Tema : Sutra Hidup Manusia.
Pembicara : Johnny Chandrina (PIC Survey Kasus He Qi Barat dan Fungsionalis Pelestarian Lingkungan)
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit.
Waktu : Kamis, 30 Agustus 2012, pukul : 19:00-21:00 WIB.
Jumlah Peserta : 23 orang.
Jhonny Shixiong
memulai ceritanya, semenjak kecil saya penganut Buddhis, rajin
mengikuti kegiatan organisasi Maitreya. Pada tahun 1991 merantau ke
Jakarta pengikut Tridharma kemudian pindah aliran ke Mahayana.
Sebelumnya juga pernah ke gereja. Saya sudah mengikuti bermacam-macam
ajaran, menurut pandangan saya “sesuatu hal kalau baik kenapa tidak
untuk dilaksanakan?”. Setelah belajar Dharma baru menyadari apa itu
Dharma.
Saya di sini akan sharing mengenai apa yang telah
saya peroleh selama mengikuti kegiatan di Tzu Chi dan apa yang telah
merubah keluarga saya. Semenjak mengikuti kegiatan kasus di Yayasan
Buddha Tzu Chi saya mulai tersadarkan, menyadari akan ketidak-kekalan.

Dampak dari berjudi bisa melupakan keluarga, pulang kerja langsung main sampai jam 2 pagi baru pulang ke rumah.
Ada
kisah dibalik perubahan pandangan pola hidup saya, pada saat itu ada
satu teman yang hobi bola juga, kita masih sempat ngobrol-ngobrol pada
jam 22.30 WIB tetapi pada tengah malam jam 12.00 WIB dia kena stroke
lalu meninggal. Benar-benar saya tersadarkan, tiada kekalan di dunia
ini.
Cerita lainnya ada seorang teman pengusaha yang baru
rencana mau join usaha, seminggu kemudian dia masuk Rumah Sakit lalu dua
minggu kemudian meninggal dunia. Dari kejadian ini saya berpikir, kalau
waktunya sudah tiba, apa yang bisa kita bawa? Saya tersadarkan pada
saat itu lalu mencari tahu jawabannya. Kebetulan waktu itu saya menonton
Da Ai TV sedang menayangkan film seorang penjudi yang rumahnya sudah
kebakaranpun masih mengatakan kepada teman sepermainannya nanti dia akan
balik kembali. Setelah melihat film ini lalu saya mencari tahu mengenai
Yayasan Buddha Tzu Chi kemudian mengikuti kegiatan sosialisasi pada
tanggal 3 Mei 2008. Dua bulan kemudian belajar untuk tidak mengkonsumsi
daging, karena saya bergabung di team survey kasus, misi kita menolong
orang lain, melepas penderitaan makhluk hidup. Dulu saya suka sekali
makan sea food seperti kepiting dan kerang, pada saat hendak makan hewan
tersebut masih hidup sebelum dimasak. Nah, di situlah saya terpanggil
untuk tidak mengkonsumsi daging. Begitu masuk di Tzu Chi saya lebih
peduli.
Dari Misi Amal menyadari makna kehidupan yang
sebenarnya. Kasus pertama yang diikuti pada tanggal 3 Juli 2008, seorang
bayi yang bernama Untung Mandala berusia 5 bulan, pasien menderita
penyakit Hydrocepharus. Lantai rumahnya dari tanah, bukan keramik.
Dengan melihat keadaan pasien ini timbul rasa bersalah pada diri sendiri
karena suka berjudi menghambur-hamburkan uang sedangkan uang bagi orang
yang membutuhkan memiliki nilai yang sangat tinggi. Kalau kalah judi
bisa habis sekian banyak duit. Maka Johnny Shixiong pun mulai
berhenti untuk berjudi. Banyak belajar dari kasus, karena setiap kasus
(pasien) yang ditangani berbeda. Pernah juga ditemui pasien yang karena
jarak tempuh yang lumayan jauh, lalu Johnny Shixiong memberikan
ongkos kepadanya supaya naik kenderaan umum saja, ternyata ketika
ditunggu-tunggu kedatangannya tidak tiba juga. Begitu tiba, Johnny Shixiong bertanya : “Kenapa baru tiba sekarang?”. Jawab pasien : “Uang yang diberikan Johnny Shixiong
bisa dipergunakan untuk keperluan lain, membeli beras dan lainnya”.
Maka pasien tetap menempuh jarak tersebut dengan berjalan kaki dengan
mengirit uang yang diberikan. Kemudian hati Johnny Shixiong pun tersentuh melihat penderitaan yang diderita oleh pasien.
Kasus
lain, pasien yang bernama Horiyah berusia 35 tahun, status janda satu
anak. Pasien menderita tumor perut berisi air seberat 10 kg pada Agustus
2008. Kesabaran Johnny Shixiong sedang diuji. Selama setengah tahun Johnny Shixiong mengajak
pasien untuk berobat, tetapi pasien selalu menolak karena takut setelah
dioperasi bisa meninggal. Setelah ditentukan jadwal operasi, pasien
tidak hadir. Akhirnya ulang lagi check awal semuanya. Pernah suatu hari
Johnny Shixiong sampai harus mengejar-ngejar pasien di sawah,
untuk membujuk pasien agar mau berobat. Dokter memberikan resep, garam
Inggris diminum sedikit, malah diminum semua oleh pasien hingga pingsan
lalu pasien dibawa ke RSKB ulang lagi pemeriksaan. Kasus ini benar-benar
menyita waktu dan kesabaran. Johnny Shixiong berusaha untuk
selalu tersenyum dan lembut ketika berbincang-bincang dengan pasien,
dengan berpura-pura lembut teringat akan kata : “kebiasaaan yang dilakukan secara terus menerus akan menjadi karakter (kebiasaan baru) kita nantinya”.
Ada
lagi pasien yang penuh humoris orangnya. Seorang Oma yang telah berumur
64 tahun, bernama Lim Lay Nio menderita Tumor perut. Daging di perut
seberat 12 kg, kejadian pada bulan Mei 2009. Karena mendengar isu bahwa
kemoterapi bisa membuat rambut rontok dan bibir pecah-pecah, maka Oma
inipun enggan untuk berobat. Untunglah, akhirnya Oma ini berhasil
dibujuk oleh Johnny Shixiong, kata Dokter jika satu bulan
pasien ini tidak datang berobat maka tidak bisa mengangkat dagingnya
lagi. Proses operasinya selama 16 jam ditangani oleh 8 dokter. Oma ini
bercerita pernah diledekin orang : ”Sudah ditabrak orang, lalu orang
lain berujar wah tuh nenek-nenek sudah hamil ditabrak orang lagi,
katanya penuh canda”.
Ada seorang pasien yang bernama Budiyanto menderita basalioma
di hidung (tumor ganas kulit). Awalnya seperti tahi lalat lalu merambat
hingga hidung dan mulutnya hilang semua, sehinggga dia menggunakan
masker jika bertemu dengan orang. Johnny Shixiong teringat akan kata Master Cheng Yen bahwa Surga dan Neraka bisa dilihat di dunia ini. Bukankah
hidup pasien ini serasa di Neraka? Kalau ditinjau lebih jauh, pasien
ini masa mudanya seorang Pemburu dan Pembunuh Babi hingga 3 keturunan
dari papanya, dirinya sampai anaknya menjual burung dan belut “fang sen” (pelepasan makhluk hidup ke alam bebas). Mungkin ini karma yang harus dilalui pasien, pikir Johnny Shixiong,
coba lihat burung “fang sen” dalam sangkar akan mematuk sangkarnya
seakan-akan ingin lepas bebas dari sangkarnya. Akhirnya pasien ini juga
meninggal. Johnny Shixiong sempat melayat ke sana untuk berdoa sewaktu pasien ini meninggal.
Pesan dari Johnny Shixiong,
setiap pasien yang berhasil sembuh sebenarnya karena karma
masing-masing individu bukan karena kita (insan Tzu Chi) demikian juga
pasien yang tidak sembuh, jangan lalu menjadi beban kita merasa bersalah
karena pasien tidak sembuh, karena masing-masing individu terlahir
dengan membawa karmanya masing-masing. Mungkin itu adalah yang terbaik
untuknya. Jika waktunya sudah tiba, siapapun tak dapat mengelaknya.
Oma
Nelly berusia 92 tahun mengalami patah tulang paha kanan pada tanggal 8
Juni 2009 setelah diobati dua tahun kemudian yang kiri patah. Kemudian
setelah menjalani operasi, seminggu kemudian meninggal. Sebelumnya
adiknya Opa sudah pernah dibantu oleh Tzu Chi. “Pada saat survey pertama
kali saya hampir dipukul”, kata Johnny Shixiong, gara-gara
menanyakan apakah rumah ini kontrakan atau milik sendiri? Lalu penghuni
rumah tersebut, marah sambil membawa sapu mau mengusir dan berkata kalau
mau bantu ya dibantu, kalau tidak mau membantu ya sudah, pergi sana.
Berdasarkan
pengalaman ini, kalau bisa kita gunakan empati memahami situasi dan
kondisi pasien, sudah menderita penyakit, tentu suasana hatinya juga
mudah tersinggung, jadi kalau kita berbicara harus dengan perkataan dan
intonasi nada yang lembut. Kita berpikir jika seandainya kita yang
berada di pihaknya bagaimana perasaan kita?
Bong Ujang, nama
pasien ini sudah berobat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta tetapi kemudian beralih ke pengobatan alternatif atas inisiatif
sendiri, berobat selama 20 kali lalu penyakitnya bukan sembuh malah
makin parah kemudian balik berobat kembali ke RSCM sehingga menimbulkan
kekecewaan dalam diri Johnny Shixiong. Mengapa sudah sampai begitu parah baru balik lagi ke kita? Kalau percaya sama kita sudah seharusnya dari awal berobat kemari.
Bu
Yenny Suwandi 51 tahun, penderita komplikasi. Suami memiliki tangan
yang cacat. Hubungan keluarga juga kurang harmonis. Dari Misi Kesehatan
saya juga banyak kesempatan untuk belajar. Saya berasal dari keluarga
yang kurang harmonis sehingga dulu sangat percaya pada ramalan yang
mengatakan bahwa ada ketidakcocokan tahun lahir dalam keluarga. Setelah
mendengar ceramah Master bahwa ada dua hal yang tak bisa ditunda yaitu berbakti pada orang tua dan melakukan kebajikan. Lalu mulai merubah diri untuk lebih mengalah terhadap orang tua karena ada kata perenungan Master Cheng Yen : “ Jika kita tidak bisa merubah orang lain, maka ubahlah diri kita sendiri ”.
Cara pandang dari sudut diri kita yang diubah. Akhirnya saya mengerti
setelah mengetahui ternyata papa sakit, sehingga kondisi ini yang
membuat dirinya kurang nyaman dan mempengaruhi suasana hatinya, sehingga
hubungan keluarga kurang harmonis.
Sebagai penutupan Hok Lay Shixiong
berkata : “ Di Tzu Chi kita mengatakan apa yang telah kita lakukan dan
bukan mengatakan apa yang telah dilakukan oleh orang lain dan berharap
agar orang lain yang mendengarkan akan terinspirasi”.
Gan En.
Link terkait :
Gan en.