Kamis, 11 Oktober 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA

Tema : Keindahan Kehidupan/生活美學 Sheng Huo Mei Xue
            1. “轉彎看世界 Zhuan Wan Kan Shi Jie” Berputar Melihat Dunia
            2. “雙頭鳥 Shuang Tou Niau” Burung Berkepala Kembar
Sharing by : 許榮祥 Xu Rong Xiang Shixiong (salah satu komite dan pembimbing senior Bedah Buku Taiwan)
Penerjemah : Hendry Zhou Shixiong
Lokasi :  Jing Si Books & Cafe Pluit
Waktu : 11 Oktober 2012, 19.00-21.00 WIB
Jumlah Peserta : 59 orang

Sharing by Xu Rong Xiang Shixiong :
Dengan hati merasakan keindahan hidup di manapun juga. Membaca adalah awal dari semua keindahan kehidupan. Bila membaca dilakukan satu orang, maka hanya satu orang yang mendapat kegembiraan. Bila bersama-sama membaca, maka setiap orang akan mendapat hal-hal menarik yang berbeda.

Untuk saat ini mari kita buang semua cara bedah buku yang biasanya, kita akan mencoba cara baru yang lebih menarik. Kita akan menggunakan suasana yang santai, ceria, dan hangat dalam bedah buku yang berbudaya humanis ini. Keindahan budaya humanis akan terpancar secara alami. Hati dan pikiran akan terbuka dan terasa lebih lapang. Mari kita sama-sama membuka jendela keindahan dalam kegiatan membaca bersama ini.

Tanggal 7 Oktober yang lalu adalah hari peresmian Jing Si Tang, bangunan yang sangat agung, megah, dan kokoh. Di dalamnya terdapat Universitas Pengembangan Masyarakat (Tzu Chi Learning Centre). Learning Centre seperti ini sudah ada di Taiwan, terdapat 20 cabang di sana, dan di Malaysia serta Singapura juga sudah ada. Cabang di Indonesia akan segera dibuka, pada kesempatan ini mari kita mencoba belajar salah satu temanya.

Tema hari ini adalah : 轉彎看世界 Zhuan Wan Kan Shi Jie/ Berputar Melihat Dunia.
Melalui musik dan isyarat tangan, kelas ini bertujuan membuat hati kita lebih lembut, membangun interaksi positif serta kekompakan bersama. Melalui cerita sederhana, kita bisa mendalami dharma dalam cerita untuk mengintrospeksi diri. Dan melalui sharing Kata Perenungan, kita bisa memilih solusi yang paling sesuai bagi kita. “Cerita sederhana dengan makna yang dalam,” sehingga kegiatan Bedah Buku akan terasa menarik penuh sukacita, dan mendalam.

(Xu Shixiong mengajak semua peserta mendengar lagu 轉彎看世界 sambil menyimak liriknya, dibarengi dengan isyarat tangan dari Su Hui Shijie)


轉彎看世界 :

“春雨綿綿落袂停  熱天赤焰亂心神
Hujan musim semi turun tak henti
Musim panas sangat membuat hati kacau

秋葉飄零親像阮  冬天霜雪也無情
Dedaunan musim gugur beterbangan menerpa diriku
Salju di musim dingin juga tak berperasaan

人講花無百日紅  袂凍萬事照希望
Orang bilang tidak ada bunga yang mekar selamanya
Tidak semua hal terjadi sesuai harapan

若是轉彎看世界  四季就攏無同
Bila berputar melihat dunia
Empat musim semuanya tidak ada yang sama

春天花開人輕鬆  夏天清風透心涼
Bunga bermekaran di musim semi, orang-orang tiada beban
Angin sepoi-sepoi musim panas menyejukkan hati

秋天月圓正當時  冬筍回甘又春天
Bulan purnama tepat di saat musim gugur
Musim dingin berakhir, bertemu lagi dengan musim semi”

 Sharing peserta mengenai lagu 轉彎看世界 :
  • Suka dengan shouyunya (isyarat tangan)
  • Suka dengan lirik lagunya
  • Lagunya sangat bagus, hati akan tenang bila melihat segala sesuatu dari sisi positif, bila ada masalah, itu pasti akan berlalu juga.
  • Tidak semua hal bisa terjadi sesuai harapan. Yang tidak sesuai bukan berarti tidak baik, yang sesuai juga belum tentu baik. Bersyukur atas semuanya, maka semuanya adalah baik.
  • Inti dari lagu ini adalah agar kita belajar melihat segala sesuatunya dengan berputar, yaitu melihat dari sisi lain.




Sharing by Xu Rong Xiang Shixiong :
Pada sesi berikut ini kita akan membaca buku. Sebuah kisah sederhana dari buku “Membeli Kebijaksanaan”, yaitu “Burung Berkepala Kembar”.



















"Burung Berkepala Kembar"

Alkisah ada seekor burung berkepala kembar. Saat kepala yang satu beristirahat, kepala yang lain harus tetap sadar untuk berjaga. Salah satu kepala sangat suka tidur sehingga kepala yang lain harus selalu sadar. Suatu saat ketika kepala yang suka tidur sedang tertidur pulas, kepala yang sadar memakan buah yang jatuh di dekatnya tanpa membangunkan kepala yang sedang tidur. Ketika kepala yang suka tidur itu mengetahui ia tidak dibangunkan, ia pun merasa kesal dan berniat membalas dendam. Karena itu ketika mereka bergantian berjaga, kepala yang suka tidur mendapati ada sebutir buah yang jatuh di dekatnya, namun buah itu beracun. Kepala yang suka tidur itu, akhirnya memakan buah tersebut, ia berpikir seandainya mati pun mereka akan mati bersama.

Kepala yang suka tidur adalah kehidupan lampau Devadatta, sedangkan kepala yang selalu sadar adalah sang Buddha. Pikiran manusia sangatlah sulit dikontrol, terhadap Devadatta yang adalah adik sepupu dan akhirnya menjadi muridnya saja, Buddha kesulitan mengubah sifatnya. Melatih diri haruslah mengandalkan diri sendiri. Hanya dengan melatih diri sepenuh hati, bersedia bekerja keras untuk melenyapkan ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan kecurigaan, barulah kita dapat melenyapkan noda batin. Jika tidak demikian, ibarat terlahir sebagai burung berkepala kembar yang memiliki tubuh yang sama, tetap akan memiliki niat buruk mencelakakan orang lain. Dengan menyakiti orang lain, sesungguhnya kita sedang menyakiti diri kita sendiri.

 Sharing peserta mengenai cerita “Burung Berkepala Dua” :
  • Kepala yang memakan buah sendiri tanpa membangunkan kepala yang suka tidur, ada beberapa sebab : karena ia tamak, maka ia makan sendiri; karena ia tidak tega membangunkan kepala yang sedang tertidur pulas; karena walaupun ia yang makan, tapi akan sama-sama kenyang juga.
  • Cerita ini ada hubungannya dengan hukum karma, yang rajin akan mendapatkan buah manis, yang malas akan mendapatkan buah beracun.
  • Devadatta adalah sepupu Buddha, tapi pelatihan diri adalah masing-masing, siapa yang melatih maka dialah yang mendapat.
  • Semuanya tergantung pikiran kita, bila kita berpikiran positif maka semuanya adalah baik, bila berpikiran negatif maka semuanya adalah tidak baik.
  • Jangan karena perbuatan baik yang kecil sehingga tidak mau melakukan, marilah kita sedikit demi sedikit melakukan kebaikan setiap ada kesempatan.
Sharing by Xu Rong Xiang Shixiong :
**Mendengar begitu banyak sharing dari Shixiong Shijie semua, saya juga banyak belajar. Kembali melihat ke kehidupan nyata, mungkin kita pernah bertemu dengan situasi seperti burung itu, kadang kita tidak ada niat buruk tapi muncul efek yang tidak kita harapkan. Kadang kita ada sedikit ketamakan dan merasa itu tidak apa-apa, tapi sesungguhnya efeknya sangat menakutkan.


**Hati dan pikiran yang polos, niat yang murni, yaitu dengan cara : dalam kehidupan ini menjadi orang yang berperasaan netral, maka setiap hal yang menurut orang lain baik atau buruk, tidak akan mempengaruhi kita. Kedengarannya sangat sulit dibayangkan. Bila masalah datang, maka timbul persepsi, bila terasa tidak enak maka akan terasa terluka, hal seperti ini adalah suatu pelatihan yang harus kita latih terus.

**Orang-orang yang kita temui dalam kehidupan ini (yang berjodoh dengan kita) dapat digolongkan menjadi dua jenis :
  • Yang datang membalas kebaikan kita
  • Yang datang ‘menagih hutang
Shixiong Shijie perhatikan sendiri orang-orang yang ditemui, apakah mereka datang untuk membalas kebaikan kita atau menagih hutang, kemudian bagaimana cara kita menyikapinya?
Kita bisa bertemu di sini dan pada saat ini karena adanya jalinan jodoh. Bila seseorang itu datang untuk membalas budi, maka kita biasanya merasa nyaman ketika bertemu dengannya, kita bisa terima apapun yang dilakukannya. Namun bila kita memiliki niat tulus mau ‘ditagih hutang’, hendaknya kita bertekad untuk membayar hutang itu dengan lunas, karena dengan demikian akan membantu agar kita terlahir di alam sukhavatti.

**Setiap kegagalan, kemunduran, kesedihan, dan kesulitan, hanyalah sebuah potret sementara dalam perjalanan hidup ini. Mungkin saja belokan atau putaran berikutnya, yang menunggumu adalah : sebuah senyuman, sebuah seruan, sebuah kejutan, sebuah keramaian yang berlangsung lama, sepasang raut mata anak kecil yang sepenuhnya menerima dirimu.



**Kata Perenungan : 心寬不傷人, 念純不傷己 xin kuan bu shang ren, nian chun bu shang ji.
Dengan berlapang dada maka tidak melukai orang lain, dengan berniat murni maka tidak melukai diri sendiri. Dengan demikian barulah tidak akan timbul perselisihan atau bahkan dendam kepada dengan orang lain. Dengan mengubah pikiran, maka kehidupan juga ikut berubah. Menggenggam erat jalinan jodoh yang ada, memanfaatkan potensi dalam kehidupannya, adalah orang yang paling penuh berkahnya.

Gan En _/\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.