Kamis, 07 Juni 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema : “Biksu Sisi”
Buku : Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bag I Bab 8 Hal:
Pembicara : Djohan Kurnia sx
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 7 Juni 2012, Pk: 19:00 – 21:00
Jumlah Peserta : 17

Tanggung jawab dasar kita sebagai manusia adalah “hubungan antar manusia”, keseharian tidak lepas dari hubungan antar manusia hidup kita dipupuk dari keseharian kita. Pepatah mengatakan “Berhasil sebagai manusia maka itu jalan menuju keberhasilan belajar Buddha Dharma.” Sebagai manusia kita memiliki tanggung jawab  jika dasar-dasarnya saja belum  bisa dipenuhi  maka jangan harap yang tinggi-tinggi.


Dalam melakukan sesuatu kita harus dengan “SADAR”

Kiat-kiat selalu ber-kesadaran
想什麼 (xiang shen me) Sadar  sedang pikir apa?  說什麼 (shuo shen me) sadar sedang bicara apa?
做什麼 (zuo shen me) sadar sedang lakukan apa?



Jadi, harus menyadari apa yang sedang kita pikirkan, bicarakan, dan lakukan.

Kita juga harus menyadari “pikiran” 需要嗎(xu yao ma) perlukah? 必要嗎 (bi yao ma) haruskah? 重要嗎 (zhong yao ma) pentingkah?

Jadi,dalam melakukan sesuatu disaring beberapa kali. Apakah saya perlu melakukan ini? haruskah saya lakukan? Dst

Kata 休息(xiūxī) = berhenti, 思想(sīxiǎng) = berpikir jadi 息思 xisi=berhenti berpikir (batin tidak lagi goyang oleh faktor-faktor luar duniawi). Berhenti untuk melekat pada pikiran duniawi dan hidup dalam ajaran (pemahaman) dharma melatih kesederhanaan dan saling menghormati. Hal ini tidaklah mudah seperti yang dikatakan dalam buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan salah satu kesulitan adalah "Sulit bagi orang kaya untuk belajar jalan kebenaran".


Selama masih hidup dalam keduniawian maka timbullah dualisme suka/tidak suka, baik/tidak, baik, untung/rugi dst. Kita masih ada kemelekatan, ego, (merasa memiliki) sehingga kita terjebak didalamnya tidak bisa keluar dari pikiran-pikiran kita. Pikiran duniawi masih didorong oleh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Jadi untuk belajar Buddha dharma kita harus belajar untuk “melepas.” Karena, hidup ini diliputi oleh penderitaan dan segala sesuatu selalu berproses (segala bentuk keduniawian itu tidak kekal) jadi janganlah melekat. Terlahir menjadi manusia dan berkesempatan mendengar Buddha dharma tidaklah mudah untuk didapat, karena itu janganlah di sia-siakan dan manfaatkanlah dengan baik.

Kita sering bilang “saya marah” siapa yang marah? “SAYA” orang awam akan mati-matian demi “saya” batin kita masih melekat, sedangkan orang yang telah mencapai kesucian sudah tidak ada lagi “saya/ego” “saya” hanyalah wujud (tubuh) oleh sebab itu sumber penderitaannya sudah tidak ada.




Lalu bagaimana caranya mensucikan pikiran?
  • Pikiran manusia awam pada dasarnya masih dilandasi oleh kebodohan batin, merasa ada “saya.” Semua penderitaan muncul karena ada “saya.” Lahir, tua, sakit, mati adalah proses kehidupan jika kita tidak bisa menerima maka kita akan sakit oleh sebab itu kita harus “sadari” meskipun belum bisa mensucikan hati dan pikiran setidaknya kita bisa usahakan dengan kesadaran jangan menambahkan lagi “sampah” yang baru. 
  • Melatih meditasi, gerbang terakhir mencapai pencerahan melalui Samadhi (mencapai konsentrasi).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.