Tema : “Bagaimana Menggenggam Berkah”
Pembicara : Leo Samuel Salim (Relawan dari Medan)
Lokasi : Jing Si Books & Café, Pluit.
Waktu : Kamis, 26 Juli 2012 Pkl: 19:00 – 21:00
Jumlah peserta : 21 orang
Apa
itu “berkah”? Apakah yang terlintas dipikiran kita saat mendengar kata
“berkah”? tentu saja setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda.
Mendapati tubuh masih dalam kondisi sehat saat terbangun dari tidur
adalah berkah, saat melakukan kunjungan kasih melihat penderitaan akibat
sakit kita pun menyadari bahwasannya kita masih bisa bergerak bebas
melakukan aktivitas ini juga merupakan berkah. Segala sesuatu jika
disyukuri hal sekecil apapun maka akan jadi berkah juga. Merasakan hidup
tercukupi tidak ada kerisauan itu juga adalah berkah.
Lalu bagaimana cara kita menggenggam berkah?
Master
mengatakan apa yang kita alami hari ini adalah akibat karma masa lampau
kita. Jika kita ingin mendapatkan lebih banyak berkah dikehidupan yang
akan datang maka mulai sekarang berbuat baiklah. Kita harus “menjalin jodoh baik” dengan banyak orang. Lalu bagaimana cara menjalin jodoh baik? Yaitu dengan TERSENYUM. Master mengatakan “hanya berikan saja dia senyumanmu, kamu sudah mengikat jodoh yang baik”. Sangat mudah bukan?
靜(Jing) berarti “tidak ada kekacauan/tenang” 思(Si) berarti “merenung ” 語(yu) berarti “kata”. Jadi 靜思語(Jing Si Yu) adalah “kata yang benar-benar harus direnungkan.”
Merenung dan berpikir adalah berbeda, berpikir hanya berpikir saja
“just think” tapi merenung berarti kita harus masuk ke dalam hati,
bertanya kepada diri sendiri.
知福 Zhī fú ,惜福 xī fú, 再 造福 zài zào fú,
Menyadari berkah, Menghargai berkah, menciptakan berkah
Apa yang kita pahami dari kata perenungan tersebut?
Sewaktu
menyadari berkah berarti kita menyadari apa yang kita miliki sekarang,
kemudian kita harus menghargainya dengan menciptakan kembali berkah
yang baru. Master mengatakan sulit terlahir menjadi manusia dan mengenal
Dharma, saat ini kita sudah terlahir sebagai manusia dan mengenal
Buddha Dharma bukankah kita sangat penuh dengan berkah? Berkah harus
terus diciptakan. Tetapi, sewaktu kita berbuat kebajikan janganlah
mengharapkan pamrih. Jika ada pamrih berarti kita bukan menciptakan
berkah malah kita menciptakan keserakahan dan akibatnya kita telah
menanam karma buruk. Bersumbangsihlah tanpa pamrih barulah kita
benar-benar menciptakan berkah.
“Orang
yang senantiasa terus menikmati berkah dan tidak menghimpun berkah maka
penderitaan berada di depan. Seperti halnya menabung uang di bank,
kalau terus menerus menarik uang dan tidak menyetornya maka tabungan
akan berkurang dan kalau terus ditarik maka uangnya akan habis. Sebuah
bibit yang baik selayaknya di dalam kehidupan ini, haruslah giat
menghimpun. Pada saat kita mendapat berkah kita harus lebih banyak
menciptakan berkah.”
(Dharma Bagaikan Air, Buku Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih p.96).

4 tipe manusia
1. 富Fù 中zhōng 之zhī 貧pín
Kaum kaya yang miskin bathiniah
2. 富Fù 中zhōng 之zhī 富fù
Kaum kaya yang kaya bathiniah
3. 貧Pín 中zhōng 之zhī 貧pín
Kaum miskin yang miskin bathiniah
4. 貧Pín 中zhōng 之zhī 富fù
Kaum miskin yang kaya bathiniah
Kaum kaya yang miskin batiniah senantiasa terikat dengan apa yang dimiliki. Master mengatakan hendaknya kita menjadi kaum kaya yang kaya batiniah, memiliki kekayaan adalah berkah namun ” batin”
kita harus lebih kaya lagi. Di Tzu Chi saat berkegiatan seperti survey
kasus atau kunjungan kasih berarti kita sudah melatih kerelaan hati,
melatih untuk mengecilkan ego itulah orang yang kaya batiniah. Melalui
misi amal kita bisa melihat kaum miskin yang miskin batin
disinilah peran kita sebagai Bodhisattva Tzu Chi merubah pemikiran
mereka, membimbing mereka. Bagaimana kita menolong orang lain tidak
hanya berupa barang atau materi tapi yang terpenting adalah menolong
secara batiniah mereka agar mereka menjadi kaum miskin yang kaya batiniah.
Master
mengatakan telapak tangan yang menghadap ke atas menandakan
penderitaan, hendaknya telapak tangan kita menghadap ke bawah itu adalah
sebuah berkah. Berharap dengan melihat penderitaan kita bisa menyadari
diri kita penuh dengan berkah sehingga jiwa kebijaksanaan kita dapat
bertumbuh namun, yang terpenting adalah menjaga jiwa kebijaksaan kita.
Menjernihkan
batin manusia dimulai dengan terlebih dahulu menjernihkan batin kita
sendiri, karena segala bencana yang terjadi di dunia ini berawal dari
kegelapan batin manusia yaitu: ketamakan, kebencian, dan kebodohan.
“Menyayangi diri sendiri adalah bentuk membalas budi, bersumbangsih adalah bentuk bersyukur.”
Tubuh adalah pemberian orang tua, menyayangi diri sendiri serta tidak
membuat orang tua khawatir adalah bentuk berbakti. Pergunakanlah tubuh
ini untuk berbuat kebajikan karena berbakti dan berbuat kebajikan adalah
dua hal yang tidak boleh ditunda. Berbakti kepada orang tua bukanlah
penghargaan yang diharapkan melainkan perhatian dan rasa sayanglah yang mereka butuhkan. Orang harus ada rasa bersyukur baru bisa bersumbangsih karena, jika dalam diri tidak ada rasa bersyukur selalu merasa kekurangan bagaimana bisa bersumbangsih?
Hati
orang tua begitu lapang, kedua tangannya senantiasa menyambutmu,
bukalah pintu hatimu, belajar dari kesalahan, bertobat, dan tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Yang bisa menolong kita bukan orang lain
melainkan diri sendiri, Master mengatakan “permasalahan adalah hadiah bagi kehidupan kita” yang terpenting adalah harus “menyadari kesalahan.”
“Semua orang selalu memohon untuk memiliki, sedangkan yang disebut sebagai memiliki itu adalah kerisauan.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
“Berkati selalu diri sendiri agar kita dapat hidup dalam kepuasan, berkati selalu orang lain agar mereka hidup dalam kedamaian.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
GAN EN
Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku