada dasarnya memiliki sifat Buddha, kenapa masih harus belajar ajaran Buddha?” lalu Master menjawab “walaupun setiap orang pada awalnya memiliki sifat Buddha namun, dikemudian hari terbentuk tabiat buruk yang sangat berat dan jalan yang sesat. Maka ajaran Buddha adalah mencari jalan untuk kembali.” Itulah sebabnya Master mau kita bertobat bertekad untuk merubah sifat-sifat buruk kita membuang ego kita, mengikis ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan dan keraguan.

Jika kita dengan berlatih mengurangi sifat-sifat buruk kita apakah itu artinya akar kebijaksanaan kita pun sudah meningkat?

Kita membawa begitu banyak kualitas baik dan buruk yang sudah dikumpulkan dari setiap masa kehidupan yang tidak bisa dihitung yang bisa membawa kita pada penciptaan “karma.” Jadi apa yang kita tanam dari perbuatan yang kita lakukan yang mana yang lebih banyak itu akan menjadi mayoritas mewarnai kebiasaan kita, fondasi kita lahir itu sudah membawa sifat-sifat yang tertanam. Seperti “tabungan” jika sekarang kita belajar di Tzu Chi belajar pemahaman yang baik cenderung berbuat baik maka kehidupan mendatang ia akan mewarnai kehidupan kita, cenderung memiliki sifat baik. Sedangkan konghucu menitikberatkan pada bahwa lingkungan dan pendidikan yang akan membentuk karakter orang, ia akan cenderung mengikuti pola-pola lingkungannya meniru banyak dari lingkungannya.

Master mengatakan kita jangan sampai maju satu langkah mundur satu langkah atau mungkin lebih buruknya bisa mundur dua langkah, seperti mendaki gunung semakin tinggi kita mendaki maka terpaan anginnya akan terasa semakin kencang. Kita harus siap menghadapi situasi.

Ketika kita mempelajari ajaran Buddha, kita harus melenyapkan kebiasaan buruk kita, kembali pada sifat alami kita yang asli. Pikiran, perkataan, dan perbuatan harus selaras. Didalam hukum karma pikiran, perkataan, perbuatan adalah tiga jalur atau pintu yang menciptakan karma. Hukum karma berjalan lebih jauh dan lebih ke awal mulai dari “pikiran” atau “niat” maka benih-benih itu sudah ditanam dalam gudang memori kita. Apa yang kita tanam itu yang akan kita tuai, saat berbuat kebajikan artinya kita sedang menanam berkah, namun di Tzu Chi kita tidak hanya menanam berkah tetapi juga memupuk kebijaksanaan.
Ketika kita sudah bertekad untuk mempelajari Buddha Dharma  maka kita harus tekun hingga akhir. Kita tidak boleh frustasi dan putus asa saat menemui kesulitan, jika tidak maka tekad kita akan cepat merosot. Oleh karena itu, keyakinan awal kita harus  mantap.

Jangan beristirahat, karena sekali Anda mengendur, akan sangat sulit untuk memulainya kembali. Kesulitan adalah sebuah buku yang mengajarkan kita tanpa kata-kata, hadir di hadapan kita apa adanya. Marilah kita menggunakannya untuk menguji seberapa berhasil kita telah melatih diri dan mengingatkan kita untuk menjadi tulus dalam pembelajaran. Marilah kita mengubah lingkungan dengan pikiran kita, dan jangan biarkan hati kita berubah oleh hal-hal di lingkungan kita.

Gan En.

Link terkait :
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.