Kamis, 30 Agustus 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema : Sutra Hidup Manusia.
Pembicara : Johnny Chandrina (PIC Survey Kasus He Qi Barat dan Fungsionalis Pelestarian Lingkungan)
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit.
Waktu : Kamis, 30 Agustus 2012, pukul : 19:00-21:00 WIB.
Jumlah Peserta : 23 orang.

Jhonny Shixiong memulai ceritanya, semenjak kecil saya penganut Buddhis, rajin mengikuti kegiatan organisasi Maitreya. Pada tahun 1991 merantau ke Jakarta pengikut Tridharma kemudian pindah aliran ke Mahayana. Sebelumnya juga pernah ke gereja. Saya sudah mengikuti bermacam-macam ajaran, menurut pandangan saya “sesuatu hal kalau baik kenapa tidak untuk dilaksanakan?”. Setelah belajar Dharma baru menyadari apa itu Dharma.

Saya di sini akan sharing mengenai apa yang telah saya peroleh selama mengikuti kegiatan di Tzu Chi dan apa yang telah merubah keluarga saya. Semenjak mengikuti kegiatan kasus di Yayasan Buddha Tzu Chi saya mulai tersadarkan, menyadari akan ketidak-kekalan.

Pada tahun 2007 saya menderita penyakit Hepatitis, diopname selama 5 hari di rumah sakit. Hari kedua teman yang dulunya sama-sama merantau ke Jakarta ini menelpon saya, nanti malam mau besuk di Rumah Sakit, ternyata pada siang hari adiknya menelpon saya, mengabari bahwa abangnya kecelakaan digilas mobil, langsung meninggal seketika. Saya sangat shock pada saat itu, kenapa keadaan bisa berubah secepat itu. Saya menangis beberapa kali sampai tersungkur. Hubungan saya dengan teman ini sangat erat. Teman ini dulunyan pernah memberikan tempat tinggal walau dia hanya tinggal di tempat kost. Dari kejadian ini saya menyadari, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, tidak ada yang kekal. Semenjak kejadian ini, jika saya bertemu dengan orang-orang, saya akan bertanya: “Apakah kamu sudah siap meninggalkan dunia ini?” Sampai teman meledekkin saya sudah sakit jiwa. Dari ketidak-kekalan inilah saya merubah pandangan pola hidup saya. Dulu hobi saya berjudi dan main bilyard. Semenjak duduk di bangku sekolah sudah mengerti bermacam-macam perjudian, dengan pemikiran duit yang saya pergunakan adalah milik saya sendiri dan tidak merugikan orang lain, jadi tidak ada salahnya.

Dampak dari berjudi bisa melupakan keluarga, pulang kerja langsung main sampai jam 2 pagi baru pulang ke rumah.

Ada kisah dibalik perubahan pandangan pola hidup saya, pada saat itu ada satu teman yang hobi bola juga, kita masih sempat ngobrol-ngobrol pada jam 22.30 WIB tetapi pada tengah malam jam 12.00 WIB dia kena stroke lalu meninggal. Benar-benar saya tersadarkan, tiada kekalan di dunia ini.

Cerita lainnya ada seorang teman pengusaha yang baru rencana mau join usaha, seminggu kemudian dia masuk Rumah Sakit lalu dua minggu kemudian meninggal dunia. Dari kejadian ini saya berpikir, kalau waktunya sudah tiba, apa yang bisa kita bawa? Saya tersadarkan pada saat itu lalu mencari tahu jawabannya. Kebetulan waktu itu saya menonton Da Ai TV sedang menayangkan film seorang penjudi yang rumahnya sudah kebakaranpun masih mengatakan kepada teman sepermainannya nanti dia akan balik kembali. Setelah melihat film ini lalu saya mencari tahu mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian mengikuti kegiatan sosialisasi pada tanggal 3 Mei 2008. Dua bulan kemudian belajar untuk tidak mengkonsumsi daging, karena saya bergabung di team survey kasus, misi kita menolong orang lain, melepas penderitaan makhluk hidup. Dulu saya suka sekali makan sea food seperti kepiting dan kerang, pada saat hendak makan hewan tersebut masih hidup sebelum dimasak. Nah, di situlah saya terpanggil untuk tidak mengkonsumsi daging. Begitu masuk di Tzu Chi saya lebih peduli.

Dari Misi Amal menyadari makna kehidupan yang sebenarnya. Kasus pertama yang diikuti pada tanggal 3 Juli 2008, seorang bayi yang bernama Untung Mandala berusia 5 bulan, pasien menderita penyakit Hydrocepharus. Lantai rumahnya dari tanah, bukan keramik. Dengan melihat keadaan pasien ini timbul rasa bersalah pada diri sendiri karena suka berjudi menghambur-hamburkan uang sedangkan uang bagi orang yang membutuhkan memiliki nilai yang sangat tinggi. Kalau kalah judi bisa habis sekian banyak duit. Maka Johnny Shixiong pun mulai berhenti untuk berjudi. Banyak belajar dari kasus, karena setiap kasus (pasien) yang ditangani berbeda. Pernah juga ditemui pasien yang karena jarak tempuh yang lumayan jauh, lalu Johnny Shixiong memberikan ongkos kepadanya supaya naik kenderaan umum saja, ternyata ketika ditunggu-tunggu kedatangannya tidak tiba juga. Begitu tiba, Johnny Shixiong bertanya : “Kenapa baru tiba sekarang?”. Jawab pasien : “Uang yang diberikan Johnny Shixiong bisa dipergunakan untuk keperluan lain, membeli beras dan lainnya”. Maka pasien tetap menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki dengan mengirit uang yang diberikan. Kemudian hati Johnny Shixiong pun tersentuh melihat penderitaan yang diderita oleh pasien.

Kasus lain, pasien yang bernama Horiyah berusia 35 tahun, status janda satu anak. Pasien menderita tumor perut berisi air seberat 10 kg pada Agustus 2008. Kesabaran Johnny Shixiong sedang diuji. Selama setengah tahun Johnny Shixiong mengajak pasien untuk berobat, tetapi pasien selalu menolak karena takut setelah dioperasi bisa meninggal. Setelah ditentukan jadwal operasi, pasien tidak hadir. Akhirnya ulang lagi check awal semuanya. Pernah suatu hari Johnny Shixiong sampai harus mengejar-ngejar pasien di sawah, untuk membujuk pasien agar mau berobat. Dokter memberikan resep, garam Inggris diminum sedikit, malah diminum semua oleh pasien hingga pingsan lalu pasien dibawa ke RSKB ulang lagi pemeriksaan. Kasus ini benar-benar menyita waktu dan kesabaran. Johnny Shixiong berusaha untuk selalu tersenyum dan lembut ketika berbincang-bincang dengan pasien, dengan berpura-pura lembut teringat akan kata : “kebiasaaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi karakter (kebiasaan baru) kita nantinya”.

Ada lagi pasien yang penuh humoris orangnya. Seorang Oma yang telah berumur 64 tahun, bernama Lim Lay Nio menderita Tumor perut. Daging di perut seberat 12 kg, kejadian pada bulan Mei 2009. Karena mendengar isu bahwa kemoterapi bisa membuat rambut rontok dan bibir pecah-pecah, maka Oma inipun enggan untuk berobat. Untunglah, akhirnya Oma ini berhasil dibujuk oleh Johnny Shixiong, kata Dokter jika satu bulan pasien ini tidak datang berobat maka tidak bisa mengangkat dagingnya lagi. Proses operasinya selama 16 jam ditangani oleh 8 dokter. Oma ini bercerita pernah diledekin orang : ”Sudah ditabrak orang, lalu orang lain berujar wah tuh nenek-nenek sudah hamil ditabrak orang lagi, katanya penuh canda”.

Ada seorang pasien yang bernama Budiyanto menderita basalioma di hidung (tumor ganas kulit). Awalnya seperti tahi lalat lalu merambat hingga hidung dan mulutnya hilang semua, sehinggga dia menggunakan masker jika bertemu dengan orang. Johnny Shixiong teringat akan kata Master Cheng Yen bahwa Surga dan Neraka bisa dilihat di dunia ini. Bukankah hidup pasien ini serasa di Neraka? Kalau ditinjau lebih jauh, pasien ini masa mudanya seorang Pemburu dan Pembunuh Babi hingga 3 keturunan dari papanya, dirinya sampai anaknya menjual burung dan belut “fang sen”  (pelepasan makhluk hidup ke alam bebas). Mungkin ini karma yang harus dilalui pasien, pikir Johnny Shixiong, coba lihat burung “fang sen” dalam sangkar akan mematuk sangkarnya seakan-akan ingin lepas bebas dari sangkarnya. Akhirnya pasien ini juga meninggal. Johnny Shixiong sempat melayat ke sana untuk berdoa sewaktu pasien ini meninggal.

Pesan dari Johnny Shixiong, setiap pasien yang berhasil sembuh sebenarnya karena karma masing-masing individu bukan karena kita (insan Tzu Chi) demikian juga pasien yang tidak sembuh, jangan lalu menjadi beban kita merasa bersalah karena pasien tidak sembuh, karena masing-masing individu terlahir dengan membawa karmanya masing-masing. Mungkin itu adalah yang terbaik untuknya. Jika waktunya sudah tiba, siapapun tak dapat mengelaknya.

Oma Nelly berusia 92 tahun mengalami patah tulang paha kanan pada tanggal 8 Juni 2009 setelah diobati dua tahun kemudian yang kiri patah. Kemudian setelah menjalani operasi, seminggu kemudian meninggal. Sebelumnya adiknya Opa sudah pernah dibantu oleh Tzu Chi. “Pada saat survey pertama kali saya hampir dipukul”, kata Johnny Shixiong, gara-gara menanyakan apakah rumah ini kontrakan atau milik sendiri? Lalu penghuni rumah tersebut, marah sambil membawa sapu mau mengusir dan berkata kalau mau bantu ya dibantu, kalau tidak mau membantu ya sudah, pergi sana.

Berdasarkan pengalaman ini, kalau bisa kita gunakan empati memahami situasi dan kondisi pasien, sudah menderita penyakit, tentu suasana hatinya juga mudah tersinggung, jadi kalau kita berbicara harus dengan perkataan dan intonasi nada yang lembut. Kita berpikir jika seandainya kita yang berada di pihaknya bagaimana perasaan kita?
Bong Ujang, nama pasien ini sudah berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta tetapi kemudian beralih ke pengobatan alternatif atas inisiatif sendiri, berobat selama 20 kali lalu penyakitnya bukan sembuh malah makin parah kemudian balik berobat kembali ke RSCM sehingga menimbulkan kekecewaan dalam diri Johnny Shixiong. Mengapa sudah sampai begitu parah baru balik lagi ke kita? Kalau percaya sama kita sudah seharusnya dari awal berobat kemari.

Bu Yenny Suwandi 51 tahun, penderita komplikasi. Suami memiliki tangan yang cacat. Hubungan keluarga juga kurang harmonis. Dari Misi Kesehatan saya juga banyak kesempatan untuk belajar. Saya berasal dari keluarga yang kurang harmonis sehingga dulu sangat percaya pada ramalan yang mengatakan bahwa ada ketidakcocokan tahun lahir dalam keluarga. Setelah mendengar ceramah Master bahwa ada dua hal yang tak bisa ditunda yaitu berbakti pada orang tua dan melakukan kebajikan. Lalu mulai merubah diri untuk lebih mengalah terhadap orang tua karena ada kata perenungan Master Cheng Yen : “ Jika kita tidak bisa merubah orang lain, maka ubahlah diri kita sendiri ”. Cara pandang dari sudut diri kita yang diubah. Akhirnya saya mengerti setelah mengetahui ternyata papa sakit, sehingga kondisi ini yang membuat dirinya kurang nyaman dan mempengaruhi suasana hatinya, sehingga hubungan keluarga kurang harmonis.

Sebagai penutupan Hok Lay Shixiong berkata : “ Di Tzu Chi kita mengatakan apa yang telah kita lakukan dan bukan mengatakan apa yang telah dilakukan oleh orang lain dan berharap agar orang lain yang mendengarkan akan terinspirasi”.

Gan En.

Link terkait :

Gan en.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.