Kegiatan : Bedah Buku, He Qi : Utara
Tema : Membuang Cinta Kasih Hanya untuk Menjadi Benar
Pembicara : Oey Hoey Leng sj- relawan senior Yayasan Buddha Tzu Chi
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 29 Maret 2012, pk : 19:00-21:00
Jumlah Peserta : 44 orang
Kalau dua atau tiga orang bertengkar, adakah yang benar?
Kebenaran itu sangat relatif karena setiap orang punya sudut pandang yang berbeda.
Apa maksudnya membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar ?
Contoh :
Pengalaman baksos di Tzu Chi tahun 1999 : Operasi mata, hernia, bibir sumbing, umum dan gigi. Peserta banyak, ada ribuan orang.
Biasanya untuk baksos umum dan gigi dibuatkan parsel berisi makanan kecil untuk anak-anak.
Yang terjadi, ada anak yang mengantri lagi setelah mendapat jatah parsel.
Ada relawan yang menegur dengan keras. Ada relawan senior lain yang menanyakan dengan baik-baik, ternyata anak ini mengambil lagi untuk adik kecilnya yang sedang sakit. Dari kejadian ini, bisa belajar, sebenarnya yang punya cinta kasih lebih besar adalah si anak kecil.
Ada juga pasien yang terlihat mampu, punya mobil, handphone, namun mau ikut baksos. Dari sisi relawan, berusaha mencegah karena baksos adalah hak orang yang kurang mampu.
Master Cheng Yen mengatakan : Kalau orang sudah datang ke Tzu Chi sudah merupakan jodoh yang baik, sehingga sudah sepatutnya kita menyambutnya dengan penuh cinta kasih.
Jadi, apa yang harus dilakukan?
Seharusnya kita kasihan pada orang tersebut karena telah mengambil berkah orang yang kurang mampu. Seharusnya kita berwelas asih, menyambut baik, dan menyampaikan mengenai baksos; diperuntukkan orang yang tidak mampu, dokter pun beramal. Kita yang harus dengan berbagai macam cara menyadarkan orang tersebut, dan kalau tetap ngotot tetap diperlakukan dengan baik. Mungkin, suatu hari ia akan sadar. Di sinilah, baksos merupakan salah satu tempat untuk melatih diri.
Dengan menggunakan welas asih, kita bersyukur orang tersebut telah datang menjadi bagian dari kita, dan kita bantu mencari solusi masalah tersebut.
Review:
Hubungan antar sesama:
Mengapa kita membuang cinta kasih hanya untk menjadi benar?
Konflik, pertentangan ……
Akar dari konflik adalah sudut pandang yang berbeda.
Seringkali kita percaya bahwa gagasan dan pandangan kita adalah kebenaran mutlak.
Kebenaran mutlak : adalah hal yang membawa :
Makna kebahagiaan adalah makna kehidupan (pada setiap apapun yang kita lakukan)
Menikmati momen saat ini : tenang, damai, harmoni, dan kebaikan…
”Happiness is Here and Now” – Thich Nhat Hanh
“Be grateful always for everything and everyone at every moment” – Master Cheng Yen
Bisa duduk di sini, di tempat yang nyaman, membahas sesuatu yang baik, apakah terasa bahagia?
Menikmati momen saat ini : tenang, damai, harmoni dan penuh kebaikan, pertahankan untuk detik dan menit berikutnya, dst.
Untuk mencapai ketenangan, kedamaian, harmoni dan kebaikan :
(tolak ukur kebenaran mutlak)
· Menjaga kesadaran setiap saat (berlatih)
· Mengembangkan kebijaksanaan (menjaga welas asih kepada seluruh makhluk dan diri sendiri)
· Memanfaatkan Dharma (ajaran tentang kehidupan) sebagai pedoman hidup.
Bagaimana menjaganya:
· Jadi meskipun gagasan kita (anda dan saya) saling bertolak belakang, anda masih tetap bisa menjadi sahabat saya.
· Itulah yg disebut cinta kasih tanpa pilih kasih, yaitu sesuatu yang melampaui gagasan dan pandangan kita yang biasa.
Jadi, kenapa kita membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar?
Sharing – sharing
Bambang sx :
Hal ini terjadi setiap kali tanpa kita sadar.
Misal di keluarga dan hidup bertetangga, karena hal yang tidak sesuai, sehingga kita bicara / menegur dengan suara keras, maka menjadi membuang cinta kasih.
Di Tzu Chi, kalau sering ikut gong xiu, bedah buku, mendengarkan sharing, kebijaksanaan kita akan semakin meningkat.
Herman sx :
Mensyukuri apa yang sudah didapat, sehat, tidak punya musuh, hidup harmoni.
Feranika Husodo sj:
Tema bedah buku ini pas dengan kejadian yang baru dialami.
Karena merasa benar, berdebat dengan orang yang paling disayangi.
Setelah bicara, menyadari bahwa dirinya salah, merasa tidak benar, dan harus meminta maaf.
Lina K. Lukman sj :
Dahulu terhadap nasehat orang tua, karena merasa diri sindiri benar, jadi berdebat dengan orang tua. Karena pergaulan, tidak mendengarkan nasehat orang tua, membuang cinta kasih.
Supardi Oey sx:
Merasa masa lalu nya sangat klop dengan tema bedah buku ini.
Mengenang masa-masa yang telah dilalui, sekarang merasa sudah bertindak salah, karena dahulu selalu merasa benar. Karena kebenaran tersebut, maka berpisah dengan istri.
Sebelum masuk Tzu Chi, jalan berkelak-kelok.
Setelah bergabung di Tzu Chi, merasa kehilangan banyak teman lama, karena otomatis jalan sendiri, tidak mungkin bersama teman-teman tsb.
Merasa bersyukur, kehilangan teman, namun mendapatkan keluarga besar, dan setiap saat dapat belajar yang lebih baik.
Filan sj :
Setelah bergabung di Tzu Chi, banyak belajar dari hal-hal kecil, bagaimana menghadapi orang, tata krama, belajar bersabar.
Stephen Ang sx :
Problem utama lebih ke emosi, batin kita mudah terpengaruh, terpancing.
Sering terpancing, timbul rasa marah, ketika berusaha menasehati orang tua yang sakit, untuk pantangan makan. Setelah marah, merasa tidak nyaman, merasa bersalah.
Setelah mengikuti bedah buku, juga baca artikel kecepatan batin, sekarang mulai berubah, tidak lagi memaksakan hasil. Apapun hasilnya, tetap bersabar.
Djohan Kurnia sx :
Untuk merasa benar, sangat subyektif. Tidak ada yang paling benar.
Kalau dasarnya sudah benar, kadangkala ada exception.
Ujung-ujungnya, apapun yang kita lakukan, ending-nya apakah “everybody happy?”, atau paling tidak apakah “All sides good?”. Harus dengan toleransi.
Dalam Buddha Dharma, para Bodhisatva selalu menjaga jodoh baik.
Karena kalau terlalu kaku, pecah, tidak ada kebaikan yang bisa ditanam.
Jenis dana :
Perlu proses untuk buat penjelasan, kaca mata yg digunakan untuk melihat benar dan salah.
Kita mau orang tua kita baik, sudah diberitahu, masih melanjutkan kebiasaan buruk.
Maka, bagaimana me-manage penyampaiannya dan memberikan contoh.
Jika diputusin, maka tidak ada kemjuan dua-duanya.
Jodoh pada Buddha Dharma, kepada Guru, bisa terealisasi.
Sabar lebih tinggi ilmunya daripada benar. Yang sabar lebih mudah menangkap kebenaran.
Penutup Po San sx :
Gan en.
Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
Tema : Membuang Cinta Kasih Hanya untuk Menjadi Benar
Pembicara : Oey Hoey Leng sj- relawan senior Yayasan Buddha Tzu Chi
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 29 Maret 2012, pk : 19:00-21:00
Jumlah Peserta : 44 orang
Kalau dua atau tiga orang bertengkar, adakah yang benar?
Kebenaran itu sangat relatif karena setiap orang punya sudut pandang yang berbeda.
Apa maksudnya membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar ?
Contoh :
Pengalaman baksos di Tzu Chi tahun 1999 : Operasi mata, hernia, bibir sumbing, umum dan gigi. Peserta banyak, ada ribuan orang.
Biasanya untuk baksos umum dan gigi dibuatkan parsel berisi makanan kecil untuk anak-anak.
Yang terjadi, ada anak yang mengantri lagi setelah mendapat jatah parsel.
Ada relawan yang menegur dengan keras. Ada relawan senior lain yang menanyakan dengan baik-baik, ternyata anak ini mengambil lagi untuk adik kecilnya yang sedang sakit. Dari kejadian ini, bisa belajar, sebenarnya yang punya cinta kasih lebih besar adalah si anak kecil.
Ada juga pasien yang terlihat mampu, punya mobil, handphone, namun mau ikut baksos. Dari sisi relawan, berusaha mencegah karena baksos adalah hak orang yang kurang mampu.
Master Cheng Yen mengatakan : Kalau orang sudah datang ke Tzu Chi sudah merupakan jodoh yang baik, sehingga sudah sepatutnya kita menyambutnya dengan penuh cinta kasih.
Jadi, apa yang harus dilakukan?
Seharusnya kita kasihan pada orang tersebut karena telah mengambil berkah orang yang kurang mampu. Seharusnya kita berwelas asih, menyambut baik, dan menyampaikan mengenai baksos; diperuntukkan orang yang tidak mampu, dokter pun beramal. Kita yang harus dengan berbagai macam cara menyadarkan orang tersebut, dan kalau tetap ngotot tetap diperlakukan dengan baik. Mungkin, suatu hari ia akan sadar. Di sinilah, baksos merupakan salah satu tempat untuk melatih diri.
Dengan menggunakan welas asih, kita bersyukur orang tersebut telah datang menjadi bagian dari kita, dan kita bantu mencari solusi masalah tersebut.
Review:
- Berapa seringnya kita membuang cinta kasih kita hanya untk menjadi benar?
- Terhadap siapa kita sering melakukannya; keluarga, sahabat, orang tua, atasan, bawahan, sx sj, pasien, undangan.. ?
Hubungan antar sesama:
Mengapa kita membuang cinta kasih hanya untk menjadi benar?
Konflik, pertentangan ……
Akar dari konflik adalah sudut pandang yang berbeda.
Seringkali kita percaya bahwa gagasan dan pandangan kita adalah kebenaran mutlak.
Kebenaran mutlak : adalah hal yang membawa :
- Ketenangan
- Kedamaian
- Harmoni, dan
- Kebaikan
Makna kebahagiaan adalah makna kehidupan (pada setiap apapun yang kita lakukan)
Menikmati momen saat ini : tenang, damai, harmoni, dan kebaikan…
”Happiness is Here and Now” – Thich Nhat Hanh
“Be grateful always for everything and everyone at every moment” – Master Cheng Yen
Bisa duduk di sini, di tempat yang nyaman, membahas sesuatu yang baik, apakah terasa bahagia?
Menikmati momen saat ini : tenang, damai, harmoni dan penuh kebaikan, pertahankan untuk detik dan menit berikutnya, dst.
Untuk mencapai ketenangan, kedamaian, harmoni dan kebaikan :
(tolak ukur kebenaran mutlak)
· Menjaga kesadaran setiap saat (berlatih)
· Mengembangkan kebijaksanaan (menjaga welas asih kepada seluruh makhluk dan diri sendiri)
· Memanfaatkan Dharma (ajaran tentang kehidupan) sebagai pedoman hidup.
Bagaimana menjaganya:
· Jadi meskipun gagasan kita (anda dan saya) saling bertolak belakang, anda masih tetap bisa menjadi sahabat saya.
· Itulah yg disebut cinta kasih tanpa pilih kasih, yaitu sesuatu yang melampaui gagasan dan pandangan kita yang biasa.
Jadi, kenapa kita membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar?
Sharing – sharing
Bambang sx :
Hal ini terjadi setiap kali tanpa kita sadar.
Misal di keluarga dan hidup bertetangga, karena hal yang tidak sesuai, sehingga kita bicara / menegur dengan suara keras, maka menjadi membuang cinta kasih.
Di Tzu Chi, kalau sering ikut gong xiu, bedah buku, mendengarkan sharing, kebijaksanaan kita akan semakin meningkat.
Herman sx :
Mensyukuri apa yang sudah didapat, sehat, tidak punya musuh, hidup harmoni.
Feranika Husodo sj:
Tema bedah buku ini pas dengan kejadian yang baru dialami.
Karena merasa benar, berdebat dengan orang yang paling disayangi.
Setelah bicara, menyadari bahwa dirinya salah, merasa tidak benar, dan harus meminta maaf.
Lina K. Lukman sj :
Dahulu terhadap nasehat orang tua, karena merasa diri sindiri benar, jadi berdebat dengan orang tua. Karena pergaulan, tidak mendengarkan nasehat orang tua, membuang cinta kasih.
Supardi Oey sx:
Merasa masa lalu nya sangat klop dengan tema bedah buku ini.
Mengenang masa-masa yang telah dilalui, sekarang merasa sudah bertindak salah, karena dahulu selalu merasa benar. Karena kebenaran tersebut, maka berpisah dengan istri.
Sebelum masuk Tzu Chi, jalan berkelak-kelok.
Setelah bergabung di Tzu Chi, merasa kehilangan banyak teman lama, karena otomatis jalan sendiri, tidak mungkin bersama teman-teman tsb.
Merasa bersyukur, kehilangan teman, namun mendapatkan keluarga besar, dan setiap saat dapat belajar yang lebih baik.
Filan sj :
Setelah bergabung di Tzu Chi, banyak belajar dari hal-hal kecil, bagaimana menghadapi orang, tata krama, belajar bersabar.
Stephen Ang sx :
Problem utama lebih ke emosi, batin kita mudah terpengaruh, terpancing.
Sering terpancing, timbul rasa marah, ketika berusaha menasehati orang tua yang sakit, untuk pantangan makan. Setelah marah, merasa tidak nyaman, merasa bersalah.
Setelah mengikuti bedah buku, juga baca artikel kecepatan batin, sekarang mulai berubah, tidak lagi memaksakan hasil. Apapun hasilnya, tetap bersabar.

Untuk merasa benar, sangat subyektif. Tidak ada yang paling benar.
Kalau dasarnya sudah benar, kadangkala ada exception.
Ujung-ujungnya, apapun yang kita lakukan, ending-nya apakah “everybody happy?”, atau paling tidak apakah “All sides good?”. Harus dengan toleransi.
Dalam Buddha Dharma, para Bodhisatva selalu menjaga jodoh baik.
Karena kalau terlalu kaku, pecah, tidak ada kebaikan yang bisa ditanam.
Jenis dana :
- Dana paramita
- Sila paramita : mempraktekkan kebenaran hidup.
- Santi paraminta ; ilmu kesabaran lebih tinggi daripada kebenaran. Kesulitan kita adalah sabar, setelah kita benar harus sabar. Dengan berlatih kesabaran kita memberi ruang cinta kasih. Meskipun kita merasa sudah benar, kita beri ruang untuk melihat, tidak menutup.
Perlu proses untuk buat penjelasan, kaca mata yg digunakan untuk melihat benar dan salah.
Kita mau orang tua kita baik, sudah diberitahu, masih melanjutkan kebiasaan buruk.
Maka, bagaimana me-manage penyampaiannya dan memberikan contoh.
Jika diputusin, maka tidak ada kemjuan dua-duanya.
Jodoh pada Buddha Dharma, kepada Guru, bisa terealisasi.
Sabar lebih tinggi ilmunya daripada benar. Yang sabar lebih mudah menangkap kebenaran.
Penutup Po San sx :
- Kita datang ke Tzu Chi, tempat melatih diri.
- Melatih diri bukan berarti mengubah diri orang lain, melainkan diri sendiri.
- Masing-masing punya pandangan, tidak ada kebenaran yang mutlak.
- Semua sesuai jodohnya.
Gan en.
Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku