Kamis, 30 Agustus 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema : Sutra Hidup Manusia.
Pembicara : Johnny Chandrina (PIC Survey Kasus He Qi Barat dan Fungsionalis Pelestarian Lingkungan)
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit.
Waktu : Kamis, 30 Agustus 2012, pukul : 19:00-21:00 WIB.
Jumlah Peserta : 23 orang.

Jhonny Shixiong memulai ceritanya, semenjak kecil saya penganut Buddhis, rajin mengikuti kegiatan organisasi Maitreya. Pada tahun 1991 merantau ke Jakarta pengikut Tridharma kemudian pindah aliran ke Mahayana. Sebelumnya juga pernah ke gereja. Saya sudah mengikuti bermacam-macam ajaran, menurut pandangan saya “sesuatu hal kalau baik kenapa tidak untuk dilaksanakan?”. Setelah belajar Dharma baru menyadari apa itu Dharma.

Saya di sini akan sharing mengenai apa yang telah saya peroleh selama mengikuti kegiatan di Tzu Chi dan apa yang telah merubah keluarga saya. Semenjak mengikuti kegiatan kasus di Yayasan Buddha Tzu Chi saya mulai tersadarkan, menyadari akan ketidak-kekalan.

Pada tahun 2007 saya menderita penyakit Hepatitis, diopname selama 5 hari di rumah sakit. Hari kedua teman yang dulunya sama-sama merantau ke Jakarta ini menelpon saya, nanti malam mau besuk di Rumah Sakit, ternyata pada siang hari adiknya menelpon saya, mengabari bahwa abangnya kecelakaan digilas mobil, langsung meninggal seketika. Saya sangat shock pada saat itu, kenapa keadaan bisa berubah secepat itu. Saya menangis beberapa kali sampai tersungkur. Hubungan saya dengan teman ini sangat erat. Teman ini dulunyan pernah memberikan tempat tinggal walau dia hanya tinggal di tempat kost. Dari kejadian ini saya menyadari, kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi, tidak ada yang kekal. Semenjak kejadian ini, jika saya bertemu dengan orang-orang, saya akan bertanya: “Apakah kamu sudah siap meninggalkan dunia ini?” Sampai teman meledekkin saya sudah sakit jiwa. Dari ketidak-kekalan inilah saya merubah pandangan pola hidup saya. Dulu hobi saya berjudi dan main bilyard. Semenjak duduk di bangku sekolah sudah mengerti bermacam-macam perjudian, dengan pemikiran duit yang saya pergunakan adalah milik saya sendiri dan tidak merugikan orang lain, jadi tidak ada salahnya.

Dampak dari berjudi bisa melupakan keluarga, pulang kerja langsung main sampai jam 2 pagi baru pulang ke rumah.

Ada kisah dibalik perubahan pandangan pola hidup saya, pada saat itu ada satu teman yang hobi bola juga, kita masih sempat ngobrol-ngobrol pada jam 22.30 WIB tetapi pada tengah malam jam 12.00 WIB dia kena stroke lalu meninggal. Benar-benar saya tersadarkan, tiada kekalan di dunia ini.

Cerita lainnya ada seorang teman pengusaha yang baru rencana mau join usaha, seminggu kemudian dia masuk Rumah Sakit lalu dua minggu kemudian meninggal dunia. Dari kejadian ini saya berpikir, kalau waktunya sudah tiba, apa yang bisa kita bawa? Saya tersadarkan pada saat itu lalu mencari tahu jawabannya. Kebetulan waktu itu saya menonton Da Ai TV sedang menayangkan film seorang penjudi yang rumahnya sudah kebakaranpun masih mengatakan kepada teman sepermainannya nanti dia akan balik kembali. Setelah melihat film ini lalu saya mencari tahu mengenai Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian mengikuti kegiatan sosialisasi pada tanggal 3 Mei 2008. Dua bulan kemudian belajar untuk tidak mengkonsumsi daging, karena saya bergabung di team survey kasus, misi kita menolong orang lain, melepas penderitaan makhluk hidup. Dulu saya suka sekali makan sea food seperti kepiting dan kerang, pada saat hendak makan hewan tersebut masih hidup sebelum dimasak. Nah, di situlah saya terpanggil untuk tidak mengkonsumsi daging. Begitu masuk di Tzu Chi saya lebih peduli.

Dari Misi Amal menyadari makna kehidupan yang sebenarnya. Kasus pertama yang diikuti pada tanggal 3 Juli 2008, seorang bayi yang bernama Untung Mandala berusia 5 bulan, pasien menderita penyakit Hydrocepharus. Lantai rumahnya dari tanah, bukan keramik. Dengan melihat keadaan pasien ini timbul rasa bersalah pada diri sendiri karena suka berjudi menghambur-hamburkan uang sedangkan uang bagi orang yang membutuhkan memiliki nilai yang sangat tinggi. Kalau kalah judi bisa habis sekian banyak duit. Maka Johnny Shixiong pun mulai berhenti untuk berjudi. Banyak belajar dari kasus, karena setiap kasus (pasien) yang ditangani berbeda. Pernah juga ditemui pasien yang karena jarak tempuh yang lumayan jauh, lalu Johnny Shixiong memberikan ongkos kepadanya supaya naik kenderaan umum saja, ternyata ketika ditunggu-tunggu kedatangannya tidak tiba juga. Begitu tiba, Johnny Shixiong bertanya : “Kenapa baru tiba sekarang?”. Jawab pasien : “Uang yang diberikan Johnny Shixiong bisa dipergunakan untuk keperluan lain, membeli beras dan lainnya”. Maka pasien tetap menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki dengan mengirit uang yang diberikan. Kemudian hati Johnny Shixiong pun tersentuh melihat penderitaan yang diderita oleh pasien.

Kasus lain, pasien yang bernama Horiyah berusia 35 tahun, status janda satu anak. Pasien menderita tumor perut berisi air seberat 10 kg pada Agustus 2008. Kesabaran Johnny Shixiong sedang diuji. Selama setengah tahun Johnny Shixiong mengajak pasien untuk berobat, tetapi pasien selalu menolak karena takut setelah dioperasi bisa meninggal. Setelah ditentukan jadwal operasi, pasien tidak hadir. Akhirnya ulang lagi check awal semuanya. Pernah suatu hari Johnny Shixiong sampai harus mengejar-ngejar pasien di sawah, untuk membujuk pasien agar mau berobat. Dokter memberikan resep, garam Inggris diminum sedikit, malah diminum semua oleh pasien hingga pingsan lalu pasien dibawa ke RSKB ulang lagi pemeriksaan. Kasus ini benar-benar menyita waktu dan kesabaran. Johnny Shixiong berusaha untuk selalu tersenyum dan lembut ketika berbincang-bincang dengan pasien, dengan berpura-pura lembut teringat akan kata : “kebiasaaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi karakter (kebiasaan baru) kita nantinya”.

Ada lagi pasien yang penuh humoris orangnya. Seorang Oma yang telah berumur 64 tahun, bernama Lim Lay Nio menderita Tumor perut. Daging di perut seberat 12 kg, kejadian pada bulan Mei 2009. Karena mendengar isu bahwa kemoterapi bisa membuat rambut rontok dan bibir pecah-pecah, maka Oma inipun enggan untuk berobat. Untunglah, akhirnya Oma ini berhasil dibujuk oleh Johnny Shixiong, kata Dokter jika satu bulan pasien ini tidak datang berobat maka tidak bisa mengangkat dagingnya lagi. Proses operasinya selama 16 jam ditangani oleh 8 dokter. Oma ini bercerita pernah diledekin orang : ”Sudah ditabrak orang, lalu orang lain berujar wah tuh nenek-nenek sudah hamil ditabrak orang lagi, katanya penuh canda”.

Ada seorang pasien yang bernama Budiyanto menderita basalioma di hidung (tumor ganas kulit). Awalnya seperti tahi lalat lalu merambat hingga hidung dan mulutnya hilang semua, sehinggga dia menggunakan masker jika bertemu dengan orang. Johnny Shixiong teringat akan kata Master Cheng Yen bahwa Surga dan Neraka bisa dilihat di dunia ini. Bukankah hidup pasien ini serasa di Neraka? Kalau ditinjau lebih jauh, pasien ini masa mudanya seorang Pemburu dan Pembunuh Babi hingga 3 keturunan dari papanya, dirinya sampai anaknya menjual burung dan belut “fang sen”  (pelepasan makhluk hidup ke alam bebas). Mungkin ini karma yang harus dilalui pasien, pikir Johnny Shixiong, coba lihat burung “fang sen” dalam sangkar akan mematuk sangkarnya seakan-akan ingin lepas bebas dari sangkarnya. Akhirnya pasien ini juga meninggal. Johnny Shixiong sempat melayat ke sana untuk berdoa sewaktu pasien ini meninggal.

Pesan dari Johnny Shixiong, setiap pasien yang berhasil sembuh sebenarnya karena karma masing-masing individu bukan karena kita (insan Tzu Chi) demikian juga pasien yang tidak sembuh, jangan lalu menjadi beban kita merasa bersalah karena pasien tidak sembuh, karena masing-masing individu terlahir dengan membawa karmanya masing-masing. Mungkin itu adalah yang terbaik untuknya. Jika waktunya sudah tiba, siapapun tak dapat mengelaknya.

Oma Nelly berusia 92 tahun mengalami patah tulang paha kanan pada tanggal 8 Juni 2009 setelah diobati dua tahun kemudian yang kiri patah. Kemudian setelah menjalani operasi, seminggu kemudian meninggal. Sebelumnya adiknya Opa sudah pernah dibantu oleh Tzu Chi. “Pada saat survey pertama kali saya hampir dipukul”, kata Johnny Shixiong, gara-gara menanyakan apakah rumah ini kontrakan atau milik sendiri? Lalu penghuni rumah tersebut, marah sambil membawa sapu mau mengusir dan berkata kalau mau bantu ya dibantu, kalau tidak mau membantu ya sudah, pergi sana.

Berdasarkan pengalaman ini, kalau bisa kita gunakan empati memahami situasi dan kondisi pasien, sudah menderita penyakit, tentu suasana hatinya juga mudah tersinggung, jadi kalau kita berbicara harus dengan perkataan dan intonasi nada yang lembut. Kita berpikir jika seandainya kita yang berada di pihaknya bagaimana perasaan kita?
Bong Ujang, nama pasien ini sudah berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta tetapi kemudian beralih ke pengobatan alternatif atas inisiatif sendiri, berobat selama 20 kali lalu penyakitnya bukan sembuh malah makin parah kemudian balik berobat kembali ke RSCM sehingga menimbulkan kekecewaan dalam diri Johnny Shixiong. Mengapa sudah sampai begitu parah baru balik lagi ke kita? Kalau percaya sama kita sudah seharusnya dari awal berobat kemari.

Bu Yenny Suwandi 51 tahun, penderita komplikasi. Suami memiliki tangan yang cacat. Hubungan keluarga juga kurang harmonis. Dari Misi Kesehatan saya juga banyak kesempatan untuk belajar. Saya berasal dari keluarga yang kurang harmonis sehingga dulu sangat percaya pada ramalan yang mengatakan bahwa ada ketidakcocokan tahun lahir dalam keluarga. Setelah mendengar ceramah Master bahwa ada dua hal yang tak bisa ditunda yaitu berbakti pada orang tua dan melakukan kebajikan. Lalu mulai merubah diri untuk lebih mengalah terhadap orang tua karena ada kata perenungan Master Cheng Yen : “ Jika kita tidak bisa merubah orang lain, maka ubahlah diri kita sendiri ”. Cara pandang dari sudut diri kita yang diubah. Akhirnya saya mengerti setelah mengetahui ternyata papa sakit, sehingga kondisi ini yang membuat dirinya kurang nyaman dan mempengaruhi suasana hatinya, sehingga hubungan keluarga kurang harmonis.

Sebagai penutupan Hok Lay Shixiong berkata : “ Di Tzu Chi kita mengatakan apa yang telah kita lakukan dan bukan mengatakan apa yang telah dilakukan oleh orang lain dan berharap agar orang lain yang mendengarkan akan terinspirasi”.

Gan En.

Link terkait :

Gan en.

Kamis, 16 Agustus 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA

Tema : Cinta Kasih Tzu Chi Berkembang di Corporate
MC : Po San Shixiong
Sharing by : Rudy Suryana Shixiong (salah satu komite corporate Sinarmas Group)
Lokasi :  Jing Si Books & Cafe Pluit
Waktu : 16 Agustus 2012, 19.00-21.00 WIB
Jumlah Peserta : 27 orang


Sharing by Rudy Suryana Shixiong :
Misalkan dalam hati kita ada dua serigala, hitam dan putih, bila keduanya diadu, kira-kira siapa yang menang, putih atau hitam? Banyak yang menjawab putih karena putih itu melambangkan yang baik. Nah, sebenarnya dalam hati kita ada sebuah mutiara (berwarna putih juga) yang berharga dan tersembunyi, yang bila sering kita bersihkan, kita jaga dan rawat, maka mutiara itu akan menjadi jernih dan bersih. Dalam hati kita ada sesuatu yang lebih indah, lebih berharga, dan itu bukan yang berada di luar sana, namun apakah setiap orang menyadari hal tersebut? Bagaimana kita mengetahui keindahan yang ada dalam hati kita?

Bila kita sudah lancar menjalankan sila-sila dengan baik, sudah menjadi kebiasaan kita, maka setiap tindakan dan ucapan kita sudah baik sehingga kebijaksanaan bisa muncul. Di Tzu Chi, dalam berkegiatan apapun, tujuannya adalah untuk mendapat ketenangan batin. Selain Sinarmas, Agung Sedayu juga sudah mulai mengembangkan komunitas cinta kasih Tzu Chi, bukan semata-mata fokus di kegiatannya, namun untuk menemukan mutiara di dalam hati kita.

Asal mula komunitas Tzu Chi bisa berkembang di Sinarmas yaitu ketika Wen Yu Shijie, sekretaris Pak Eka, sering bercerita mengenai Tzu Chi, sehingga mendorong Pak Eka untuk mencari tahu kebenarannya. Setelah kejadian 1998, Pak Eka pun berangkat ke Taiwan dan menemui Master Cheng Yen, Pak Eka semakin yakin dan tertarik dengan Tzu Chi. Saat itu ada yang bertanya kepada Master Cheng Yen, mengapa terjadi kerusuhan di Indonesia? Master menjawab : “Karena kalian mendapatkan banyak, tapi kurang berbagi kepada masyarakat.” Ibarat menggoreng telur mata sapi, bila diberi kecap, tentu bagian putih telurnya juga mendapat percikan kecap manis. Artinya masyarakat sekitar juga mestinya dapat merasakan manisnya kecap tersebut.  

Sekembali dari Taiwan, Sinarmas langsung mengadakan pembagian beras sebanyak 50.000 ton, pembagian beras dilakukan secara besar-besaran dan serentak di 40 titik setiap hari Sabtu dan Minggu. Setelah itu, Sinarmas mulai menggalang dana dari karyawanya, mekanisme yang digunakan adalah sumbangan bersumber dari perusahaan dan dari karyawan tapi menggunakan nama karyawan. Misalnya dari perusahaan Rp10.000, dan dari karyawan Rp.10.000, maka jumlah sumbangan atas nama karyawan ybs adalah Rp20.000. Awalnya ada yang tidak rela gajinya dipotong untuk dijadikan sumbangan, timbul pertanyaan mengapa melibatkan karyawan, mengapa bukan perusahaan saja yang menyumbang? Oleh Pak Franky dijawab, perusahaan ibarat lilin besar, bila hanya mengandalkan satu lilin besar, maka tempat yang terang hanya terbatas di satu tempat, bila di samping-samping lilin besar juga ada banyak lilin-lilin kecil, maka tempat yang terang tentu akan makin luas.    

Suatu saat ada pencuri di perkebunan milik Sinarmas, pencurinya adalah tiga orang wanita yang akhirnya tertangkap. Suami dari salah satu wanita itu ternyata adalah preman di daerah sekitar sana. Suaminya itu mengajak sekitar 200-an orang untuk unjuk rasa dan bermaksud mengganggu kestabilan perusahaan. Selang beberapa waktu ternyata datang lagi sekitar 40 orang yang datang dengan mengendarai motor, mereka adalah penduduk sekitar perkebunan. Syukurlah ternyata yang datang dengan motor itu mencoba untuk membubarkan 200 orang tersebut. Akibat selama ini Sinarmas sering mengadakan baksos untuk warga sekitar, maka mereka menggunakan alasan bahwa orang-orang dalam perusahaan ini adalah orang baik dan harap jangan diganggu, akhirnya yang mau unjuk rasa pun bubar. Dari kejadian ini karyawan semakin merasakan manfaat bersumbangsih untuk masyarakat. Bila setiap hari bekerja, sepertinya juga sangat monoton, sesekali baksos tentu terasa lebih menarik.

Cinta kasih yang sudah ditebar Tzu Chi Sinarmas, ternyata juga dibukukan oleh seorang karyawan Sinarmas sekaligus relawan Tzu Chi, yaitu Ruslianto. Buku setebal 86 halaman yang berjudul “CK5K” (Cinta Kasih Lima Kilometer) ini berisi catatan data, fakta, dan cerita cinta kasih PT.SMART Tbk Padang Halaban dan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas seluas 5 km di Padang Halaban, Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.  

Di bawah pimpinan Pak Eka ada sebanyak 142 perkebunan yang tersebar di seluruh Indonesia. Sejauh ini, Tzu Chi Sinarmas bukan hanya menangani baksos, tapi ada juga bantuan untuk kebakaran, banjir, dll. Dari video kilas balik dapat kita lihat perjalanan Tzu Chi Sinarmas dalam melaksanakan kegiatannya, melewati sungai dengan beraneka bentuk media penyeberangan, hingga melewati jalan tak beraspal yang bisa menyebabkan mobil mogok di tengah jalan. Ada juga warga sekitar yang akhirnya terinspirasi dan sudah menjadi relawan biru putih dan menggalang dana, selain itu juga terdapat orang yang cacat fisiknya tapi sudah menjadi relawan abu putih. Tidak ketinggalan, ada juga pelatihan budaya humanis untuk relawan Tzu Chi Sinarmas karena hal ini dinilai sangat penting.

 Suatu saat saya hendak menutup pintu gerbang rumah saya, ternyata tidak bisa ditutup dan sangat keras, setelah saya periksa, ternyata rodanya patah akibat sudah berkarat. Nah, mengapa bisa berkarat, itu karena tidak dicat. Saya pun berpikir, kejadian ini ibarat diri kita, kita selalu lupa dengan bagian terpenting dalam diri kita, yaitu hati kita yang juga rapuh, yang harus sering kita lihat dan bersihkan terus.

Tujuan pengembangan cinta kasih di corporate ini fokusnya adalah karyawan, pertama agar karyawan bukan hanya kerja, tapi juga punya hati dan bisa memperluas cinta kasihnya. Kedua, adalah menumbuhkan rasa syukur dalam diri karyawan.


Kesimpulan by Po San Shixiong :

Saya sangat terharu karena tanpa menggunakan kekerasan atau paksaan, tapi ada suatu kekuatan yang membuat orang yang tadinya tidak setuju menjadi mendukung. Kita sangat beryukur bisa mendapat pengarahan, dalam hati kita ada sebuah mutiara yang harus kita jaga, kita rawat dan bersihkan selalu. Ibarat rumah kita yang sudah dibersihkan maka beberapa hari kemudian akan berdebu kembali, demikian pula dalam hati juga ada sebuah rumah yang harus sering kita bersihkan yaitu dengan air dharma Master Cheng Yen.  


Gan En 

Link terkait :

Kamis, 09 Agustus 2012

KEGIATAN           : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA

Tema                : Buku Lingkaran Keindahan
                          ''Empat Harta Dalam Kehidupan'' (hal 127-130) 
Pembicara        : Lo Hok Lay Shixiong dan Sharing Peserta
Lokasi               : Jing Si Book and Café, Pluit
Waktu               : Kamis 09 Agustus 2012, Jam 19.00 –21.00 WIB.
Jumlah peserta : 20 orang

Apa yang dimaksud dengan 4 Harta Dalam Kehidupan?

Master mengatakan bahwa kita akan memiliki sebuah kehidupan yang penuh dengan berkah jika kita dapat ‘’Tidur dengan Damai, Makan dengan Bahagia, Tertawa dengan Gembira, dan Bekerja dengan Sehat’’. Inilah keempat harta dalam kehidupan.


Harta yang pertama : Tidur dengan Damai.
Sebagian orang tidak dapat tidur dengan damai mungkin karena ada yang dipikirkan dan juga karena pengaruh usia. 

Hendri Su Shixiong.
Walaupun dengan menggunakan pesan singkat, mama tetap menanyakan sudah makan atau belum dan saya juga langsung menjawabnya. Tetap saling berkomunikasi dengan orang tua.
 
Hok Lay Shixiong.
Kita menjadi relawan Tzu Chi sudah berjalan dijalur yang benar. Tzu Chi sudah menyiapkan 4 misinya yaitu: Amal, Pendidikan, Pengobatan dan Budaya Humanis. Ini adalah sarana relawan untuk pelan-pelan membuang kebiasaan buruk kita dan menjadi lebih baik. Dalam berkegiatan kita bisa bercerita kepada orang lain tentang Tzu Chi agar mereka mempunyai cara berpikir yang baru dan mau untuk menjadi relawan. Kita bukan mau untuk men-Tzu Chi-kan orang lain, tetapi kita bisa menginspirasi orang lain.
Didunia ini ada 2 macam bencana.
v  Bencana besar => Peperangan, dan Alam.
v  Bencana kecil  => Tidak harmonisnya suatu keluarga dan lain sebagainya.
Master mengatakan 淨化人心 (Jing Hua Ren Xin) mensucikan hati manusia, yang artinya kita tidak bisa mensucikan hati orang lain, tetapi kita bisa mensucikan hati kita sendiri.

Harta yang kedua : Makan dengan Bahagia.

Hok Lay Shixiong.
Kalau kita bisa makan bersama keluarga maka itu adalah benar-benar berkah, tapi kalau setiap anggota keluarga mempunyai kesibukannya sendiri dan tidak mau diganggu, maka keluarga tidak akan menjadi harmonis. Tidak setiap orang bisa berkumpul bersama keluarga, saya pun tidak bisa karena anak yang besar ada tapi yang kecil tidak ada, begitupun sebaliknya ada anak yang kecil tapi yang besar tidak ada, atau kedua anak saya ada tapi istri saya lagi pergi. Master mengatakan 把握當下 (Ba Wo Dang Xia) genggamlah kesempatan saat ini, jadi bila kita berkumpul dengan keluarga maka manfaatkanlah kesempatan ini sebaik-baiknya.

Harta yang ketiga : Tertawa dengan Gembira.

Po San Shixiong.
Tertawa dengan gembira bukan berarti harus histeris, karena kalau kita histeris maka kesadaran kita akan semakin berkurang, kita gembira tapi harus dengan kesadaran.
Kenapa kita harus berterimakasih kepada orang lain? Karena setiap orang adalah guru kita, apa yang ia lakukan baik maka kita berterimakasih karena kita tahu bahwa ini baik untuk dilakukan, bila ia melakukan yang tidak baik pun kita juga harus berterima kasih karena kita menjadi tahu bahwa itu tidak baik untuk dilakukan.
Kita suka merasa benar sendiri dan berpikir orang lain belum tentu lebih benar. Jadi sebelum mengatakan orang lain benar atau tidak benar, lebih baik kita bisa menerima , bertoleransi dan berlapang dada. Tentunya bukan berarti kita terima begitu saja tetapi dengan cara yang bijaksana, artinya yang baik bisa kita ambil dan yang tidak baik bisa kita jadikan pelajaran buat kita, dan kita harus bisa menjadi contoh dan orang lain menjadi terinspirasi.

Chirstine Tjen Shijie.
Banyak orang selalu melihat keatas dan jarang melihat kebawah, kita jangan selalu berpikir negative dan melihat keatas, cobalah untuk berpikir dari sisi positif dan mungkin agak susah tetapi kita harus berusaha. Ini yang harus kita telusuri didalam diri pribadi kita, apakah kita puas dengan kehidupan kita ini dan menjadi pribadi yang tahu untuk berpuas diri dan selalu bersyukur.

Hok Lay Shixiong.
Kita janganlah selalu melihat yang diluar terus, sesekali harus melihat kedalam (intropeksi diri).
Kenapa kita bersyukur? Karena kita mau untuk menerima, kalau kita sudah mau untuk menerima maka kita tidak akan berhitungan dan juga membanding-bandingkan dengan orang lain.
Di Tzu Chi kita diajarkan untuk puas diri (Zhi Zu), bersyukur (Gan En), memahami (Shan Jie) dan memaklumi (Bao Rong), keempat ini adalah sup 4 rasa yang harus kita minum setiap hari, juga betul-betul harus kita resapi dan praktekkan setiap hari.
Kita sering menyalahkan orang lain, kalau apa yang kita lakukan tidak sesuai pasti gara-gara dia dan kita tidak pernah berpikir gara-gara saya, dan itu karena ketidak tahuan/kebodohan batin (Moha). Lobha, Dosa dan Moha adalah 3 racun yang harus terus kita cermati dan perlahan kita kikis, karena diri kita ini ibaratnya sebuah cermin yang tertutup debu dan harus terus menerus kita bersihkan.

Harta yang keempat : Bekerja dengan Sehat.

Hok Lay Shixiong.
Semua berasal dari pikiran, awal adanya permusuhan adalah dari pikiran, membuat hati kita menjadi tidak tenang dan itu akan terpancar pada raut wajah kita. Master mengajarkan kita untuk selalu melatih batin kita supaya menjadi tenang dan tidak mudah tergoyahkan. Dengan pengetahuan bahwa ini tidaklah kekal, semua hal tidak tetap/tidak pasti  dan kehidupan selalu berubah, maka batin kita akan tenang dan tidak mudah menjadi risau.
Di Tzu Chi kita diajarkan untuk berterimakasih kepada mereka yang sedang kesusahan, karena dengan adanya merekalah kita baru ada kesempatan untuk bersumbangsih.

Stephen Ang Shixiong.
  • Tidur dengan damai : Semua berawal dari pikiran, sekecil apapun niat pikiran yang muncul akan sangat berpengaruh. Bukan saja tidak bisa tidur dalam satu hari bahkan bisa berhari-hari, sampai masalah itu benar-benar sudah selesai, kita baru merasa lega. Masalah tidak akan pernah habisnya, yang penting sudut pandang kita.
  • Makan dengan bahagia : Bukan hanya dalam lingkungan keluarga saja, misalnya dalam berkegiatan Tzu Chi kita sering sekali makan dalam satu meja dan memang benar kalau kita mempunyai topik pembahasan yang sama, mengulas suatu masalah yang sama akan menjadi positif dan itu juga berawal dari diri sendiri. Kalau semua mementingkan EGO bisa jadi malah terjadi keributan sewaktu makan bersama, tetapi dengan adanya Zhi Zu, Gan En, San Jie, dan Bao Rong, maka keharmonisan akan terasa.
  • Tertawa dengan gembira : Contoh paling mudah adalah saat sekarang ini saya sedang sakit, tapi masih bisa ikut bedah buku lewat chat, saya juga merasa sangat bahagia dan juga bisa ikut tertawa melihat ekspresi dari Shixiong/Shijie. Bahagia itu bisa dimana saja dan kapan saja.
  • Bekerja dengan sehat :  Menggunakan tubuh kita untuk melakukan hal yang baik dan positif.  Gunakan kemampuan dan keahlian kita untuk hal baik. Menyelesaikan tugas pribadi dengan baik, menjalankan hidup dalam keluarga dengan baik, menjadi relawan dan melatih diri melalui Dharma seperti bedah buku dan ceramah Master, lalu praktek bersumbangsih dengan tulus, rasa bersyukur dan bahagia.
Johar Chow Shixiong.
Biasanya kita akan marah bila dikritik oleh orang lain, atau kalau ada orang yang berbuat salah dan kita diam saja maka itu juga salah. Tetapi alangkah baiknya kalau kita merubah kata mengkritik itu menjadi saran. Kita bisa meluruskan yang bengkok (salah) dengan menggunakan kata yang lembut bukan dengan marah, karena kalau kita diamkan saja maka yang bengkok itu tidak akan menjadi lurus malah akan semakin bengkok dan salah.

Hok Lay Shixiong.
  • Kita harus belajar memberi dan mengasihi orang lain bukan meminta dan dikasihi oleh orang lain.
  • Belajar untuk saling bekerja sama dengan orang lain bukan meminta orang lain harus bekerja sama dengan kita.
Pada umumnya orang biasanya selalu mau agar orang lain yang mengikutinya, tetapi di Tzu Chi kita belajar saya mau untuk ikut kamu, saya akan mengecilkan EGO saya untuk mengikuti kamu bukannya meminta kamu harus sesuai dengan apa yang saya mau, yang pada akhirnya kita tidak akan bisa bekerja sama karena kalau apa yang kita mau tidak dituruti maka kita akan menjadi tidak happy, kesal dan pada akhirnya akan menderita. Kenapa bisa begitu? Karena Dharma Master belum meresap kedalam hatinya dan Dharma Master hanya digunakan sebagai konsep untuk diberikan kepada orang lain.
  • Kita harus berpuas diri dan harus mensyukuri hidup kita ini.
  • Hidup ini adalah berkah dan bernafas saja sudah merupakan suatu berkah yang paling besar.
  • Selama berkah masih ada kita harus selalu ingat untuk melakukan hal yang bermanfaat bagi lingkungan kita, keluarga dan orang lain.
Gan En.

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 02 Agustus 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA

Tema : “Stroberi dan Kakek Guru”
Pembicara : Team Tzu Ching"
Mc : Sjukur sx
Lokasi : Jing Si Books & Café, Pluit.
Waktu : Kamis, 02 Agustus 2012 Pkl: 19:00 – 21:00
Jumlah peserta : 36 orang


Pada kesempatan yang berbahagia hari ini Team Tzu Ching ( Muda Mudi Tzu Chi) memberikan sharing yang sangat unik pada acara Bedah Buku, yakni Stroberi dan kakek Guru. Bila membicarakan buah stroberi semua orang tentu pasti mengetahuinya, buah berwarna kemerahan yang mempunyai rasa asam ini sangat disukai banyak orang terutama oleh kalangan anak-anak, tetapi apakah hubungan antara Buah stroberi dengan Kakek guru. Kakek Guru merupakan panggilan insan Tzu Ching kepada Master Cheng Yen, Sebenarnya apakah yang ingin di sampaikan Team Tzu Ching kepada kami semua yang hadir dalam acara bedah buku hari ini berkaitan dengan Buah Stroberi.

Sharing Juliana Santy
Buah stroberi selain berwarna kemerahan dan mempunyai rasa asam juga merupakan buah yang mudah rusak, generasi stroberi merupakan sebutan yang Master Cheng Yen berikan kepada generasi muda-mudi yang tidak mudah menerima tekanan, tidak mau bekerja keras seperti generasi orang tua, manja, egois, sombong dan lamban dalam bekerja. Orang dalam generasi ini mendapatkan perlakuan yang over protective dari orang tua mereka yang mapan, bagaikan buah stroberi yang dilindungi dalam rumah kaca yang mempunyai nilai lebih tinggi dari buah lainnya. Mendukung pendapat Master Cheng Yen mengenai generasi stroberi ada istilah Generasi X, Y dan Z yang digunakan untuk merujuk kepada kelompok generasi dalam kumpulan umur tertentu. Don Tapscott dalam bukunya Grown Up Digital membagikan demografi penduduk kepada beberapa kelompok berikut:

1. Pre Baby Boom (lahir pada 1945 dan sebelumnya)
2. The Baby Boom (lahir antara 1946 – 1964)
3. The Baby Bust (lahir antara 1965 – 1976) – Generasi X
4. The Echo of the Baby Boom (lahir antara 1977 – 1997) – Generasi Y
5. Generation Net (lahir antara 1998 hingga kini) – Generasi Z

Jadi bisa di katakan Generasi Stroberi sama dengan Generasi Y

Master Cheng Yen mengharapkan agar generasi muda-mudi bagaikan generasi bola baja (Steel Ball Generation), kuat dan bersinar karena generasi muda-mudi sebagai generasi penerus nantinya di harapkan agar mengerakkan dunia supaya penuh dengan harapan. Master Cheng Yen mengharapkan agar Tzu Ching dapat menggerakkan kaum muda masa kini untuk menghilangkan sebutan “generasi stroberi”. Dengan cinta kasih dan welas asih bersama-sama bergerak agar setiap orang-orang di dunia dapat memandang kaum muda dengan cara pandang berbeda, membuat dunia ini dipenuhi harapan.

Sharing Marta Khosyahri  memperkenalkan Tzu Ching
Tzu Ching adalah singkatan dari ci ji da zhuan qing nian lian yi hui – Perkumpulan muda-mudi perguruan tinggi tzu chi yang berusia 18 hingga 25 tahun dan belum menikah, jadi Tzu Ching adalah relawan muda-mudi Tzu Chi yang ada di dalam lingkup Universitas. Sebagai suatu komunitas dari organisasi tentunya pasti memiliki visi dan misi Tzu Ching , Visi Tzu Ching adalah dengan semangat Buddha yang welas asih, bahagia dan mau memberi menumbuhkan pengetahuan nurani dan meningkatkan kemampuan nurani, membina pemuda masa kini. Misi Tzu Ching adalah di sekolah tekun belajar dan di waktu libur giat berbakti pada masyarakat, Bergabung dalam barisan tzu chi bagaikan bergabung ke dalam sebuah keluarga besar. Ada kakek guru (shigong shangren), ada paman dan bibi seperguruan (shigu-shibo), Ada kakak kelas (xue zhang-xue jie), ada juga teman seangkatan (tong xue).

Tzu Ching sendiri memilki logo yang hampir sama dengan logo Tzu Chi terdiri dari Delapan kelopak pada logo Tzu Ching yang melambangkan Delapan Ruas Jalan Mulia yang menjadi panduan bagi anggota Tzu Chi dalam melangkah.

Delapan Ruas Jalan Mulia tersebut meliputi:
(1)   Pandangan Benar,
(2)   Pikiran Benar,
(3)   Ucapan Benar,
(4)   Perbuatan Benar,
(5)   Mata Pencaharian Benar,
(6)   Usaha Benar,
(7)   Perhatian Benar, dan
(8)   Konsentrasi Benar.


Buah dan bunga teratai, yang melambangkan bahwa kita dapat menjadikan dunia lebih baik dengan menanam benih kebajikan.

Sepasang tangan yang menggenggam pelita batin Tzu Chi yaitu melambangkan harapan agar generasi muda Tzu Chi memiliki hati yang penuh dengan rasa syukur dan menghargai berkah.

Keinginan adanya Tzu Ching dimulai pada tahun 1974 dimana para muda-mudi yang tergabung dalam organisasi Tzu Chi menginginkan untuk diadakan kegiatan yang sesuai dengan aspirasi muda-mudi. Di tahun 1989 di Universitas Qinghua dan Universitas Jiaotong didaerah Xinzhu muda-mudi Tzu Chi untuk pertama kalinya, mereka mulai menyebarkan budaya humanis Tzu Chi dengan melakukan jamuan teh, kunjungan dan kebaktian bersama, agar lebih banyak teman dapat mengerti semangat Tzu Chi. Dan tepat di tgl 31 Mei 1992 Tzu Ching resmi didirikan sebagai tongkat estafet di lapangan estafet olahraga Tzu Chi, Di Indonesia sendiri adanya Tzu Ching dawali  dengan GMTC (generasi muda Tzu Chi) dan di resmikan Tzu Ching Indonesia tepat pada tangal 7 september 2003, kini di tahun 2012 Tzu Ching juga telah terbentuk di salah satu propinsi di Indonesia di pulau Kalimantan yakni Singkawang.


Sharing Hasan Basri
Saya mulai ikut Tzu Ching  sejak tahun 2008, saya ingin ikut Tzu Ching karena saya melihat Tzu Ching bagus, mau bersumbangsih. Saya mengenal Tzu Chi karena saya bersekolah di Sekolah Tzu Chi Cengkareng, walaupun begitu saya tidak mengetahui Tzu Chi sangat mendalam, pertama kali ikut Tzu Ching mengikuti kegiatan Tzu Ching camp, pada saat saya mengikuti Tzu Ching Camp saya sangat merasakan suasana sekolah, setelah itu saya sempat kehilangan arah dan kontak dengan Tzu Ching hingga di awal tahun 2009 saya memberanikan diri menghubungi  Sun Dessy sj, karena pada saat mengikuti Tzu Ching Camp saya hanya mendapatkan nomor hp Sun Dessy sj, saya memang mendapatkan informasi tentang kegiatan Tzu Ching tetapi waktu itu saya sempat di beritahu ada kegiatan di Jing Si Books & Café di Pluit dan saya tidak tahu dimana tempat tersebut, jadi saya tidak mengikutinya, dan saya kembali menghubungi Sun Dessy sj, dan saya di minta hubungi Sese Sj, Sese Sj inilah yang mengajak saya ke Shu Xuan, di Shu Xuan inilah saya bertemu dengan temen- temen Tzu Ching dan juga temen deket saya pada saat mengikuti Tzu Ching Camp, dari situlah saya jadi terus mengikuti kegiatan. Saya sangat bangga bisa masuk Tzu Ching karena Visi dan Misi Tzu Ching, kegiatan Selanjutnya yang saya ikuti kegiatan bagi beras, kunjungan ke panti jompo dan training-training. Mengikuti Tzu Ching ada point yang bisa kita ambil, saya sangat terharu bisa masuk Tzu Ching, selain mengenal banyak orang juga membuat pola pikir yang sangat terbuka. Saat ini saya tinggal menunggu wisuda dan sudah bekerja di Daai Tv, di bulan Juni 2012 di Taiwan diadakan training 3 in 1 dan Daai Tv, saya berkesempatan bertemu dengan Master Cheng Yen secara langsung, Master Cheng Yen mengharapkan agar saya dapat membawa banyak Tzu Ching pulang ke kampung halaman batin (Taiwan), sebenarnya saya sangat ingin dapat berbicara langsung dengan Master Cheng Yen tetapi bahasa mandarin saya masih kurang, Saya akan giat belajar bahasa mandarin karena nanti pada saya ada kesempatan untuk bertemu dengan Master Cheng Yen lagi, saya harap dapat berbicara langsung dengan Master Cheng Yen, perjuangan Hasan Basri Sx untuk mengikuti Tzu Ching tidak mudah tetapi semua perjuangannya tidak sia-sia, saat ini Hasan Basri Sx merupakan Ketua Tzu Ching Indonesia.

Sharing Berton Deviano
Waktu dulu sebenarnya saya tidak ingin ikut Tzu Ching,walaupun keluarga saya semuanya adalah relawan, bisa ikut Tzu Ching karena adanya jodoh, dan saya berterima kasih atas jodoh yang tak terexpetasi. Saya sendiri bisa dikatakan seperti generasi stroberi karena orang tua saya bagaikan mesin Atm berjalan, kedatangan saya ke Guang Zhou untuk studi dan di Guang zhoulah saya baru belajar untuk menabung uang. Saat di Guang Zhou saya bertemu dengan seorang Sq yakni Lim Tjuo Cie, pertemuan saya  dengan sq ini ketika saya dan Sq sedang naik kereta bawah tanah, saya memberanikan diri memperkenalkan diri saya sebagai Tzu Ching di Indonesia, Sq inilah yang kemudian mengajak saya untuk mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi di Guang Chow, kegiatan pertama yang saya ikuti adalah kegiatan bedah buku dan kemudian kegiatan mengunjungi panti jompo, mengunjungi daerah miskin di sana, mengikuti kegiatan daur ulang bahkan saya juga berkesempatan berjumpa dengan ketua Tzu Chi di Guang Zhou.

Meskipun di Guang Zhou saya studi dan tetap mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi tetap saya pernah merasakan down karena saya ingin adanya Tzu Ching di Guang Zhou, dan sq disana selalu mengatakan agar bersabar karena tidak mudah, harus ada ijin dari pemerintah setempat, jawaban itu yang selalu saya terima ketika saya mengungkapan keinginan saya, tidak hanya sekali tetapi berkali-kali , tetapi saya tidak berputus asa, saya harus bersemangat, saya terus berusaha mengibarkan semangat cinta kasih Tzu Chi mulai dari mengajarkan Shouyu Tzu Ching. Keinginan tersebut akhirnya terwujud melalui dukungan seorang sb yang bernama He Ie Sheng, sb tersebut rela meminjamkan kantornya untuk mendukung kegiatan Tzu Ching. Kegiatan yang pertama kali di mulai pada tanggal 16 Juni 2012, Yakni kegiatan jamuan teh (Cha Huei) dalam kegiatan ini saya memperkenalkan Tzu Ching di Indonesia, juga tak lupa membawa paspor vege, walaupun kegiatan ini hanya di hadiri 5 orang yang terpenting adalah kehangatan untuk membuat atmosfir yang nyaman, semua dimulai dari yang sedikit, dan saya sangat antusias karena sebagian di Guang Zhou adalah ibu-ibu yang memiliki rasa sayang antara Tzu Chi, meskipun saya tidak bisa menjadi teladan tetapi saya dapat mendampingi Tzu Chi, terakhir pada tanggal 24 Juli 2012 di Guang Chow sudah ada 15 orang muda-mudi, bagi saya Tzu Chi bukan merupakan organisasi tetapi satu keluarga, apa yang mendasari semangat saya membangun Tzu Ching di Guang Zhou karena saya sayang Tzu Chi.

Sharing Sjukur Sx 
Saya ikut merasakan perasaan yang luar biasa , Master Cheng Yen mengatakan agar kita memiliki hati yang lapang dan pikiran yang murni, ikut Tzu Ching Camp sebagai mentor saya melihat semangat dan pengorbanan yang luar biasa.

Sharing Elvy Kurniawani Sj
Pertama saya dihubungi Berton Sx untuk PPT Cha Huei sempat kaget, Tzu Ching bukan merupakan generasi stroberi, Tzu Ching perlu diarahkan kebijaksanaan, walaupun Tzu Ching kelompok kecil. Saya selalu mengatakan jangan terlalu menjauh, kedekatan berjalan dua arah, jangan bagaikan batu, dalam satu keluarga semua melengkapi, semua pasti berlalu, asalkan kita mau mengatakan kesulitan, keluarga pasti bantu, dan saya menyukai kalimat ini  

做事要有赤子之心,骆驼的耐力,狮子的勇猛。
When doing any task, have the innocene of a child,
the endurance of a camel, and the courage of lion.

Gan en.

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku