Kamis, 05 Juli 2012


KEGIATAN          : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA

Tema               : PERTOBATAN MILAREPA.
Pembicara        : Yabin Yap Shixiong (Program Manager DAAI TV)
Lokasi              : Jing Si Book and Café, Pluit
Waktu             : Kamis 05 Juli 2012, Jam 19.00 –21.00 WIB.
Jumlah peserta : 29 orang

Hok Lay Shixiong => Kita sering mendengar tentang Pertobatan seperti yang di lakukan relawan Tzu Chi tahun kemarin. Kisah dari Pertobatan Milarepa ini merupakan Legenda tapi juga sebuah kisah nyata yang terjadi di Tibet. Milarepa adalah seorang pemuda yang mempunyai dendam kesumat yang sangat menggunung, tetapi ia bisa bertobat dan akhirnya menjadi tercerahkan.



Yabin Yap Shixiong memulai sharing tentang Pertobatan Milarepa ini dari pengenalan murid utama dari Milarepa yaitu Gamopa (lebih dikenal dengan Raja Gamopa). Raja Gamopa mengatakan ‘’Dharma bisa menjadi Racun bila dipahami dan digunakan secara Keliru’’.





Surat Wasiat, Penderitaan dan Penghinaan.
Milarepa (Mila Berjubah Putih) => Mila adalah nama Marga, dan Repa adalah Jubah Putih.
Berasal dari Tibet Barat terlahir dengan nama Thopaga (Berita Baik) dan dari keluarga yang kaya dan terpandang di desanya. Di masa kecilnya ia hidup bahagia dengan ayah, ibu dan Peta adiknya. Ketika Thopaga berusia 7 tahun ayahnya jatuh sakit dan membacakan surat wasiat di depan paman dan bibinya juga warga sekitar yang menjadi saksi. Isi dari surat wasiat itu adalah ‘’Semua harta kekayaan ayahnya diberikan kepada Thopaga dan dalam pengawasan paman dan bibinya’’. Setelah ayahnya meninggal dunia maka paman dan bibinya segera mengambil harta kekayaan itu, lalu Thopaga dan keluarganya diperlakukan seperti budak dan diberi makan seperti makanan hewan oleh paman dan bibinya.



Ketika Thopaga sudah dewasa, ibunya meminta paman dan bibinya mengembalikan harta kekayaan itu kepada Thopaga, tetapi mereka tidak mau mengembalikannya dan mengatakan harta itu bukanlah milik Thopaga tetapi milik mereka.




Belajar Ilmu Sihir dan Membalas Dendam.
Karena mengalami penderitaan dan penghinaan ibunya menyuruh Thopaga untuk belajar ilmu sihir dan membalas dendam kepada paman, bibi dan semua warga desa, kalau ia kembali tanpa menunjukan tanda-tanda sihir di desa maka ibunya akan bunuh diri didepan matanya. Kemudian Thopaga pergi mencari seorang guru untuk belajar ilmu sihir dan setelah ia berhasil menguasai sihir yang hebat ia kembali ke desanya yang saat itu paman dan bibinya sedang merayakan pesta pernikahan anak mereka. Thopaga mengambil kesempatan ini dan menggunakan sihirnya, akibatnya sebanyak 35 orang meninggal kecuali paman dan bibinya. Setelah itu atas permintaan dari ibunya ia juga mendatangkan badai salju yang dalamnya setebal 9 bata.

Penyesalan Tiada Tara dan Pencarian Guru Sejati.
Setelah melakukan sihir Thopaga merasakan penyesal yang tiada tara dan sangat tidak nyaman, maka ia kembali mecari seorang guru yang bisa membuat ia terbebas dari perasaan itu. Thopaga pergi ke Vihara Drowo Lung dan menemui Lama Marpa Sang Penerjemah yang merupakan murid langsung dari Guru Naropa dari India. Ketika ia berguru dengan Lama Marpa, ia diperlakukan dengan sangat keras dan sebanyak 4 kali Lama meminta Thopaga membangun menara dan setiap kali menara sudah setengah jadi, Lama selalu menyuruhnya untuk menhancurkan menara dan mengembalikan tanah dan bebatuan ketempat semula.
Ke empat Menara itu adalah:
  1. Menara Bulat dipuncak gunung sebelah Timur.
  2. Menara Setengah Bulat dipuncak gunung sebelah Barat.
  3. Menara Segitiga di puncak gunung sebelah Utara.
  4. Menara Persegi setinggi 9 tingkat dan di puncaknya membentuk sepuluh tingkat.
Kesungguhan Membina Diri dan Resmi menjadi Murid.
Milarepa (Thopaga) memerlukan waktu selama 7 tahun untuk membangun menara dan saat itu terjadi 3 luka dipunggungnya yang mengeluarkan nanah dan darah sampai tulang punggungnya terlihat dari lubang luka. Saat Milarepa menerima perlakuan yang sangat keras dari Lama Marpa, ia menerimanya dengan tabah dan mengalami kelelahan batin yang amat sangat, tetapi ia tidak pernah berpikiran buruk atau jahat terhadap gurunya dan itu membuat Lama Marpa menerima Milarepa menjadi muridnya. Kemudian Lama Marpa menyuruh Milarepa untuk bermeditasi dengan tekun di sebuah gua yang disebut Gua Harimau, lalu menutup pintu gua dan bila Lama memberikan makanan melalui sebuah lubang. Di dalam gua Milarepa mengisi lampu altar dengan minyak dari mentega lalu menyalakan dan meletakan lampu itu diatas kepala, dengan cara ini ia bertekad untuk bermeditasi tanpa bergerak hingga mentega didalam lampu habis.

Perpisahan.
Sebelas bulan telah berlalu ketika dalam meditasinya itu ia melihat bahwa rumahnya sudah rusak, ibunya pun sudah meninggal dan adiknya Peta menjadi pengemis, melihat kejadian itu membuat Milarepa menghentikan meditasinya. Lalu ia menghadap Lama Marpa dan mengutarakan maksudnya untuk pergi. Kemudian Lama memberikan Milarepa sebuah gulungan yang hanya boleh dibuka kalau mengalami kesulitan dan Milarepa bersujud di hadapan Lama dan Ibu (Istri Lama), menyentuhkan kepalanya pada kaki mereka,  memohon berkah mereka lalu ia terus berjalan mundur hingga tak bisa lagi melihat wajah Lama Marpa gurunya.
‘’Tradisi ini membuat Bhiksu-Bhiksu di Tibet pada jaman sekarang, saat berpisah dengan Gurunya tidak akan bersujud karena akan membuat mereka tidak bisa lagi bertemu dengan Sang Guru, seperti yang terjadi pada Milarepa’’.

Melepas Keduniawian dan Kekuatan Tekad.
Milarepa kembali ke desanya dan melihat keadaan rumah, ibu dan adiknya Peta seperti yang dilihatnya waktu meditasi, saat bertemu dengan bibinya ia tidak lagi mendendam malah berterimakasih karena merekalah ia mengambil jalan pembebasan. Milarepa melakukan pertukaran dengan bibinya, ia menukar ladang dan rumahnya dengan sekantung gandum, kemudian mengasingkan diri di gunung dan bertekad ‘’Selama belum mencapai Pencerahan, tidak akan turun gunung dan meminta sedekah maupun persembahan dari siapapun. Walaupun jika mati karena kelaparan, kedinginan, dan oleh penyakit karena tidak ada makanan, tidak ada pakaian, dan tidak ada obat. Dengan tak mengizinkan tubuh, ucapan, dan pikirannya terganggu, ia akan berupaya untuk menjadi Buddha’’.
Karena tidak ada makanan dan gandum yang diberikan bibinya sudah habis, ia mulai memakan ilalang dan membuat tubuhnya kurus seperti kerangka, kulitnya menjadi berwarna hijau dan rambutnya pun berubah menjadi kelabu. Ketika itu terjadi Milarepa mengambil gulungan yang diberikan Lama dan menaruh gulungan itu diatas kepala, walaupun tidak ada yang bisa dimakan tetapi perutnya terasa kenyang dan ada rasa makanan dimulutnya.

Realisasi KEBUDDHAAN Dalam 1 Kehidupan.
Milarepa akhirnya mencapai Pencerahan yang luar biasa, dan mampu mengubah tubuhnya, bisa melayang dan mengunjungi semua alam suci Buddha mendengarkan ajaran di sana dan juga bisa mengajarkan Dharma pada banyak makhluk. Suatu saat ada 3 orang pemburu yang datang ke gunung dan melihat Milarepa yang kurus, mereka memperlakukannya dengan sewenang-wenang seperti melempar, menendang dan sebagainya, tetapi Milarepa tidak mengeluh diperlakukan seperti itu. Suatu hari 3 pemburu itu mengalami musibah dan meninggal karena telah memperlakukan seorang Bhiksu dengan kejam. Karena itulah ketika ada pemburu yang datang ke gunung maka Milarepa akan menyanyikan sebuah Dharma, dan pemburu yang mendengar nyanyian Dharma itu menyanyikannya lagi.
Milarepa mempunyai banyak murid dan ketika ia sudah mau meninggal maka dengan kekuatannya ia menemui murid-muridnya yang tinggal di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan.
Sebelum Parinibanna Milarepa membuat aspirasi.
‘’Sesuai ramalan para Buddha di masa lalu, makhluk hidup apapun yang telah mendengar nama Milarepa sekali saja dan padanya timbul rasa hormat, tidak akan terjerat dalam lingkaran kelahiran kembali di alam rendah selama 7 masa kehidupan’’.

Milarepa secara tingkatan KEBUDDHAAN berada setara atau satu tingkat dibawah Buddha Sakyamuni. Kalau Buddha Sakyamuni memerlukan 3 kalpa untuk mencapai KEBUDDHAAN, maka Milarepa hanya memerlukan 1 kali masa kehidupan dari seorang yang terbelenggu Samsara sampai mencapai Pencerahan.

Tanya jawab dan Sharing dari Shixiong / Shijie.

Hok Lay Shixiong => Mengapa seorang Lama boleh mempunyai Istri?
Yabin Yap Shixiong => Dalam bahasa Tibet, Lama adalah sebutan untuk seorang Guru Guna Rupa. Seseorang yang membina diri bisa menjadi seorang Bhiksu ataupun tidak. Jaman dulu ada seorang Bhiksu yang bernama Nilopa dan ia mau untuk mempraktekkan dualisme, karena Pria melambangkan Belas Kasih, dan Wanita melambangkan Kebijaksanaan.


Wahyuni Lo Shijie => Dalam ajaran Tantrayana mengapa orang yang sudah melakukan kesalahan seperti Milarepa bisa mencapai Pencerahan?
Yabin Yap Shixiong => Terbebas dari samsara bukanlah pencerahan, ada alam setelah seseorang meninggal yaitu: Alam Sukhavatti (tempat hunian sementara) bila dalam hidup kita tidak membunuh atau melukai seorang Arahat, tidak membunuh atau melukai orangtua, maka ia akan terlahir di alam Sukhavatti. Tetapi alam Sukhavatti ada beberapa tingkatannya, laksana Bunga Teratai bila tingkatannya tinggi maka ia akan mekar sempurna, bila tingkatannya sedang maka akan setengah mekarnya, bila tingkatannya rendah maka akan kuncup. Untuk menjadi mekar sempurna memerlukan 100 hari masa pelatiha diri, dimana waktu 1 hari di alam Sukhavatti sama dengan 1 kalpa di alam manusia, tetapi di alam Sukhavatti tidak ada perasaan susah bahkan anginpun akan menjadi sebuah Dharma.

Surya Lie Shixiong => Mengenai seseorang yang dapat mengambil Ajaran yang tidak terlihat, sesungguhnya banyak sekali fenomena alam yang disebut Hukum Dhamma, yang kita sendiri tidak mampu untuk menalarnya, contohnya adalah Relic Buddha sampai sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mampu untuk menjelaskan bagaimana proses terbentuknya Relic. Begitu juga dengan seseorang yang dikatakan mampu mengambil ‘’Ajaran’’ yang tidak terlihat, ada sebuah rumor yang mengatakan bahwa seorang guru besar TERGAR yaitu Mingyur Rinpoche adalah salah satu orang yang mamapu mengambil AJARAN yang tidak terlihat tersebut. Untuk lebih lanjutnya semua kembali kepada keyakinan kita masing-masing, dan hal ini perlu dibuktikan dengan sudut pandang(Ehipassiko) yang positif.
Yabin Yap Shixiong => Terton adalah Seseorang yang bisa mengambil Ajaran Dharma dari alam dan menyimpan Ajaran tersebut, bila berada dalam suatu keadaan maka Ajaran itu bisa digunakan dan disebarkan. Seorang Terton (TERMA) boleh dan bisa untuk menikah.

Adenan Shixiong => Bila kita membaca Satparamitta.
Dana Paramitta => Adalah yang paling mudah.
Sila Paramitta => Dari kehidupan, kalau kita bisa menjalankan Sila maka kita baru bisa melakukan Satparamitta.
Tekad => Dengan Tekad yang begitu besar bisa meningkat sampai menjadi Buddha, bahkan lebih cepat dan mendekati Buddha Sakyamuni.
Jhana => Bisa langsung meningkat, dalam 1 kali kehidupan bisa langsung menjadi Buddha dengan Tekad.

Mudah masuk kedalam Tzu Chi tetapi tidak mudah untuk BERTAHAN didalam Tzu Chi. Karena Tzu Chi adalah Lingkungan Pelatihan Diri, seperti kita menunggu seseorang bila menunggu lama maka kita akan marah, maka kita memerlukan Tekad seperti Milarepa.

Bambang Shixiong => Memang masuk Tzu Chi itu mudah dan bertahan didalam Tzu Chi tidaklah gampang, seperti ketika kita memindahkan meja yang sama sebanyak 3 kali saja sudah merasa marah dan sebagainya. Jangan sering merasa tersinggung karena apa yang dikatakan kepada kita itu tidaklah ada niat (maksud) seperti itu.

Penutup.
Hok Lay Shixiong => Bila hati kita dipenuhi oleh Virus-virus penuh kecurigaan dan lainnya. Virus-virus kecurigaan itu membuat kita susah sendiri, karena Virus kecurigaan tersebut akan terus berkembang biak menjadi IRI HATI, MARAH dan BENCI yang selalu membuat Batin kita menjadi TIDAK PERNAH TENANG.

Gan En

Link terkait :
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.