Kamis, 18 Oktober 2012

KEGIATAN            : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA.

Tema                 : Kera yang Sombong - Buku Membeli Kebijaksanaan (bab.2).
Pembicara          : Sharing Peserta.
MC                     : Sjukur Zhuang Shixiong. 
Lokasi                : Jing Si Book and Café, Pluit.
Waktu               : Kamis 18 Oktober 2012, Jam 19.00 –21.00 WIB.
Jumlah peserta : 21 orang.

Narator / pembaca cerita : Po San Shixiong.
Pengisi suara kera dan Bihksu : Stephen Ang Shixiong.
Pengisi suara pemburu : Sjukur Zhuang Shixiong.


Isi cerita :
Narator : Disebuah gunung tinggal sekelompok kera yang hidup sangat harmonis bagai sebuah keluarga besar. Diantara mereka ada seekor kera yang sangat cerdas, ia selalu ingin menjadi pemimpin. Kera-kera lain menjauhinya, tetapi ia tetap saja sangat sombong.

“Aku lebih cerdas dari kalian, mengapa aku malah dijauhi? Tak apa, tanpa kalian pun kehidupanku tetap baik-baik saja”  kera yang sombong berkata dalam hatinya.

Narator : Suatu hari serombongan pemburu datang ke gunung tersebut (Kawanan kera melarikan diri). Tinggallah si kera sombong itu sendiri, ia menggoda rombongan pemburu dengan melompat kesana kemari memamerkan kehebatannya. Sebenarnya para pemburu tidak berniat membunuhnya, tetapi mereka menjadi marah akibat tingkah laku menjengkelkan kera itu (Kera mengejek para pemburu).

“Ayo, kita serempak memanahnya” kata Pemburu (Pemburu beramai-ramai memanah kera tersebut).

Narator : Walaupun cerdas dan lincah, ia tetap tidak dapat melarikan diri dari serangan rombongan pemburu itu dan akhirnya mati terpanah.

Bihksu : Kedamaian dalam hidup tercipta dari hubungan yang harmonis dengan orang lain. Apabila menganggap diri sendiri berbeda dengan orang lain, merasa diri lebih hebat, lebih pintar serta menganggap orang lain bodoh, maka kehidupan seperti inilah yang paling kesepian. Seandainya kera tersebut dapat hidup harmonis dengan kelompoknya, maka ketika ada bahaya ia dapat bersama-sama mencari jalan untuk menyelamatkan diri dengan kawanan kera lainnya. Sayangnya karena sifatnya yang sombong dan sok pintar,  ia akhirnya mati terbunuh. Sungguh sangat disayangkan. Kita harus memperlakukan sesama dengan lemah lembut. Jangan sekali-kali menyombongkan kehebatan diri sendiri. Dalam bermasyarakat, kita harus pandai-pandai membawa diri. Jika tidak, kita akan dikucilkan dan menderita kesepian. Kehidupan seperti itu sangatlah menyedihkan, juga merupakan kehidupan yang gagal. Dan semua itu disebabkan kesalahan diri sendiri sehingga dibenci masyarakat.

“Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri, seseorang yang diterima dan disukai oleh orang lain barulah dianggap berhasil dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga “Niat Pikiran” dengan baik”.

Sharing peserta :

Yogi Shixiong => Kera yang sombong itu, karena ia merasa yang paling pintar.

Po San Shixiong => Kera yang sombong itu merasa bisa hidup sendiri tanpa bantuan yang lain, ia merasa sombongnya seolah tanpa yang lain ia bisa hidup sendiri. Karena ia merasa sombong dan merasa pintar jadi ia berani menantang pemburu, padahal pemburunya itu tidak bermaksud untuk memburu ia, mungkin pemburu itu hendak berburu binatang yang lain, tapi karena merasa di goda dan di tantang maka pemburunya itu kesal jadi membunuhnya. Ada kata perenungan Master Cheng Yen “Semua orang punya masalah, tetapi yang paling penting jangan mencari masalah”.


Senny Shijie => Mood orang kita tidak pernah tahu, dalam lingkungan pergaulan kita mungkin ada teman yang bercandanya keterlaluan dan kelihatannya seperti nge-Sok (sombong). Mungkin saat bertemu dengan orang, lalu ia berlagak dan lagaknya itu membuat orang marah dan melampiaskan kemarahannya pada dia, mungkin saja maksudnya dia tidak begitu tapi itu membuat ia jadi seperti kena karma.

Stephen Shixiong => Saya ini suka foto dan ketika masuk kedalam kegiatan Tzu Chi, kita ada tim foto yang mendokumentasikan kegiatan. Kalau saya merasa diri sendiri hebat lalu dalam kegiatan besar dengan 4.000 – 6.000 orang, kalau saya yang foto sendiri itu kan tidak mungkin dan saya butuh juga bantuan orang lain. Mungkin diantara para anggota ini ada yang tidak mempunyai keahlian foto seperti saya, kalau saya tidak memberikan ilmu yang saya dapat, misalnya: ada yang mau foto tapi tidak tahu caranya dan saya biarkan saja lalu hasil fotonya tidak bagus, itu juga berarti tidak dapat bekerja sama dengan baik. Jadi saya juga mengSharingkan cara bagaimana membuat foto yang baik, sehingga pada hari H semua bisa berjalan lancar dan menghasilkan gambar yang baik. Seperti kera yang sombong ini, ia tidak mau untuk membagi kepintarannya dan hanya disimpan untuk dirinya sendiri saja, yang akhirnya kepintarannya itu tidak bisa dibawa ketika ia mati.

Sin Jiu Shixiong => Dalam kehidupan sehari-hari kita, memang ada yang seperti ini. Dimana ada orang yang egonya terlalu tinggi, jadi seakan-akan dia yang benar dan orang lain disekitarnya salah dan didalam keluarga sendiripun tidak terlepas dari itu.

Hendry Shixiong => Kesombongan itu memang dari si kera, tapi mungkin kera itu tidak ingin menjadi kera yang sombong. Ia hanya ingin menunjukkan jati dirinya seperti ini loh tapi hanya caranya itu salah, sehingga komunitasnya tidak menghargai kelebihan dia. Ketika ia berlagak didepan para pemburu, justru itu yang membuat ia celaka.

靜思語  Jìng sī yǔ  (kata perenungan) Master Cheng Yen : 
“Kita harus dapat mengecilkan ego kita sehalus debu, namun tidak berarti harus merendahkan diri. Justru dengan sikap penuh kerendahan hati ini, kita berusaha mengoptimalkan potensi yang ada pada diri kita”.


Johan Shixiong => Hidup didalam suatu komunitas selalu ada Pro dan Kontra , yang artinya selalu ada nilai-nilai yang saling berlawanan dan itu tidak akan pernah selesai. Point-nya adalah How to manage bagaimana menyiasati antara pandangan penilaian saya dan pandangan penilaian umum / kebanyakan orang. Oleh karena itu kita harus tahu bahwa makhluk hidup itu beragam dan manusia pun beragam, jadi bagaimana kita mengatasinya saja. Dengan pikiran yang positif akan memberi kondisi karma baik cepat berbuah, sebaliknya pikiran negative akan menjadi lahan subur bagi karma buruk untuk cepat berbuah. Kenapa di kata perenungan dalam cerita ini dikatakan “Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kita harus menjaga “Niat Pikiran” dengan baik”, karena pikiran yang baik adalah usaha kita memberi kondisi yang baik pada benih yang sudah kita bawa dan benih itu akan tumbuh subur sesuai dengan lahan yang kita berikan. Rendah hati adalah salah satu pelatihan diri kita, karena karma buruk mempunyai 3 akar, yaitu: Lobha / Ketamakan (貪  Tān), Dosa / Kebencian (瞋 Chēn), Mohha / Kebodohan (癡  Chī). Tetapi ada lagi yang lebih kecil / halus, yaitu: Kesombongan (慢 Màn) dan Keraguan (疑  Yí). Dengan melatih untuk memahami dan menyadari, barulah kita bisa rendah hati sehingga tidak menimbulkan kontradiksi dengan orang lain How to manage your life.

Hok Lay Shixiong => Kita sering kali menginginkan pengakuan. Didalam melakukan kegiatan atau dalam keseharian kita, kita selalu mengharapkan pengakuan dari sekeliling kita, seperti : pengakuan sebagai orang yang baik, orang yang pintar, yang suci, yang ganteng / cantik dan sebagainya. Ketika pengakuan seperti itu tidak didapat maka kita menjadi kecewa terhadap sekeliling kita dan kalau kita mencari pengakuan diri seperti ini sebenarnya banyak membawa masalah bagi kita. Seperti si monyet ini ketika tidak diakui maka ia merasa kecewa dan dengan kesombongannya ia merasa lebih pintar “Buat apa kumpul dengan kamu lagi mending saya pergi sendiri saja”. Sama juga seperti “Saya berbuat baik di Tzu Chi tapi tidak ada yang mengakui perbuatan baik saya, yah saya pergi saja berbuat baik ditempat lain. Buat apa saya berbuat baik di Tzu Chi tapi semua orang tidak menganggap saya”.

Tidak Menganggap Saya ini lebih dari kesombongan, yang dasarnya adalah ingin suatu pengakuan, maka kita harus belajar Berkesadaran dari keinginan-keinginan yang mengotori batin. Kalau kita menyadari ada keinginan seperti itu dalam pikiran kita, maka dengan sendirinya pikiran itu akan Drop (turun/hilang). Kesadaran itu sangatlah dibutuhkan, setelah kita mempunyai kesadaran maka sikap rendah hati juga akan timbul, Master mengatakan “Dalam keseharian kita harus berusaha untuk sadar, tidak mudah terpengaruh oleh kondisi luar”. Batin kita haruslah  Jìng  = Tenang / hening dan kita belajar untuk kearah itu, sehingga batin kita yang sudah tenang seperti air yang jernih dengan sendirinya Kebijaksanaan kita akan terus meningkat/bertambah.

Leo Shixiong => Saya sering mendengar tentang  心款 , 念純  Xīn kuǎn , niàn chún = Hati yang Lapang dan Pikiran yang Murni. Kalau diartikan dengan lebih luas, 上人Shàng rén (Master) mengatakan 心款不傷人 , 念純不傷己 = Xīn kuǎn bù shāng rén , niàn chún bù shāng jǐ “ Hati yang lapang tidak mencelakai orang lain , Pikiran yang murni tidak mencelakai diri sendiri.


靜思語  Jìng sī yǔ  (kata perenungan) Master Cheng Yen :
“Akur dengan orang lain begitu sulit, menyinggung orang lain begitu mudah”.

Wahyuni Lo Shijie => Pada dasarnya setiap orang mempunyai jalinan jodoh dari kehidupan sebelumnya. Tipe manusia ada 2 macam yang datang kepada kita, yaitu: ada yang datang untuk memupuk jasa kebajikan dan ada yang datang untuk menagih hutang karma kepada kita. Kalau kita sulit untuk bisa akur dengan orang lain, berarti dalam kehidupan yang lalu belum membuat jodoh baik, mungkin ada orang-orang tertentu yang tidak bisa akur, seperti kalau dia mengatakan pendapat A dan yang lain mengatakan B maka tanpa sadar kalau mereka berkomunikasi antara satu dengan yang lain tidak pernah sejalan dan apapun yang disampaikannya membuat salah satunya tersinggung.

Hok Lay Shixiong => Menyinggung orang lain atau diri sendiri memang begitu mudah, bukan hanya menyinggung orang lain itu mudah tapi diri kita sendiri juga mudah untuk tersinggung. Saya dengan orang lain itu sama, saya adalah orang lain dan orang lain adalah saya. Jadi kenapa saya mudah tersinggung? Karena saya tidak bisa menerima, tidak bisa memahami dan tidak bisa memaklumi baru bisa tersinggung. Kalau saya bisa memaklumi  dan bisa menerima kata-kata dari yang lain tentunya saya tidak akan tersinggung. Kita di Tzu Chi ada Sup 4 rasa, yaitu: 知足  Zhī zú (Berpuas Diri), 感恩  Gǎn ēn (Bersyukur), 善解  Shàn jiě (Berpengertian), 包容  Bāo róng (Memaklumi / bertoleransi).  Kalau saya Bersyukur mempunyai teman dan berjodoh dengannya, bagaimana saya bisa tersinggung kalau dia berbicara? Kalau saya Memahami  saat dia lagi stress dan sedang banyak urusan lalu dia berbicara agak kasar, bagaimana saya bisa tersinggung?, jadi kalau Sup 4 rasa ini kita minum terus setiap hari dan ada orang yang marah/bicaranya kasar terhadap kita, dan kita berfikir “Ah, mungkin dia lagi labil jadi maklumi saja” maka kita tidak akan tersinggung. Begitu juga kalau kita berbicara kepada orang lain harus kita jaga, karena saya bersyukur ada teman jadi saya harus jaga omongan saya supaya tidak melukainya, jangan sampai kata-kata saya membuat ia kecewa dan bukan dengan kata-kata seperti “Saya kalau ada salah maaf yah, saya lagi bete nih”, kita tidak boleh seperti itu.

Ada kata perenungan Master “Jadilah kita orang yang Pemaaf , tapi jangan menjadi orang yang selalu meminta maaf” misalnya kita berulang kali meminta maaf tapi kita terus mengulangi lagi kata-kata yang bisa melukai,  jadi kita melakukan kesalahan berulang-ulang. Dengan minum Sup 4 rasa Tzu Chi ini setiap hari, kita jadi bisa lebih berhati-hati dalam berbicara dan juga ada Gan En, Zun Zhong, Ai . Zun Zhong / Menghormati, bagaimana kita menghormati orang lain? waktu kita berbicara dengan orang lain dan waktu meminta pendapat orang lain, kita juga selalu menghormati. Kalau saya meminta pendapat dengan orang dan pendapatnya itu tidak sesuai dengan keinginan saya, maka saya terima saja dan tidak mendebat orang itu karena kalau kita debat malah ia akan tersinggung.

Johan Shixiong => Akar karma buruk sangat mewarnai apakah kita bisa atau tidak untuk akur dengan orang lain. Jadi bagian dari pelatihan diri kita selain menyadari adanya Lobha, Dosa, Mohha tapi kita juga harus menyadari adanya Manna / kesombongan dan adanya keraguan. Oleh sebab itu akan mewarnai seberapa besar pelatihan diri kita. Manusia adalah produk budaya, dimana saya lahir, tumbuh besar dan di didik, saya mewarisi sistem nilai yang berlaku dimasyarakat. Kita yang berada dikomunitas ketimuran membuat kita harus mengalah kepada orang / sedikit merendahkan hati, tapi kalau kita lahir di Barat maka disitu mempunyai kebiasaan Sportive kalau kita bersaing maka kita jangan mengalah pada orang karena itu tidak sopan, misalnya kita saat bersaing sengaja mengalah supaya ia bisa menang tapi ia akan marah pada kita karena kita tidak sportive. Jadi system penilaian yang berbeda kalau melihat permasalahan yang sama, hasilnya tidak akan sama / berbeda.

Bambang Shixiong => Si monyet ini sebenarnya tidak menjadi target, tapi karena kesombongannya akhirnya ia di panah dan mati. ini sama juga seperti kehidupan kita seandainya kita berjalan dan melewati suatu gang yang banyak premannya, kalau saat kita lewat jalan itu kita sopan kepada mereka maka mereka tidak akan mengganggu kita. Tetapi kalau kita lewat dengan sikap menantang maka itu akan menjadi pertengkaran, kalau saya hanya sendiri dan mereka itu banyak maka saya akan seperti monyet dalam cerita ini yang mati dipanah.

Wahyuni Shijie => Setiap manusia memiliki noda batin, salah satunya kita tidak bisa melihat kedalaman dari isi hati manusia, dari luar kita melihat dia ini diam tapi kita tidak tahu bahwa batinnya tersinggung. Jadi pada dasarnya harus mempunyai toleransi yang tinggi, mungkin karena dari lingkungan keluarga yang berwatak keras membuat ia berbicara dengan nada keras, mungkin dengan ucapannya itu ia tidak bermaksud untuk menyinggung tapi secara tidak sengaja sudah menyinggung orang lain.

靜思語  Jìng sī yǔ  (kata perenungan) Master Cheng Yen :
“Terhadap diri sendiri kita harus rendah hari dan bisa menerima pendapat orang lain, terhadap orang lain hendaknya kita menghargai kesempatan dapat bergaul dan bekerja sama”.

Gan en.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.