Kamis, 26 Juli 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA

Tema : “Bagaimana Menggenggam Berkah”
Pembicara : Leo Samuel Salim (Relawan dari Medan)
Lokasi : Jing Si Books & Café, Pluit.
Waktu : Kamis, 26 Juli 2012 Pkl: 19:00 – 21:00
Jumlah peserta : 21 orang

Apa itu “berkah”?  Apakah yang terlintas dipikiran kita saat mendengar kata “berkah”?  tentu saja  setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Mendapati tubuh masih dalam kondisi sehat saat terbangun dari tidur adalah berkah, saat melakukan kunjungan kasih melihat penderitaan akibat sakit kita pun menyadari bahwasannya kita masih bisa bergerak bebas melakukan aktivitas ini juga merupakan berkah. Segala sesuatu jika disyukuri hal sekecil apapun maka akan jadi berkah juga. Merasakan hidup tercukupi tidak ada kerisauan itu juga adalah berkah.

Lalu bagaimana cara kita menggenggam berkah?
Master  mengatakan apa yang kita alami hari ini adalah akibat karma masa lampau kita. Jika kita ingin mendapatkan lebih banyak berkah dikehidupan yang akan datang maka mulai sekarang berbuat baiklah. Kita harus “menjalin jodoh baik” dengan banyak orang. Lalu bagaimana cara menjalin jodoh baik? Yaitu dengan TERSENYUM. Master mengatakan “hanya berikan saja dia senyumanmu, kamu sudah mengikat jodoh yang baik”. Sangat mudah bukan?

(Jing) berarti  “tidak ada kekacauan/tenang” (Si) berarti “merenung ”(yu) berarti “kata”.  Jadi 靜思語(Jing Si Yu) adalah “kata yang benar-benar harus direnungkan.”   Merenung dan berpikir  adalah berbeda, berpikir hanya berpikir saja “just think” tapi merenung berarti kita harus masuk ke dalam hati, bertanya kepada diri sendiri.


知福 Zhī  fú ,惜福 xī  fú, 再 造福 zài  zào fú,
Menyadari berkah, Menghargai berkah, menciptakan berkah

Apa yang kita pahami dari kata perenungan tersebut?
Sewaktu menyadari berkah berarti kita menyadari  apa yang kita miliki sekarang, kemudian kita harus menghargainya dengan menciptakan kembali berkah yang baru. Master mengatakan sulit terlahir menjadi manusia dan mengenal Dharma, saat ini kita sudah terlahir sebagai manusia dan mengenal Buddha Dharma bukankah kita sangat penuh dengan berkah? Berkah harus terus diciptakan. Tetapi, sewaktu kita berbuat kebajikan janganlah mengharapkan pamrih. Jika ada pamrih berarti kita bukan menciptakan berkah malah kita menciptakan keserakahan dan akibatnya kita telah menanam karma buruk. Bersumbangsihlah tanpa pamrih barulah kita benar-benar menciptakan berkah.

Kenapa harus menciptakan berkah?
“Orang yang senantiasa terus menikmati berkah dan tidak menghimpun berkah maka penderitaan berada di depan. Seperti halnya menabung uang di bank, kalau terus menerus menarik uang dan tidak menyetornya maka  tabungan akan berkurang dan kalau terus ditarik maka uangnya akan habis. Sebuah bibit yang baik selayaknya di dalam kehidupan ini, haruslah giat menghimpun. Pada saat kita mendapat berkah kita harus lebih banyak menciptakan berkah.”
(Dharma Bagaikan Air, Buku Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih p.96).

Sebenarnya perjalanan hidup ini sederhana saja, Master mengatakan “asalkan hal itu benar, maka lakukan saja.”  Kita tidak hidup di masa lalu dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan,  yang terpenting adalah harus menggenggam momen ini, saat sekarang. Dengan demikian berkah akan senantiasa bersamamu. Pada saat Yayasan Buddha Tzu Chi berdiri, harapannya adalah dapat membimbing orang yang mampu untuk menolong orang yang tidak mampu. Apakah kita adalah orang yang mampu? Ya, tentu saja  seringlah memberkati diri sendiri,  “mampu” disini bukan dikategorikan sebagai orang kaya karena tidak ada batasan untuk hal-hal seperti itu. Namun, disaat kita bisa berbuat sesuatu untuk membantu orang lain, itu sudah mampu.

4 tipe manusia
1.    富Fù 中zhōng 之zhī 貧pín
Kaum kaya yang miskin bathiniah
2.    富Fù 中zhōng 之zhī 富fù
 Kaum kaya yang kaya bathiniah
3.    貧Pín 中zhōng 之zhī 貧pín
Kaum miskin yang miskin bathiniah
4.    貧Pín  中zhōng 之zhī 富fù
 Kaum miskin yang kaya bathiniah


Kaum kaya yang miskin batiniah senantiasa terikat dengan apa yang dimiliki. Master mengatakan hendaknya kita menjadi kaum kaya yang kaya batiniah, memiliki kekayaan adalah berkah namun ” batin” kita harus lebih kaya lagi. Di Tzu Chi saat berkegiatan seperti survey kasus atau kunjungan kasih berarti kita sudah melatih kerelaan hati, melatih untuk mengecilkan ego itulah orang yang kaya batiniah. Melalui misi amal kita bisa melihat kaum miskin yang miskin batin disinilah peran kita sebagai Bodhisattva Tzu Chi merubah pemikiran mereka, membimbing mereka. Bagaimana kita menolong orang lain tidak hanya berupa barang atau materi tapi yang terpenting adalah menolong secara batiniah mereka agar mereka menjadi kaum miskin yang kaya batiniah.

Master mengatakan telapak tangan yang menghadap ke atas menandakan penderitaan, hendaknya telapak tangan kita menghadap ke bawah itu adalah sebuah berkah. Berharap dengan melihat penderitaan kita bisa menyadari diri kita penuh dengan berkah sehingga jiwa kebijaksanaan kita dapat bertumbuh namun, yang terpenting adalah menjaga jiwa kebijaksaan kita.

Menjernihkan batin manusia dimulai dengan terlebih dahulu menjernihkan batin kita sendiri, karena segala bencana yang terjadi di dunia ini berawal dari kegelapan batin manusia yaitu: ketamakan, kebencian, dan kebodohan.

“Menyayangi diri sendiri adalah bentuk membalas budi, bersumbangsih adalah bentuk bersyukur.” Tubuh adalah pemberian orang tua, menyayangi diri sendiri serta tidak membuat orang tua khawatir adalah bentuk berbakti. Pergunakanlah tubuh ini untuk berbuat kebajikan karena berbakti dan berbuat kebajikan adalah dua hal yang tidak boleh ditunda. Berbakti kepada orang tua bukanlah penghargaan yang diharapkan melainkan perhatian dan rasa sayanglah yang mereka butuhkan. Orang harus ada rasa bersyukur baru bisa bersumbangsih karena, jika dalam diri tidak ada rasa bersyukur selalu merasa kekurangan bagaimana bisa bersumbangsih?

Hati orang tua begitu lapang, kedua tangannya senantiasa menyambutmu, bukalah pintu hatimu, belajar dari kesalahan, bertobat,  dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Yang bisa menolong kita bukan orang lain melainkan diri sendiri, Master mengatakan “permasalahan adalah hadiah bagi kehidupan kita” yang terpenting adalah harus “menyadari kesalahan.”

“Semua orang selalu memohon untuk memiliki, sedangkan yang disebut sebagai memiliki itu adalah kerisauan.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

“Berkati selalu diri sendiri agar kita dapat hidup dalam kepuasan, berkati selalu orang lain agar mereka hidup dalam kedamaian.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

GAN EN

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku 
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku 
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.