Kamis, 26 Juli 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA

Tema : “Bagaimana Menggenggam Berkah”
Pembicara : Leo Samuel Salim (Relawan dari Medan)
Lokasi : Jing Si Books & Café, Pluit.
Waktu : Kamis, 26 Juli 2012 Pkl: 19:00 – 21:00
Jumlah peserta : 21 orang

Apa itu “berkah”?  Apakah yang terlintas dipikiran kita saat mendengar kata “berkah”?  tentu saja  setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Mendapati tubuh masih dalam kondisi sehat saat terbangun dari tidur adalah berkah, saat melakukan kunjungan kasih melihat penderitaan akibat sakit kita pun menyadari bahwasannya kita masih bisa bergerak bebas melakukan aktivitas ini juga merupakan berkah. Segala sesuatu jika disyukuri hal sekecil apapun maka akan jadi berkah juga. Merasakan hidup tercukupi tidak ada kerisauan itu juga adalah berkah.

Lalu bagaimana cara kita menggenggam berkah?
Master  mengatakan apa yang kita alami hari ini adalah akibat karma masa lampau kita. Jika kita ingin mendapatkan lebih banyak berkah dikehidupan yang akan datang maka mulai sekarang berbuat baiklah. Kita harus “menjalin jodoh baik” dengan banyak orang. Lalu bagaimana cara menjalin jodoh baik? Yaitu dengan TERSENYUM. Master mengatakan “hanya berikan saja dia senyumanmu, kamu sudah mengikat jodoh yang baik”. Sangat mudah bukan?

(Jing) berarti  “tidak ada kekacauan/tenang” (Si) berarti “merenung ”(yu) berarti “kata”.  Jadi 靜思語(Jing Si Yu) adalah “kata yang benar-benar harus direnungkan.”   Merenung dan berpikir  adalah berbeda, berpikir hanya berpikir saja “just think” tapi merenung berarti kita harus masuk ke dalam hati, bertanya kepada diri sendiri.


知福 Zhī  fú ,惜福 xī  fú, 再 造福 zài  zào fú,
Menyadari berkah, Menghargai berkah, menciptakan berkah

Apa yang kita pahami dari kata perenungan tersebut?
Sewaktu menyadari berkah berarti kita menyadari  apa yang kita miliki sekarang, kemudian kita harus menghargainya dengan menciptakan kembali berkah yang baru. Master mengatakan sulit terlahir menjadi manusia dan mengenal Dharma, saat ini kita sudah terlahir sebagai manusia dan mengenal Buddha Dharma bukankah kita sangat penuh dengan berkah? Berkah harus terus diciptakan. Tetapi, sewaktu kita berbuat kebajikan janganlah mengharapkan pamrih. Jika ada pamrih berarti kita bukan menciptakan berkah malah kita menciptakan keserakahan dan akibatnya kita telah menanam karma buruk. Bersumbangsihlah tanpa pamrih barulah kita benar-benar menciptakan berkah.

Kenapa harus menciptakan berkah?
“Orang yang senantiasa terus menikmati berkah dan tidak menghimpun berkah maka penderitaan berada di depan. Seperti halnya menabung uang di bank, kalau terus menerus menarik uang dan tidak menyetornya maka  tabungan akan berkurang dan kalau terus ditarik maka uangnya akan habis. Sebuah bibit yang baik selayaknya di dalam kehidupan ini, haruslah giat menghimpun. Pada saat kita mendapat berkah kita harus lebih banyak menciptakan berkah.”
(Dharma Bagaikan Air, Buku Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih p.96).

Sebenarnya perjalanan hidup ini sederhana saja, Master mengatakan “asalkan hal itu benar, maka lakukan saja.”  Kita tidak hidup di masa lalu dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan,  yang terpenting adalah harus menggenggam momen ini, saat sekarang. Dengan demikian berkah akan senantiasa bersamamu. Pada saat Yayasan Buddha Tzu Chi berdiri, harapannya adalah dapat membimbing orang yang mampu untuk menolong orang yang tidak mampu. Apakah kita adalah orang yang mampu? Ya, tentu saja  seringlah memberkati diri sendiri,  “mampu” disini bukan dikategorikan sebagai orang kaya karena tidak ada batasan untuk hal-hal seperti itu. Namun, disaat kita bisa berbuat sesuatu untuk membantu orang lain, itu sudah mampu.

4 tipe manusia
1.    富Fù 中zhōng 之zhī 貧pín
Kaum kaya yang miskin bathiniah
2.    富Fù 中zhōng 之zhī 富fù
 Kaum kaya yang kaya bathiniah
3.    貧Pín 中zhōng 之zhī 貧pín
Kaum miskin yang miskin bathiniah
4.    貧Pín  中zhōng 之zhī 富fù
 Kaum miskin yang kaya bathiniah


Kaum kaya yang miskin batiniah senantiasa terikat dengan apa yang dimiliki. Master mengatakan hendaknya kita menjadi kaum kaya yang kaya batiniah, memiliki kekayaan adalah berkah namun ” batin” kita harus lebih kaya lagi. Di Tzu Chi saat berkegiatan seperti survey kasus atau kunjungan kasih berarti kita sudah melatih kerelaan hati, melatih untuk mengecilkan ego itulah orang yang kaya batiniah. Melalui misi amal kita bisa melihat kaum miskin yang miskin batin disinilah peran kita sebagai Bodhisattva Tzu Chi merubah pemikiran mereka, membimbing mereka. Bagaimana kita menolong orang lain tidak hanya berupa barang atau materi tapi yang terpenting adalah menolong secara batiniah mereka agar mereka menjadi kaum miskin yang kaya batiniah.

Master mengatakan telapak tangan yang menghadap ke atas menandakan penderitaan, hendaknya telapak tangan kita menghadap ke bawah itu adalah sebuah berkah. Berharap dengan melihat penderitaan kita bisa menyadari diri kita penuh dengan berkah sehingga jiwa kebijaksanaan kita dapat bertumbuh namun, yang terpenting adalah menjaga jiwa kebijaksaan kita.

Menjernihkan batin manusia dimulai dengan terlebih dahulu menjernihkan batin kita sendiri, karena segala bencana yang terjadi di dunia ini berawal dari kegelapan batin manusia yaitu: ketamakan, kebencian, dan kebodohan.

“Menyayangi diri sendiri adalah bentuk membalas budi, bersumbangsih adalah bentuk bersyukur.” Tubuh adalah pemberian orang tua, menyayangi diri sendiri serta tidak membuat orang tua khawatir adalah bentuk berbakti. Pergunakanlah tubuh ini untuk berbuat kebajikan karena berbakti dan berbuat kebajikan adalah dua hal yang tidak boleh ditunda. Berbakti kepada orang tua bukanlah penghargaan yang diharapkan melainkan perhatian dan rasa sayanglah yang mereka butuhkan. Orang harus ada rasa bersyukur baru bisa bersumbangsih karena, jika dalam diri tidak ada rasa bersyukur selalu merasa kekurangan bagaimana bisa bersumbangsih?

Hati orang tua begitu lapang, kedua tangannya senantiasa menyambutmu, bukalah pintu hatimu, belajar dari kesalahan, bertobat,  dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Yang bisa menolong kita bukan orang lain melainkan diri sendiri, Master mengatakan “permasalahan adalah hadiah bagi kehidupan kita” yang terpenting adalah harus “menyadari kesalahan.”

“Semua orang selalu memohon untuk memiliki, sedangkan yang disebut sebagai memiliki itu adalah kerisauan.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

“Berkati selalu diri sendiri agar kita dapat hidup dalam kepuasan, berkati selalu orang lain agar mereka hidup dalam kedamaian.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-

GAN EN

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku 
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku 
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku 

Kamis, 19 Juli 2012

Bedah Buku: Berkah dan Kebijaksanaan

Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara)
Fotografer : Stephen Ang (He Qi Utara)
 
 
foto
"Saya dulu tidak suka membaca buku, tetapi sejak bergabung di Tzu Chi saya berubah. Sekarang buku Master Cheng Yen akan menjadi teman terbaik saya saat mengisi waktu luang yang ada,” ucap Like Shijie.
“Sekarang, saya mendapatkan kebahagiaan Dharma setelah membaca buku-buku Master Cheng Yen…,” demikian kata Like Hermansyah Shijie dengan senyuman menawan. Sungguh saya  sebagai peserta yang hadir di acara bedah buku He Qi Utara di Jing si Books & Café Pluit mendapatkan inspirasi menarik  dengan sharing beliau ini.



Kamis Malam, 19 Juli 2012, meskipun berbarengan dengan acara  di tempat lain, namun tidak menyurutkan semangat 30 orang peserta untuk hadir ke acara ini. Like Hermansyah Shijie bersedia memberikan sharing “Tiga Hari Bersama Master Cheng Yen” dalam kunjungannya ke Taiwan setelah acara Training 4 in 1 dari tanggal 14 – 23 Juni 2012. PIC bagian Pelatihan Hexinini berbagi  pengalamannya yang menarik selama bertemu dengan Master Cheng Yen maupun kisah pengalaman pribadinya di acara ini.
Shixiong-Shijie, saya dulu tidak suka membaca buku, tetapi  sejak bergabung di Tzu Chi membuat saya berubah. Sekarang buku Master Cheng Yen akan menjadi teman terbaik saya saat mengisi waktu luang yang ada,” ucap Like Shijie. Melalui buku-buku Master, beliau mengakui  belajar bahasa Mandarin dan kini dapat membaca bahasa Mandarin dengan cukup baik. Tekad yang besar dan kesungguhan hati Like Shijie tercermin dari mimik wajahnya sesuai dengan kata perenungan: “Ada tekad untuk melaksanakannya, sebab setiap ada tekad pasti ada kekuatan”.  Master Cheng Yen pernah  berkata, “Setiap manusia memiliki potensi yang tidak terhingga, jadi jangan meremehkan diri sendiri”. Benar, mendalami ajaran Jing Si, giat mempraktikkan ajaran kebenaran. Oleh karena itu, siapa pun yang  sungguh-sungguh mau belajar pasti akan turut merasakan seperti kebahagiaan Dharma di dalamnya, sebab dalam melakukan kegiatan di Tzu Chi kita akan belajar hikmah di dalamnya. Dari belajar maka kita akan turut merasakan manfaatnya sehingga dapat menginspirasi untuk berbuat kebajikan.
foto  foto
Keterangan :
  • Like Hermansyah Shijie memberikan sharing “Tiga Hari Bersama Master Cheng Yen” dalam kunjungannya ke Taiwan setelah acara Training 4 in 1 dan juga kisah pengalaman pribadinya di acara bedah buku ini (kiri).
  • Kegiatan Bedah Buku ini diikuti oleh 30 orang peserta, yang terdiri dari relawan Tzu Chi dan juga masyarakat umum (kanan).
Suatu pengalaman menarik, saat Like Shijie bertemu langsung dan bersama Master Cheng Yen, “Saya sangat kagum dengan Master, di tengah kepadatan jadwalnya, beliau tidak pernah sekalipun terlihat mengantuk atau capek.” Like Shijie menambahkan, Master sudah lanjut usia dan tahun ini sudah berusia 75 tahun. Meski beliau tidak pernah keluar Taiwan, tetapi kini Tzu Chi saat ini ada di 54 negara di seluruh dunia. Ya, semangat pengabdian Master yang luar biasa ini dengan penuh welas asih dan selalu membantu orang lain akan memotivasi kita sebagai relawan Tzu Chi untuk bersumbangsih dengan lebih giat lagi di jalan Bodhisatwa ini.  
Jalan Bodhisatwa adalah jalan kebenaran yang mempraktikkan jalan mulia beruas delapan, yaitu: Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar, demikian Livia Shijie turut menambahkansharingnya saat menjawab pertanyaan salah seorang peserta yang sangat antusias mengajukan pertanyaan.  Livia Shijie juga menjelaskan bahwa selain 8 jalan kebenaran itu, di Tzu Chi kita juga menjalankan  Enam paramita, yaitu Berdana, Sila, Samadhi, Semangat, Konsentrasi dan Kebijaksanaan. Dengan kegiatan bedah buku kita juga dapat meningkatkan jiwa kebijaksanaan kita. Like Shijie menekankan bahwa “Fu Hui Suang Siu” yaitu memupuk ladang berkah dan meningkatkan kebijaksanaan harus bersamaan”. Di dalam setiap melakukan kegiatan di Tzu Chi, harus ada perubahan diri yang dapat menginspirasi orang lain untuk turut serta berbuat kebajikan. Jadi semakin banyak orang berbuat kebajikan maka kita turut mengemban misi Master untuk menyucikan hati manusia, masyarakat hidup harmonis dan dunia dapat bebas bencana. Semua harus dimulai dari diri sendiri, perubahan   diri relawan itu sendiri, inilah yang sangat diharapkan oleh Master Cheng Yen. Dahulu Like Shijie senang sekali berbelanja di mal dan mempercantik diri secara berlebihan. Tetapi sekarang ia sangat bersyukur hal itu bisa berubah setelah bergabung sebagai relawan Tzu Chi. Like Shijie hanya berbelanja seperlunya dan berpenampilan sederhana dan mempraktikkan hidup sederhana dan turut mendukung imbauan Master Cheng Yen bahwa: “80% makan kenyang, sisanya 20%  dapat disumbangkan untuk menolong orang lain yang tidak mampu”. Sungguh sikap positif yang harus didukung oleh seluruh insan Tzu Chi.
foto  foto
Keterangan :
  • Menurut Like Shijie, Master selalu memuji relawan Tzu Chi dari Indonesia yang selalu bekerja dengan rajin, giat bersumbangsih dan membangun aula Jing si yang terbesar di dunia (kiri).
  • Pengalaman berharga orang lain yang harus dilewati selama puluhan tahun untuk mendapatkan kebijaksanaan, tetapi kita hanya perlu dua jam untuk belajar dan mendengarkannya di acara bedah buku. Oleh karena itu, mari kita semua datang ke acara bedah buku di komunitas (kanan).
Menurut Like Shijie, Master selalu memuji relawan Tzu Chi dari Indonesia yang selalu bekerja dengan rajin, giat bersumbangsih  dan  membangun aula Jing si yang terbesar di dunia. “Shixiong-Shijie, dengan pujian kita harus lebih mawas diri,” katanya. Like Shijie mengingatkan kita agar tidak terlena oleh pujian. Master Cheng Yen mengimbau kita sebagai relawan harus dapat lebih giat lagi mengajak  banyak orang untuk bergabung dan mengajak Bodhisatwa-bodhisatwa baru untuk membantu di ladang berkah Tzu Chi. Kurang lebih dua bulan mendatang, Aula Jing Si akan diresmikan, tepatnya tanggal 7 Oktober 2012 dengan tema “Menggerakkan Gunung Sumeru”. Para relawan Tzu Chi ibarat pasukan semut yang siap mendaki Gunung Sumeru itu agar dapat bersama-sama merekam sejarah dan mewariskan jejak cinta kasih Tzu Chi kepada generasi masa depan, sebab apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
Setiap manusia adalah sebuah sutra,  belajar dari seorang Like Shijie kita juga mendapatkan banyak tentang bagaimana tumbuhnya kebijaksanaan dengan bersumbangsih dengan sungguh-sungguh di Jalan Bodhisatwa Tzu Chi. Pengalaman berharga  orang lain yang harus dilewati selama puluhan tahun untuk mendapatkan kebijaksanaan, tetapi kita hanya perlu dua jam untuk belajar dan  mendengarkannya di acara bedah buku. Oleh karena itu, mari kita semua datang ke acara bedah buku di komunitas masing-masing untuk menambah jiwa kebijaksanaan kita. Sebab hidup ini tidak kekal, saat kehidupan berakhir maka hanya jiwa kebijaksanaan yang dapat mengikuti kita dalam kehidupan berikutnya. Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan dalam berbagai ladang berkah dan mempraktikkannya secara nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.

Gan En

Link terkait :
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
Foto Kegiatan Bedah Buku 

Kamis, 12 Juli 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA

Tema : “Sebuah Panggilan Jiwa (Misi)” (halaman 27 s/d 30)
MC : Po San Shixiong
Sharing by : Lo Hok Lay Shixiong
Lokasi :  Jing Si Books & Cafe Pluit
Waktu : 12 Juli 2012, 19.00-21.00 WIB
Jumlah Peserta : 20 orang


Sebuah Panggilan Jiwa (Misi) Buku: Lingkaran Keindahan, hal.27-30.
Mengapa orang begitu takut dipandang sebelah mata oleh orang lain? Ini pasti karena mereka terlalu menyombongkan diri. Mengapa orang lain merasa tidak puas terhadap Anda? Ini karena Anda menggembungkan ego Anda, dan keegoisan Anda membuat orang lain sulit menghargai dan menerima Anda. Ketika Anda dan orang lain gagal untuk saling menerima, muncullah berbagai masalah.

Di Tzu Chi kita belajar bagaimana menjalani hidup, menjadi manusia yang berbudi dan mengasihi sesama. Jika Anda tidak tahu bagaimana berjalan seiring dengan sesama, Anda tidak tahu bagaimana menjadi manusia yang berbudi. Kita harus belajar mengerjakan dengan sungguh-sungguh hal yang memang pantas kita kerjakan, pada saat yang sama kita harus mencegah diri kita dari melakukan hal-hal yang tidak pantas. Bila kita secara tidak sengaja berbuat salah, kita harus langsung memperbaikinya.

Bila kita selalu waspada dan tahu bagaimana melakukan hal-hal yang baik, kita tidak akan memiliki penyesalan dalam hidup kita. “Hukuman terberat dalam hidup adalah penyesalan.” Kita harus bisa membedakan yang benar dari yang salah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tak ada akhirnya. Kemampuan untuk memilah hal-hal yang benar untuk dipelajari adalah juga sejenis kebijaksanaan.  


Kita harus berusaha bersikap ramah, karena dalam hidup ini kita semua saling mengandalkan, tak ada sesuatu pun dalam hidup yang dapat diwujudkan oleh satu orang tanpa pertolongan orang lain. Jika kita semua dapat hidup harmonis dan menyenangkan dengan yang lain serta dapat membaktikan diri untuk masyarakat, maka kita akan hidup dengan sungguh bermakna, penuh berkah, dan bahagia.

Selembar ijazah akademik tidak setara dengan nilai diri seseorang, apa yang akan tetap bersama kita adalah pengetahuan kehidupan dan kemanusiaan kita. Untuk mempelajari itu, kita harus bertanya kepada diri kita, apakah kita sudah cukup memedulikan orang lain dan peristiwa-peristiwa dalam keseharian kita? Apakah kebijaksanaan kita tumbuh seiring dengan usia kita? Apakah kita berusaha menjalin keharmonisan dengan keluarga dan sejawat kita? Untuk hidup penuh makna, kita harus mempunyai tujuan yang mulia dan selalu bekerja ke arah tujuan itu.

Kita datang ke dunia ini dengan sebuah misi, namun sebagian orang tidak tahu bagaimana menjalani kehidupan mereka dan kemudian kehilangan arah, sedemikian sehingga kadang mereka menyakiti diri sendiri dan mengganggu masyarakat. Hal terpenting dalam hidup adalah “menjadi orang baik dan bekerja sama dengan orang lain”. Jika kita mampu saling menghormati dan menghargai, sebuah masyarakat yang indah dan baik akan terbentuk dengan sendirinya. 


Sharing by Lo Hok Lay Shixiong :
  • Menghadapi setiap hal, kadang kita bisa langsung merespon dengan marah, itu namanya EGO, kenalilah ego kita. Bila kita SADAR akan munculnya ego dalam diri kita, kita bisa menahan untuk tidak marah. Atau misalnya saat kita sudah mengerjakan sesuatu dan ternyata tidak ada yang memuji, kita bisa marah dan tidak sadar. Sifat dasar manusia memang begitu, itulah sebabnya Master Cheng Yen sering mengingatkan kita berkali-kali dan berulang-ulang dalam ceramahnya, agar kita dapat mengikis lima racun batin (ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, curiga). Kita harus bisa saling menerima pendapat/ide orang lain, kalau tidak, itu artinya kita tidak bisa mengecilkan ego kita.
  • Master selalu mengingatkan kita untuk bu bi jiao, bu ji jiao (不比較 不計較), yaitu tidak membanding-bandingkan dan tidak saling perhitungan. Karena dengan membanding-banding dan saling perhitungan ini hanya akan menimbulkan karma buruk ataupun kebencian. Hati kita tidak bisa diam sehingga timbul masalah, namun demikian bersyukurlah karena kita diberi kesempatan untuk belajar. Bila timbul masalah dan kita sanggup menghadapinya dengan baik, maka kita akan ‘naik kelas’, ini akan membuat kita semakin ‘kuat’, sehingga kebijaksanaan pun bertambah. 
  • Melalui pikiran kita bisa menciptakan karma buruk, walaupun belum dilaksanakan. Kita sering dimainkan oleh perasaan sendiri, curiga ini dan itu. Kita harus tenang, orang lain mau memuji atau meremehkan, itu urusan mereka, kita hanya perlu tahu apa yang benar dan yang pantas kita lakukan, gan yuan zuo, huan xi shou (甘願做 歡喜受), artinya mengerjakan dengan sukarela dan menerima hasilnya dengan sukacita. Siapa yang kerja, dialah yang dapat, siapa yang makan, dialah yang kenyang. Mengkhawatirkan orang lain tidak belajar, lebih baik ingatkan diri sendiri untuk lebih banyak belajar. Melakukannya dulu sendiri sehingga bisa menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. 
  • Hal yang lebih penting dari ijazah adalah “kita tidak pernah berhenti belajar”. Di Tzu Chi terdapat banyak ladang untuk belajar, belajar menghadapi permasalahan dan belajar kebijaksanaan.
Sharing by Adenan Shixiong :
  • Visi Tzu Chi adalah menyucikan hati manusia, agar masyarakat harmonis, sehingga dunia terhindar dari bencana. Menyucikan hati adalah langkah pertama, kebijaksanaan harus ditingkatkan.
  • Ijazah, pengetahuan akademis tidak bisa mengikuti kita, tapi pengetahuan kehidupanlah yang bisa kita bawa. Ibarat komputer dengan software dan hardwarenya, software lama tidak bisa dipakai untuk hardware yang lebih tinggi spesifikasinya. Software ibarat karma yang kita bawa, apabila kita memiliki karma yang baik, maka kita juga akan mendapatkan hardware (fisik) yang baik pula. 
  • Bila softwarenya tidak bagus, maka tidak dapat mengerjakan beberapa tugas sekaligus, komputer akan ‘hang’, sebaliknya bila software bagus dan hardware juga mendukung, maka walaupun pekerjaan banyak tapi bisa berjalan dengan lancar. Seperti manusia, bagi tipe yang kurang bijak, bila sudah tidak sanggup menghadapi masalah maka mereka cenderung bersikap tidak bijak misalnya kesal, benci, ingin balas dendam, atau bahkan menyakiti diri sendiri (bunuh diri). Bagi orang yang bijak, walau bertemu banyak masalah pun dapat mengatasinya dengan baik.


Sharing by Yulina Shijie :

Ada 2 hal yang menentukan sikap seseorang baik atau kurang baik terhadap kita :
1. 业障 (ye zhang) Karma : Benih apa yang kita tanam, maka itulah buah yang akan kita dapat.
2. 亲债主 = Yuan Qing Zhai Zhu
(yuan) Benci : Bila seseorang di masa lalu pernah membenci orang lain, maka di kehidupan mendatang ia akan membenci orang itu juga walaupun orang itu kelak menjadi bagian keluarganya.
(qing) Cinta : Bila seseorang di masa lalu pernah mencintai orang lain (teman, keluarga, pasangan hidup), maka di kehidupan mendatang ia tetap akan mencintai orang itu.
(zhai) Bayar Hutang : Misalnya ada seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, ini dikarenakan ia ingin membayar hutangnya di kehidupan yang lampau.
(zhu) Tagih Hutang : Misalnya ada seorang ibu yang jahat kepada anak tirinya, ini dikarenakan ibu ini sedang menagih hutangnya di kehidupan yang lampau.

Manusia hidup sebenarnya adalah sengsara. Ada 8 macam sengsara dalam hidup manusia :
1. 生苦 (sheng ku) = sengsara akibat lahir
2. 老苦 (lao ku) = sengsara akibat usia tua
3. 病苦 (bing ku) = sengsaran akibat sakit
4. 死苦 (si ku) = sengsaran akibat meninggal
5. 求不得苦 (qiu bu de ku) = sengsaran karena keinginan tidak tercapai
6. 怨憎苦 (yuan zeng ku) = sengsara karena berkumpul dengan yang dibenci
7. 愛別離苦 (ai bie li ku) = sengsara karena berpisah dengan yang dicintai
8. 五陰盛苦 (wu yin sheng ku) = sengsara karena memiliki panca skandha

Panca skandha yaitu :
1. 色=se (wujud rupa)
2. 受=shou (vedana/ perasaan)
3. 想=xiang (samjna/ pencerapan)
4. 行=xing (samskara/ bentuk-bentuk mental)
5. 識=shi (vijnana/ kesadaran).

Memiliki 受(vedana/perasaan) adalah sengsara, misalkan saat kita direndahkan dan muncul perasaan tidak senang. Apabila kita ingin perasaan itu hilang, kita cukup belajar untuk tidak melekat, biasakan untuk tidak mengikuti ego kita yang ingin dipandang tinggi, serta belajar melupakan siapa yang memandang rendah kita dan kata-kata apa yang dikeluarkan.



Memiliki 想(samjna/ pencerapan) membentuk suatu keakuan dan hal ini membuat diri ini melekat. Keakuan membentuk karakter seseorang, melalui semua yang kita suka dan yang kita tidak suka semuanya menjadikan suatu pribadi keakuan. Di saat seseorang tidak dapat melepaskan keakuan, maka mulai muncul ego yang menyulut munculnya 行(samskara/ bentuk-bentuk mental).

行(samskara/bentuk-bentuk mental) merupakan wujud dari mental/pikiran kita, dan terwujud melalui badan dan perkataan.

識(vijnana/kesadaran), kita sadar kita direndahkan maka kita menjadi galau, sadar yang seperti ini sifatnya negatif. Tapi kita harus memiliki kesadaran yang positif untuk mencapai kebijaksanaan. Kita harus sadar mengenai kesengsaraan dan keburukan kita, maka semua harus diubah setahap demi setahap. Sang Buddha pernah mengatakan: "Tidak takut sadarnya lambat, yang ditakutkan adalah yang tidak pernah sadar." 


Sharing by Like Shijie :
  • Master Cheng Yen menginginkan agar kita selain membina berkah juga membina kebijaksanaan. Kalau kita tidak membina kebijaksanaan, maka kita tidak akan bisa masuk ke alam manusia. Master memberi kita 4 huruf : 佛心師志 fo xin shi zhi (hati Buddha, tekad guru). Karena masih adanya 5 racun, maka kita tidak bisa lepas dari alam samsara. Baca buku saja tidak cukup, namun harus kita praktekkan. Tanpa ladang berkah, kita tidak bisa membina kebijaksanaan. Kita harus menjalin jodoh baik dengan setiap orang, satu musuh saja itu sudah terlalu banyak.
  • Bila ada orang yang membenci atau kita merasa tidak nyaman berarti ada Yuan Qing Zhai Zhu di sekitar kita. Namun bagaimanapun juga kita harus senantiasa berbuat baik. Bila karma buruk berbuah di saat yang tidak tepat, berarti timbunan karma baik tidak cukup. 
  • Kita harus seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk, jangan ada fa man (kesombongan dharma), kesombongan karena merasa sudah sangat memahami dharma dan lebih mengerti dari orang lain. 
  • Kita tidak perlu menuntut anak untuk pintar sekolah, tapi pintar jadi orang, bagaimana menjadi orang, karena mutu kepribadian lebih penting.

Sharing by Po San Shixiong :
  • Saat diremehkan, sebenarnya kita harus bersyukur, malah saat dipuji kita harus waspada, karena kita bisa terlena dan ego bisa timbul. Kita harus sadar karena pada awalnya kita bekerja dengan tulus, sadar kemudian kembali ke awal dan melakukan yang pantas dilakukan. Master tidak memuji relawan setelah bekerja, namun hanya bertanya apakah melakukannya dengan penuh sukacita dan rela?
  • Kita harus menyucikan hati sendiri dulu sebelum meyucikan hati orang lain. Menyucikan hati orang harus dimulai dari menyucikan hati sendiri. Bencana terbesar adalah bencana akibat batin manusia, lebih dahsyat dari bencana alam karena korban yang terjadi lebih besar dari bencana alam.
  • Kita harus memupuk kebijaksanaan, dalam menggarap ladang berkah, bila timbul masalah harus disyukuri, karena itu akan membuat kita menjadi lebih kuat. Bersyukur bila diremehkan dan waspada bila dipuji.

Gan En 

Link terkait :

Kamis, 05 Juli 2012


KEGIATAN          : BEDAH BUKU, HE QI: UTARA

Tema               : PERTOBATAN MILAREPA.
Pembicara        : Yabin Yap Shixiong (Program Manager DAAI TV)
Lokasi              : Jing Si Book and Café, Pluit
Waktu             : Kamis 05 Juli 2012, Jam 19.00 –21.00 WIB.
Jumlah peserta : 29 orang

Hok Lay Shixiong => Kita sering mendengar tentang Pertobatan seperti yang di lakukan relawan Tzu Chi tahun kemarin. Kisah dari Pertobatan Milarepa ini merupakan Legenda tapi juga sebuah kisah nyata yang terjadi di Tibet. Milarepa adalah seorang pemuda yang mempunyai dendam kesumat yang sangat menggunung, tetapi ia bisa bertobat dan akhirnya menjadi tercerahkan.



Yabin Yap Shixiong memulai sharing tentang Pertobatan Milarepa ini dari pengenalan murid utama dari Milarepa yaitu Gamopa (lebih dikenal dengan Raja Gamopa). Raja Gamopa mengatakan ‘’Dharma bisa menjadi Racun bila dipahami dan digunakan secara Keliru’’.





Surat Wasiat, Penderitaan dan Penghinaan.
Milarepa (Mila Berjubah Putih) => Mila adalah nama Marga, dan Repa adalah Jubah Putih.
Berasal dari Tibet Barat terlahir dengan nama Thopaga (Berita Baik) dan dari keluarga yang kaya dan terpandang di desanya. Di masa kecilnya ia hidup bahagia dengan ayah, ibu dan Peta adiknya. Ketika Thopaga berusia 7 tahun ayahnya jatuh sakit dan membacakan surat wasiat di depan paman dan bibinya juga warga sekitar yang menjadi saksi. Isi dari surat wasiat itu adalah ‘’Semua harta kekayaan ayahnya diberikan kepada Thopaga dan dalam pengawasan paman dan bibinya’’. Setelah ayahnya meninggal dunia maka paman dan bibinya segera mengambil harta kekayaan itu, lalu Thopaga dan keluarganya diperlakukan seperti budak dan diberi makan seperti makanan hewan oleh paman dan bibinya.



Ketika Thopaga sudah dewasa, ibunya meminta paman dan bibinya mengembalikan harta kekayaan itu kepada Thopaga, tetapi mereka tidak mau mengembalikannya dan mengatakan harta itu bukanlah milik Thopaga tetapi milik mereka.




Belajar Ilmu Sihir dan Membalas Dendam.
Karena mengalami penderitaan dan penghinaan ibunya menyuruh Thopaga untuk belajar ilmu sihir dan membalas dendam kepada paman, bibi dan semua warga desa, kalau ia kembali tanpa menunjukan tanda-tanda sihir di desa maka ibunya akan bunuh diri didepan matanya. Kemudian Thopaga pergi mencari seorang guru untuk belajar ilmu sihir dan setelah ia berhasil menguasai sihir yang hebat ia kembali ke desanya yang saat itu paman dan bibinya sedang merayakan pesta pernikahan anak mereka. Thopaga mengambil kesempatan ini dan menggunakan sihirnya, akibatnya sebanyak 35 orang meninggal kecuali paman dan bibinya. Setelah itu atas permintaan dari ibunya ia juga mendatangkan badai salju yang dalamnya setebal 9 bata.

Penyesalan Tiada Tara dan Pencarian Guru Sejati.
Setelah melakukan sihir Thopaga merasakan penyesal yang tiada tara dan sangat tidak nyaman, maka ia kembali mecari seorang guru yang bisa membuat ia terbebas dari perasaan itu. Thopaga pergi ke Vihara Drowo Lung dan menemui Lama Marpa Sang Penerjemah yang merupakan murid langsung dari Guru Naropa dari India. Ketika ia berguru dengan Lama Marpa, ia diperlakukan dengan sangat keras dan sebanyak 4 kali Lama meminta Thopaga membangun menara dan setiap kali menara sudah setengah jadi, Lama selalu menyuruhnya untuk menhancurkan menara dan mengembalikan tanah dan bebatuan ketempat semula.
Ke empat Menara itu adalah:
  1. Menara Bulat dipuncak gunung sebelah Timur.
  2. Menara Setengah Bulat dipuncak gunung sebelah Barat.
  3. Menara Segitiga di puncak gunung sebelah Utara.
  4. Menara Persegi setinggi 9 tingkat dan di puncaknya membentuk sepuluh tingkat.
Kesungguhan Membina Diri dan Resmi menjadi Murid.
Milarepa (Thopaga) memerlukan waktu selama 7 tahun untuk membangun menara dan saat itu terjadi 3 luka dipunggungnya yang mengeluarkan nanah dan darah sampai tulang punggungnya terlihat dari lubang luka. Saat Milarepa menerima perlakuan yang sangat keras dari Lama Marpa, ia menerimanya dengan tabah dan mengalami kelelahan batin yang amat sangat, tetapi ia tidak pernah berpikiran buruk atau jahat terhadap gurunya dan itu membuat Lama Marpa menerima Milarepa menjadi muridnya. Kemudian Lama Marpa menyuruh Milarepa untuk bermeditasi dengan tekun di sebuah gua yang disebut Gua Harimau, lalu menutup pintu gua dan bila Lama memberikan makanan melalui sebuah lubang. Di dalam gua Milarepa mengisi lampu altar dengan minyak dari mentega lalu menyalakan dan meletakan lampu itu diatas kepala, dengan cara ini ia bertekad untuk bermeditasi tanpa bergerak hingga mentega didalam lampu habis.

Perpisahan.
Sebelas bulan telah berlalu ketika dalam meditasinya itu ia melihat bahwa rumahnya sudah rusak, ibunya pun sudah meninggal dan adiknya Peta menjadi pengemis, melihat kejadian itu membuat Milarepa menghentikan meditasinya. Lalu ia menghadap Lama Marpa dan mengutarakan maksudnya untuk pergi. Kemudian Lama memberikan Milarepa sebuah gulungan yang hanya boleh dibuka kalau mengalami kesulitan dan Milarepa bersujud di hadapan Lama dan Ibu (Istri Lama), menyentuhkan kepalanya pada kaki mereka,  memohon berkah mereka lalu ia terus berjalan mundur hingga tak bisa lagi melihat wajah Lama Marpa gurunya.
‘’Tradisi ini membuat Bhiksu-Bhiksu di Tibet pada jaman sekarang, saat berpisah dengan Gurunya tidak akan bersujud karena akan membuat mereka tidak bisa lagi bertemu dengan Sang Guru, seperti yang terjadi pada Milarepa’’.

Melepas Keduniawian dan Kekuatan Tekad.
Milarepa kembali ke desanya dan melihat keadaan rumah, ibu dan adiknya Peta seperti yang dilihatnya waktu meditasi, saat bertemu dengan bibinya ia tidak lagi mendendam malah berterimakasih karena merekalah ia mengambil jalan pembebasan. Milarepa melakukan pertukaran dengan bibinya, ia menukar ladang dan rumahnya dengan sekantung gandum, kemudian mengasingkan diri di gunung dan bertekad ‘’Selama belum mencapai Pencerahan, tidak akan turun gunung dan meminta sedekah maupun persembahan dari siapapun. Walaupun jika mati karena kelaparan, kedinginan, dan oleh penyakit karena tidak ada makanan, tidak ada pakaian, dan tidak ada obat. Dengan tak mengizinkan tubuh, ucapan, dan pikirannya terganggu, ia akan berupaya untuk menjadi Buddha’’.
Karena tidak ada makanan dan gandum yang diberikan bibinya sudah habis, ia mulai memakan ilalang dan membuat tubuhnya kurus seperti kerangka, kulitnya menjadi berwarna hijau dan rambutnya pun berubah menjadi kelabu. Ketika itu terjadi Milarepa mengambil gulungan yang diberikan Lama dan menaruh gulungan itu diatas kepala, walaupun tidak ada yang bisa dimakan tetapi perutnya terasa kenyang dan ada rasa makanan dimulutnya.

Realisasi KEBUDDHAAN Dalam 1 Kehidupan.
Milarepa akhirnya mencapai Pencerahan yang luar biasa, dan mampu mengubah tubuhnya, bisa melayang dan mengunjungi semua alam suci Buddha mendengarkan ajaran di sana dan juga bisa mengajarkan Dharma pada banyak makhluk. Suatu saat ada 3 orang pemburu yang datang ke gunung dan melihat Milarepa yang kurus, mereka memperlakukannya dengan sewenang-wenang seperti melempar, menendang dan sebagainya, tetapi Milarepa tidak mengeluh diperlakukan seperti itu. Suatu hari 3 pemburu itu mengalami musibah dan meninggal karena telah memperlakukan seorang Bhiksu dengan kejam. Karena itulah ketika ada pemburu yang datang ke gunung maka Milarepa akan menyanyikan sebuah Dharma, dan pemburu yang mendengar nyanyian Dharma itu menyanyikannya lagi.
Milarepa mempunyai banyak murid dan ketika ia sudah mau meninggal maka dengan kekuatannya ia menemui murid-muridnya yang tinggal di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan.
Sebelum Parinibanna Milarepa membuat aspirasi.
‘’Sesuai ramalan para Buddha di masa lalu, makhluk hidup apapun yang telah mendengar nama Milarepa sekali saja dan padanya timbul rasa hormat, tidak akan terjerat dalam lingkaran kelahiran kembali di alam rendah selama 7 masa kehidupan’’.

Milarepa secara tingkatan KEBUDDHAAN berada setara atau satu tingkat dibawah Buddha Sakyamuni. Kalau Buddha Sakyamuni memerlukan 3 kalpa untuk mencapai KEBUDDHAAN, maka Milarepa hanya memerlukan 1 kali masa kehidupan dari seorang yang terbelenggu Samsara sampai mencapai Pencerahan.

Tanya jawab dan Sharing dari Shixiong / Shijie.

Hok Lay Shixiong => Mengapa seorang Lama boleh mempunyai Istri?
Yabin Yap Shixiong => Dalam bahasa Tibet, Lama adalah sebutan untuk seorang Guru Guna Rupa. Seseorang yang membina diri bisa menjadi seorang Bhiksu ataupun tidak. Jaman dulu ada seorang Bhiksu yang bernama Nilopa dan ia mau untuk mempraktekkan dualisme, karena Pria melambangkan Belas Kasih, dan Wanita melambangkan Kebijaksanaan.


Wahyuni Lo Shijie => Dalam ajaran Tantrayana mengapa orang yang sudah melakukan kesalahan seperti Milarepa bisa mencapai Pencerahan?
Yabin Yap Shixiong => Terbebas dari samsara bukanlah pencerahan, ada alam setelah seseorang meninggal yaitu: Alam Sukhavatti (tempat hunian sementara) bila dalam hidup kita tidak membunuh atau melukai seorang Arahat, tidak membunuh atau melukai orangtua, maka ia akan terlahir di alam Sukhavatti. Tetapi alam Sukhavatti ada beberapa tingkatannya, laksana Bunga Teratai bila tingkatannya tinggi maka ia akan mekar sempurna, bila tingkatannya sedang maka akan setengah mekarnya, bila tingkatannya rendah maka akan kuncup. Untuk menjadi mekar sempurna memerlukan 100 hari masa pelatiha diri, dimana waktu 1 hari di alam Sukhavatti sama dengan 1 kalpa di alam manusia, tetapi di alam Sukhavatti tidak ada perasaan susah bahkan anginpun akan menjadi sebuah Dharma.

Surya Lie Shixiong => Mengenai seseorang yang dapat mengambil Ajaran yang tidak terlihat, sesungguhnya banyak sekali fenomena alam yang disebut Hukum Dhamma, yang kita sendiri tidak mampu untuk menalarnya, contohnya adalah Relic Buddha sampai sekarang ilmu pengetahuan dan teknologi tidak mampu untuk menjelaskan bagaimana proses terbentuknya Relic. Begitu juga dengan seseorang yang dikatakan mampu mengambil ‘’Ajaran’’ yang tidak terlihat, ada sebuah rumor yang mengatakan bahwa seorang guru besar TERGAR yaitu Mingyur Rinpoche adalah salah satu orang yang mamapu mengambil AJARAN yang tidak terlihat tersebut. Untuk lebih lanjutnya semua kembali kepada keyakinan kita masing-masing, dan hal ini perlu dibuktikan dengan sudut pandang(Ehipassiko) yang positif.
Yabin Yap Shixiong => Terton adalah Seseorang yang bisa mengambil Ajaran Dharma dari alam dan menyimpan Ajaran tersebut, bila berada dalam suatu keadaan maka Ajaran itu bisa digunakan dan disebarkan. Seorang Terton (TERMA) boleh dan bisa untuk menikah.

Adenan Shixiong => Bila kita membaca Satparamitta.
Dana Paramitta => Adalah yang paling mudah.
Sila Paramitta => Dari kehidupan, kalau kita bisa menjalankan Sila maka kita baru bisa melakukan Satparamitta.
Tekad => Dengan Tekad yang begitu besar bisa meningkat sampai menjadi Buddha, bahkan lebih cepat dan mendekati Buddha Sakyamuni.
Jhana => Bisa langsung meningkat, dalam 1 kali kehidupan bisa langsung menjadi Buddha dengan Tekad.

Mudah masuk kedalam Tzu Chi tetapi tidak mudah untuk BERTAHAN didalam Tzu Chi. Karena Tzu Chi adalah Lingkungan Pelatihan Diri, seperti kita menunggu seseorang bila menunggu lama maka kita akan marah, maka kita memerlukan Tekad seperti Milarepa.

Bambang Shixiong => Memang masuk Tzu Chi itu mudah dan bertahan didalam Tzu Chi tidaklah gampang, seperti ketika kita memindahkan meja yang sama sebanyak 3 kali saja sudah merasa marah dan sebagainya. Jangan sering merasa tersinggung karena apa yang dikatakan kepada kita itu tidaklah ada niat (maksud) seperti itu.

Penutup.
Hok Lay Shixiong => Bila hati kita dipenuhi oleh Virus-virus penuh kecurigaan dan lainnya. Virus-virus kecurigaan itu membuat kita susah sendiri, karena Virus kecurigaan tersebut akan terus berkembang biak menjadi IRI HATI, MARAH dan BENCI yang selalu membuat Batin kita menjadi TIDAK PERNAH TENANG.

Gan En

Link terkait :
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku