Kamis, 28 Juni 2012


KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA

Tema :  Sharing Pulang Kampung Halaman Batin 14-20 Juni 2012
Sharing by : TCBBK, Bambang sx, Po San sx, Lim Jishou sx
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 28 Juni 2012, pk : 19:00-21:00
Jumlah Peserta : 28 orang
  
Sharing Wahyuni Lo sj
Training dikuti lebih dari 300 orang fungsional dari 28 negara di dunia.

Tema pelatihan 4in1 : Kebijaksanaan Boshisatva Tak Terbatas Bagaikan Bola Lazuri.
Bola lazuri : bening bagai kristal bersih tanpa noda (hati yang tulus, penuh tekad dan tanpa pamrih).


Tujuan pelatihan:
1.       Dharma masuk dalam hati
2.       Praktek nyata dharma dalam hidup sehari-hari
3.       Membagikan /sharing manfaat praktekkan cinta kasih untuk mengajak orang lain berbuat kebajikan
-->   Menyucikan hati manusia.

-          Belajar dan praktek 8 jalan mulia.
-          Taat dan praktek 10 sila.
-          Genggam kesempatan selalu menanam benih kebajikan.
-        Manfaatkan jalinan jodoh baik dengan orang lain --> menolong orang lain untuk menolong diri sendiri.

Sutra makna tanpa batas 
Dapat bekerja dengan tenang membangkitkan welas asih.
Dapat mengatasi berbagai kesulitan.
Membina diri dengan membantu orang lain yang menderita.

Filosofi  : Keyakinan, Tekad, Melakukan sepenuh hati.

Melatih diri : sutra makna tanpa batas
-          Ke dalam : Dharma masuk ke dalam hati.
-          Ke luar : Menyebarkan kebajikan kepada orang lain dengan 4 cara : He xin, He qi, Hu ai, Xie li.

Resep 4 sup Tzu Chi : puas diri, bersyukur, pengertian, toleransi.

Aula Jingsi Jingsi Hua Lien 
Proyek Inspiratif-> semangat  Bersatu hati, ramah tamah, saling mengasihi, gotong royong dengan Kemandirian
XIN KUAN NIAN CUN (Hati tulus & Jernih)

Jalan Bodhisatva Tzu Chi 
-          Praktek nyata 6 paramita dalam hidup : Berdana, Sila, Kesabaran, Semangat, Konsentrasi,               Kebijaksanaan.
-          Jalankan Mahzab Tzu Chi : 4 misi, 8 jejak langkah dengan baik.

Mahzab Tzu Chi : 4 misi, 8 jejak langkah 
-          Semangat hidup sederhana 80:20
-          Semangat kendalikan diri (mawas diri)
-          Semangat melatih diri yang baik.
--> Semua Bukan Teori Belaka tapi Praktek  nyata  dalam hidup sehari-hari.
Dharma : membersihkan noda batin (hati dan pikiran) : Keserakahan, Kebencian, Kebodohan, Kesombongan, Prasangka tak baik.

Sharing Bedah Buku  : tanggal 17 Juni 2012 di Jing Si Ban Qiao dan tanggal 18 Juni 2012 di Jing Si San Chong.
Team Tzu Chi Bedah Buku Komunitas bertemu dengan Master Cheng Yen pada tanggal 18 Juni 2012.

Bedah Buku
Tzu Chi di Taiwan
2010 : bedah buku “20 Kesulitan dalam Kehidupan”
2011 : bedah buku “Kata Perenungan”
2012 : bedah buku “Pertobatan Air Samadhi”
Pesan Master Cheng Yen
--> Menjadi Teladan praktekan Cinta kasih Universal kepada semua orang -> mengajak lebih banyak orang berjalan di Jalan Bodhisatva  Tzu Chi.
-->   Ciptakan ladang berkah , Tanam  & Hargai berkah setiap saat  -> ( Master : Bekerja di Tzu Chi selamanya tak  akan menyesal).
--> Manfaatkan kesempatan selalu berbuat kebajikan dan lakukan dengan sepenuh hati.

                                                                   Sharing Lina K. Lukman sj

Nasi instan : Xiang Ci Fan  
Dibuat dari beras yang ditanam sendiri oleh Shifu.
Hemat air , Hemat listrik, Hemat waktu, sehingga pada saat bencana bisa dimanfaatkan dengan cepat.
Ketika di Tiongkok ada bencana kedinginan, kelaparan, bisa dibantu dengan Xiang Ci Fan (nasi instan).

Saat Master ingin membuat nasi instan, para shifu merasa kesulitan.
Kemudian shifu teringat kata perenungan “Kalau kita bisa mengatasi kesulitan sama saja dengan bisa mengatasi diri sendiri.”
Shifu pergi ke penjual mesin, hasilnya nasinya kering gagal, tidak bisa menyerap air.
Shifu balik lagi ke penjual mesin, mengatakan bahwa nasi ini kering.
Penjual mesin mengatakan tidak ada yang salah dengan mesinnya, melainkan dari beras-nya.
Shifu kembali ke Griya, melakukan percobaan lagi terus-menerus sampai berhasil.

Awalnya Xiang ci fan (nasi instan) ini dibuat dipabrik dan disimpan di lantai 3, lama kelamaan tempat tidak lagi mencukupi, sehingga harus dipindahkan ke tempat yang lebih besar yaitu Gan En Lou (Aula) di lantai 1.
Bagaimana cara membawa xiang ci fan dari lantai 3 ke lantai 1, awalnya dengan cara angkat 1 per 1, makan waktu.
Akhirnya shifu memikirkan cara cepat, maka dipikirkan cara, dengan menggunakan kain yang dijahit sepanjang 20 meter, kemudian kotak besar yang berisi Xiang Chi Fan tersebut diturunkan/diluncurkan dengan kain dari lantai 3 ke lantai 1, baru dibawa ke gan en lou.
Relawan yang melihat pun ikut membantu.  Dengan cara ini pekerjaan bisa selesai dengan cepat.
Di gan en lou, xiang ci fan tersebut dipacking kemudian diberi label.

Sabun Jing Si: Jing Si Qin Jau
Dibuat dari tanaman yang ditanam oleh para shifu di Griya Perenungan, setelah berbunga lalu disemai/dipetik lalu dikeringkan dengan bantuan sinar matahari bukan dengan mesin, lalu diproses menjadi sabun.
Setelah jadi dipotong-potong, baru  di-packing dan diberi label dengan mengunakan sisa dari pembuatan Xiang Chi Fan (nasi instan).
Suatu hari Shifu melihat ada sabun yang digigit oleh tikus, lalu Shifu meletakkan 2 sabun berdampingan : yang tidak  berlabel, dan yang berlabel.
Yang digigit tikus adalah sabun yang berlabel, karena sabun ini terbuat dari bahan yang alami.
Master mengatakan ‘’Di pabrik pun merupakan Ladang Pelatihan Diri bagi murid-muridnya’’.

Sharing Erli Chen sj
Berada dalam kelompok yang semuanya berasal dari negara lain, komunikasi harus menggunakan bahasa Mandarin, sangat bersyukur karena ada kesempatan belajar mempraktekkan bahasa mandarin, Tzu Chi adalah tempat kita belajar.

Merasa bahwa Relawan di Taiwan sangat yong xin, relawan disambut, semua disiapkan sangat rapi, termasuk makanan dan tempat tinggal.
Mereka benar-benar menerapkan he xin, he qi, hu ai, xie li, semua setara, tidak ada yang di atas atau di bawah.
Kita harus banyak belajar dari relawan Taiwan.

Pada pelatihan kali ini, relawan benar-benar didorong untuk menggalang bodhisattva.
Di Taiwan, ladang berkah sedikit karena sudah banyak yang menjadi relawan.
Di Indonesia, ladang berkah amatlah banyak, karena itu kita harus bersyukur kemudian menggarapnya dengan baik.

Bagaimana cara menggalang bodhisattva :
  • Jadikan diri sendiri sebagai teladan, kita harus melakukan terlebih dahulu, barulah orang lain mau mengikuti
  • Buddha masuk dalam hati, Dharma masuk dalam tindakan.

Untuk menjadi teladan yang baik, kita harus bisa menyucikan hati diri sendiri dulu, barulah bisa menyucikan hati orang lain; harus bisa menyalakan pelita di hati sendiri dulu, baru bisa menyalakan pelita di hati orang lain.

上人心中理想的人才 : Orang Berbakat Idaman Master Cheng Yen adalah : 
1. 是謙虛自抑而非不可一世 : Rendah hati dan dapat mengekang diri, tidak menganggap diri sendiri paling hebat 
2. 是潔身自愛以涵養德香 : Menjaga diri agar tetap bebas dari pengaruh tidak baik demi melestarikan semerbak moralitas diri 
3. 是無私愛執著而能平等待人 : Tanpa kemelekatan pada cinta kasih individu dan mampu memperlakukan setiap orang dengan pandangan setara 
4. 是心量開闊且能克制脾氣 : Hati lapang dan mampu mengendalikan emosi diri
5. 是做事認真但與人無爭 : Bekerja dengan bersungguh hati, namun tanpa perseteruan dengan orang
6. 是言談舉止有威儀風度 : Dalam tutur kata dan prilaku terkandung sikap yang bermartabat dan mengesankan
7. 是有學有德又有清淨心 : Memiliki ilmu dan moralitas, serta batin yang jernih
8. 是把握大原則而小事不計較 : Berpegang pada prinsip pokok, namun tidak memperhitungkan urusan sepele 

若有此人才,慈濟宗門方謂後繼有人,上人才能真正安心 
Jika ada orang berbakat seperti ini, barulah mazhab Tzu Chi bisa dikatakan memiliki penerus dan Master baru dapat benar-benar bertenang hati.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
同師 同志 同道 = SATU GURU, SATU TEKAD, SATU AJARAN
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

信願行 = PERCAYA – BERIKRAR – MELAKUKAN 

Dilanjutkan pemutaran lagu  “Li Yuan Wen”
link : https://www.facebook.com/video/video.php?v=3260121181599
http://www.youtube.com/watch?v=8W5qht7ek-w&fb_source=message

Sharing Stephen Ang sx
"Kita tidak takut untuk kerja keras, karena kita mau belajar."
Master tidak pernah berhenti melakukan. Selama 40 tahun lebih Master terus mengerjakan dan mengemban begitu banyak permasalahan yang ada di dunia ini.

Relawan di Taiwan selalu menggunakan kata perenungan dalam sharing-sharing mereka.

"Jangan pernah menyerah sebelum mencoba melakukan"

"Jika apa yg kita lakukan itu adalah Benar, lakukan saja!"
Lakukan yang kamu katakan, katakan yang kamu lakukan

"Melakukan dengan sepenuh hati maka tidak ada yang sulit"
Selama kita memilili keyakinan, percaya, mau belajar dan giat, maka kita akan melewati kesulitan itu.

"Kita harus lebih bersungguh hati dan selalu ingat bersyukur."
Semoga empat unsur alam dapat selaras dan bebas dari bencana. Setiap orang harus mengasihi bumi. Jangan meremehkan setiap tindakan kecil kita ini.

"Semua kekuatan berasal dari hati. Hati kalian adalah hati saya, begitu sebaliknya"
Kita semua adalah HE XIN (Bersatu Hati). Nama kita semua sama yaitu Tzu Chi. Yang membedakan hanyalah tugas dan tanggung jawab kita.

"Mensucikan hati manusia, Masyarakat damai tentram, Dunia bebas bencana.”
Kita harus merangkul smua org untk melakukan kebajikan, Menebarkan cinta kasih unibersal.

Banyak orang yang memiliki kekayaan tapi tidak mau berbagi dengan masyarakat. Apakah orang tersebut pasti bahagia, tenang dan damai? Belum tentu.
Walaupun kaya secara materi tapi batin seringkali diliputi kerisauan.

“Melakukan dgn sukarela menerima dengan sukacita.”
Kalau kita dapat melakukann dengan sukarela maka bahagia itu akan datang dan tidak ada waktu bagi kita untuk berpikir yang tidak-tidak.

“Kita harus mengetahui kelemahan dan kesalahan kita.”
Segera sadar dari pemikiran dan perbuatan buruk kita. Belajar Dharma, menjaga dan melatih diri. Menghapuskan kebiasaan buruk kita.
Jika timbul perasaan tidak enak/tidak suka harus cepat lepaskan dan hapus.


“Dalam hati kita harus ada hati Buddha, hati yang penuh welas asih.”
Membaca sutra itu bukan hanya dari mulut, tapi hrs dalam hati kita. Buddha dalam hati kita, Dharma dalam tindakan kita.

Pertemuan dengan Xie Guo Xiang shixiong
Xie Guo Xiang sx adalah ketua seksi konsumsi salah satu hu ai di Taiwan yang beberapa waktu lalu datang ke Indonesia.
Sebelum keberangkatan, Stephen sx telah mengirim e-mail kepada Xie Guo Xiang sx mengabari mengenai kepulangan ke Taiwan.

Xie Guo Xiang sx menjawab e-mail mengabari bahwa tanggal 17 Juni beliau akan menjadi ketua konsumsi pada pelatihan di San Chong.
Maka, pada tanggal tersebut Xie Guo Xiang shixiong datang menemui relawan pada saat pelatihan.
Pertemuan dengan Jiang Ke Duan shixiong
Jiang Ke Duan sx adalah Relawan dokumentasi di Taiwan, telah berumur 77 tahun yang kisah inspiratifnya ditayangkan di DaAi Taiwan dan sempat ditampilkan pada saat training kedua relawan abu putih Indonesia tahun 2012.

Jiang shixiong belajar menggunakan kamera sejak umur 65 tahun.
Ia tekun belajar computer dari relawan lain, dan karena tidak bisa bahasa Inggris, maka menggunakan huruf Mandarin ditempel di keyboard nya.

Sekarang sudah menguasai computer dan video camera dengan baik.
Kuncinya : sepenuh hati mau menjalin jodoh dengan orang banyak.


Kisah Souvenir dari Shifu-shifu
Semua relawan mendapatkan souvenir dari 1 kotak berisi 3 barang :
Sumpit (Khuai Ce) : Khuai Khuai Le Le de Guo Re Ce : Menjalankan Hidup dengan penuh sukacita.
Pena : Menulis kisah hidup kita yang penuh sukacita dan berdasarkan prinsip ajaran kebenaran.
Gantungan Kata Perenungan : Kata Inspiratif yang menjadi panduan untuk hidup kita.

Shifu bercerita : Ketika pembangunan di hua lien, ada bangunan yang memakai kayu.
Sisa kayu tidak dibuang, dimanfaatkan sebaik mungkin.

Pemutaran klip video dan foto dokumentasi pelatihan.


Sharing Lim Jishou sx
Mengapa relawan yang ke Taiwan, selalu memakai istilah “pulang” ?

Istilah “pulang” biasanya untuk pulang kampung atau rumah.
Sebenarnya ada apa di kampung atau rumah?

Walaupun tidak ada bentuk fisik ataupun siapa,
Karena Ada sesuatu dalam batin hati kita, maka kita katakan pulang.

Rasa pulang karena ada sesuatu.  Apa yang membuat rasa pulang ?
Di Tzu Chi selalu dikatakan saudara se-dharma, bisa lebih dekat daripada saudara sendiri.
Di Tzu Chi ada perasaan kekeluargaan yang lebih akrab daripada keluarga sendiri.

Ada hubungannya dengan batin ini.
Kita belajar dari seorang Guru, dan kita mendapatkan, merasakan sesuatu dalam batin kita.
Kalau merasa tidak ada hubungan, tentu tidak ada rasa mendalami.

Mengapa tiap kali mau pulang Taiwan ?
  • Ada satu perasaan, lingkungan dan orang yang kita temui benar-benar menguatkan batin kita, agar mau ada di jalan ini, di dunia ini.
  • Dengan pulang, merasakan kehidupn Tzu chi, Tzu Chi is a life style (gaya hidup). 
Mengapa mereka begitu bahagia mau melayani orang lain? Merasakan suasana begitu banyak orang melayani.

Pada saat ikut Master keliling Taiwan, Master mengatakan : Lihat pahami dan rasakan mengapa Tzu Chi bisa begitu besar di Taiwan? Bisa sampai hari ini?

Di Hua Lien adalah tempat wisata, karena Tzu Chi sudah menjadi tempat wisata di Taiwan.  Mereka melayani setiap orang yang datang.

Pulang itu bisa pulang ke Taiwan, dan pulang kemana-mana saja, Dunia Tzu Chi.


Sharing Sjukur Zhuang sx
(edit dari Sjukur sx)
Saya selalu berpikir: Saat kita terlahir di dunia ini sebagai manusia, kita itu semua adalah “Seorang bayi yang hanya bisa menangis”, tanpa memiliki KEMAMPUAN apapun juga. Semuanya dimulai dari pertolongan orang di sekeliling (umumnya dimulai dari yang melahirkan dan membesarkan kita, -red)

Saat saya pertama kali hadir ke dunia Tzu Chi, saya adalah sama seperti bayi yang baru lahir di dunia (dunia Tzu Chi -red).  Saya tidak tahu Tzu Chi sesungguhnya (dunia Tzu Chi yang sebenarnya). Semuanya dimulai dari pertolongan (saya belajar dengan dibimbing oleh) orang-orang sekeliling di dunia Tzu Chi, yaitu semua Relawan Tzu Chi PENDAHULU saya (baik Senior maupun relawan baru yang ada SEBELUM saya mengenal Tzu Chi)

Dan di kegiatan Bedah Buku [讀書會] ada Po san shixiong yang terus membimbing dengan tulus. Jadilah terispirasi sehingga ada TCBBK (Tzu Chi Bedah Buku Komunitas). Dan mengapa TCBBK (Tzu Chi Bedah Buku Komunitas) bisa berkembang?  Karena banyak sekali orang-orang yang bersumbangsih dengan sepenuh hati di dalamnya (Yong Xin. Fu chu 用心付出), ada relawan dari he qi BARAT, he qi SELATAN, he qi TIMUR dan he qi UTARA.

Karenanya Gan en [感恩] kepada Pei Ban [陪伴] (bimbingan dan pendampingannya) dari Po san shixiong kepada saya selama ini, dan Gan en kepada semua relawan di bedah buku [讀書會] dari semua He Qi. Gan en[感恩] pada pengisi bedah buku dan peserta bedah buku. Gan en Pei ban [陪伴] dari Ketua&wakil Xie Li 1 (Liwan sx & Meliani sj), Hu Ai Angke (Lely Herawati/Ik Sie sj, Jodie Lienardy sx, Anie Wi sj), He Qi (Like Hermansyah sj, Susanti sj, Livia Lie sj, Kitty sj), He Xin dan semua relawan lainnya.

Sharing Dina sj
 Selama di Taiwan, merasakan benar-benar seperti satu keluarga.
Mendapatkan duifu yang benar-benar membimbing.
Duifu yang mendampingi kelompok Dina sj bertempat tinggal yang letaknya 5 jam dari tempat pelatihan,
maka selama seminggu duifu tinggal di sana untuk mengikuti training dan membimbing.

Penutup dari Po san sx
Waktu bertemu Master Cheng Yen, apakah kita tahu :
Apa yang diharapkan Master dari kita ?
Apa yang dikhawatirkan Master dari kita ?

Apakah pencapaian itu yang Master harapkan, apakah secara statistik / angka-angka ?
Yang Master khawatirkan adalah bila kita tidak bertumbuh kebijaksanaan. Malah jika semakin terlena dengan statistik, Master khawatir bisa membuat Lengah, Tumbuh ego.

Tim bedah buku harus bisa merasakan manfaat, bisa menumbuhkan kebijaksanaan.
Apa jadinya bila kita belum menyucikan batin sendiri, tapi sudah mencoba menyucikan orang lain.

Kita tidak bisa memadamkan ego, tapi kita bisa mengecilkan meredupkan ego.
Satu hati, tumbuh dalam kebijaksanaan, menyucikan hati manusia.

Gan en

Link terkait
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 21 Juni 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema : I'm Not SMART
Pembicara : Martha Khosyahri (Tzu Ching Indonesia)
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 21 Juni 2012, pk : 19:00-21:00 WIB
Jumlah Peserta : 31 orang 

I’M Not SMART

Martha Khosyahri relawan Tzu Ching Indonesia bersharing tentang awalnya dia mengikuti kegiatan di Tzu Chi dari tahun 2008 sebagai donatur Tzu Chi. Dia berasal dari Lampung dan sekarang tinggal di Tangerang. Karena suka berkumpul dengan teman se-daerah, akhirnya diajak teman untuk ikut Tzu Chi. Niat awalnya hanya ingin berkumpul dan berbagi cerita dengan teman-teman. Kemudian ikut kegiatan pembagian kupon beras di Pademangan, lalu belajar budi pekerti di Tunas Cinta Kasih. Dari tahun 2008 aku SMART (Sabtu Minggu Aku Relawan Tzu Chi) lalu belajar SLIM (Selama-Lamanya Ikut Master) pada tahun 2012. Kata SLIM ini baru didapat ketika diminta untuk sharing oleh Po San Shixiong, Gan en pada Po San Shixiong yang telah memberikan kesempatan untuk sharing.

Pada tahun 2009 saya sebagai ketua Xie Li Universitas Pelita Harapan Tangerang. Tzu Ching adalah keluarga keduaku, karena di Jakarta, saya tinggal sendiri. Dari kecil mendambakan punya kakak. Karena saya sebagai anak sulung belum merasakan bagaimana perasaan mempunyai kakak. Nah di Tzu Ching saya mendapatkan kakak, koko, papa, mama.



Pada tahun 2010 merupakan titik balik tahun yang cukup berarti bagi saya. Di saat menampilkan Sutra bakti seorang anak pada hari Ibu di kegiatan Tzu Ching Camp Kelapa Gading telah memberikan saya kesempatan untuk sadar berbakti pada orang tua. Sebelumnya saya sulit untuk mengungkapkan rasa sayang pada orang tua, setelah mengikuti kegiatan ini saya mempunyai kekuatan lebih untuk mengungkapkan rasa sayang. Yang saya rasakan Tzu Chi adalah Universitas kehidupan, karena saya mengalami perubahan.


Tahun 2011 menguatkan tekad untuk bervegetarian. Saya juga belajar dari “Lentera Kehidupan”  ketika punya masalah dan melihat “Lentera Kehidupan” lalu mendapat solusi. Jika mau membuka pintu hati untuk menerimanya maka Dharma bisa masuk dalam hati. 



Tahun 2012 merasa bersyukur karena mempunyai jalinan jodoh dengan Master, mempunyai kesempatan belajar dan berubah. Bahagia mempunyai teman dan pekerjaan yang baik. Master Cheng Yen bertanya: “Bolehkah tidak ada aku?” Masalah di dunia tidak dapat diselesaikan oleh satu orang saja, demikian juga beras dunia tidak bisa dihabiskan oleh satu orang saja. Master juga tidak bisa melakukan sendiri, tanpa ada kita. Oleh karena itu ingat niat dan tekad kita ketika bergabung dengan Tzu Chi. Master sangat sulit untuk tidak mengatakan Gan En. Gan en bukan hanya disebut di bibir tapi dari lubuk hati. Akhir kata Martha mengajak kita belajar lebih memahami Master untuk kebaikan kita. Karena dengan bersumbangsih Master ingin kebijaksananan relawan bertumbuh.

Lain lagi kisah Soepardi Shixiong, awalnya melihat spanduk Tzu Chi di jalan, lalu timbul panggilan hati. Kemudian mencari tahu dengan menelpon, menanyakan persyaratannya apa saja untuk bergabung dengan Tzu Chi, dan disuruh datang saja. Ketika datang lagi ada acara sosialisasi. Dijelaskan persyaratannya harus berseragam, trus ada 10 sila Tzu Chi. Dirasa berat karena ada sila tidak boleh merokok, sedangkan setiap hari merokok, tetapi sekarang sudah tidak merokok lagi. Dalam jangka waktu 3 bulan bisa berhenti merokok, karena keinginan besar untuk bergabung di barisan Tzu Chi. Mempunyai tekad maka mempunyai kekuatan sesuai dengan kata perenungan Master Cheng Yen. Pada tiga hari pertama berhenti merokok, merasa seperti di neraka. Sekarang jika di sekitar saya ada yang merokok, saya akan menarik nafas. Hanya tinggal sisa nikotin di gigi yang tidak bisa dihilangkan. Saya bersyukur setelah bergabung di Tzu Chi sampai sekarang tidak pernah putus rezeki.

Ada seorang guru yang baru pertama kali ini mengikuti bedah buku, sebenarnya sudah sering mendapat undangan melalui facebook, tetapi jodohnya baru hari ini bisa datang ke Pluit. Namanya Handa Kartawidjaja mengajar di salah satu Sekolah. Dia bercerita pada tanggal 1 Desember 2010 yang lalu kolesterolnya tinggi. Kemudian pada tanggal 9 Desember 2010 mengalami stroke dan masuk rumah sakit. Ketika suster bertanya: “mau makan apa, Pak?”. Dia menjawab mulai detik ini sampai menutup mata saya akan bervegetarian. Pada tanggal 11 Desember 2010 sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Sampai sekarang tetap bervegetarian. Saya tertarik dengan lingkungan hidup, melestarikan bumi ini supaya berumur panjang. Saya sebenarnya sangat mengagumi Master Cheng Yen karena dia bisa menggerakan Tzu Chi di puluhan Negara. Master adalah orang yang luar biasa. Master pasti mempunyai kemampuan yang sangat luar biasa, ini pemikiran saya, katanya.


Hok Lay Shixiong bergabung dengan Tzu Chi pada tahun 2008. Apa yang bisa membuatnya bertahan lama di Tzu Chi sampai sekarang ini? Karena keinginan belajar terpenuhi di sini. Mendapatkan pengalaman baru dengan berkegiatan di Tzu Chi sehingga dapat membedakan mana simpati dan mana empati. Setelah di Tzu Chi baru merasa sehat itu berkah. Saya harus menyayangi dan menjaga tubuh saya, memberikan makanan yang sehat serta menciptakan berkah baru dengan melaksanakan kegiatan, berdoa supaya bebas dari bencana, belajar tidak memikirkan diri sendiri, mensyukuri apa yang kita miliki supaya bisa berbagi maka hidup menjadi lebih berarti. Saya bersyukur bisa belajar untuk bekerjasama dan belajar bagaimana untuk mengatasi gesekan-gesekan atau perbedaan pendapat. Mulut orang lain tidak bisa kita jaga, oleh karena itu kita harus bisa menjaga hati supaya tidak terluka. Dulu selalu melihat apa yang belum dimiliki, sekarang belajar menghargai apa yang sudah dimilki. Gan en sudah mempunyai keluarga dan anak. Terus melakukan perubahan seperti proses kepompong, yang suatu saat akan menjadi kupu-kupu yang indah.  

GAN EN.

Link terkait :
Artikel Kegiatan bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 14 Juni 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema : Hidup yang bahagia
Pembicara : Lo Hok Lay Sx
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 14 Juni 2012, Pk: 19:00 – 21:00
Jumlah Peserta :19

Semua orang pasti ingin memiliki hidup yang bahagia, kita selalu mencari kunci dari kebahagiaan. Sebenarnya apakah definisi dari bahagia itu sendiri ?. Sebagai umat awam kebahagian selalu identik dengan memiliki keluarga (suami,istri dan anak), memiliki tempat tinggal,memiliki kendaraan dan memiliki karir, tak Cuma hanya itu banyak sebagian orang berpandangan kebahagiaan itu adalah apabila kita memiliki banyak uang, kebahagian diukur apabila kita dapat menikmati kehidupan dengan belanja di mall, menggunakan produk–produk yang ternama yang dapat meningkatkan prestige mereka.

Apabila kebahagian diukur dengan memiliki materi atau uang, banyak contoh kasus-kasus yang dapat kita jadikan sebagai bahan pelajaran. Selebritis terkenal yang memiliki banyak uang ternyata tidak berbahagia, banyak diantara mereka terjerumus dalam narkotika hingga menyebabkan kematian , walaupun banyak uang tetap saja mereka tidak memperoleh kebahagiaan. Ini merupakan fakta yang membuktikan bahwa kebahagiaan tidak dapat diperoleh melalui uang, sebab itu jangalah kita sampai salah memilih jalan dan mengartikan kebahagiaan itu sendiri.

Kebahagiaan tergantung bagaimana pandangan pola pikir kita, batin kita sendirilah yang dapat membuat kita bahagia, kita harus melatih batin kita agar dapat meraih kebahagiaan. Bagaimanakah caranya ?, tentunya kita kita harus merasa puas diri dan bersyukur dengan apa yang kita miliki, manfaatkanlah waktu yang ada untuk memberikan perhatian kepada sesama, kebahagiaan berawal dari memberi. Contohlah Nick Vujicic dan Tae Ho. Nick Vujicic terlahir terlahir tanpa lengan dan kaki tetapi tetap berbahagia, kegiatannya sehari hari memberikan semangat (motivasi) pada orang-orang, dan Tae Ho seorang balita dari Korea yang terlahir tanpa lengan dan kaki yang tidak terbentuk dengan sempurna, walaupun begitu ia dapat hidup mandiri, dapat melakukan segala hal dengan kekurangannya dan yang terpenting ia juga berbahagia.


 Hok Lay Sx memberikan beberapa tips untuk dapat merasakan kebahagiaan :
  1. Janganlah membenci, kebencian hanyalah membawa penderitaan bagi kita.
  2. Jangan cemas.
  3. Memberi lebih banyak, pada umumnya orang beranggapan memberi hanya membuat kita kekurangan, padahal semakin banyak kita memberi tentunya membuat kita semakin banyak menerima.
  4. Mengharap lebih sedikit, apabila semakin banyak kita mengharap tentunya akan membuat kita kecewa apabila yang kita dapatkan tidak sesuai dengan yang kita harapkan.
  5. Selalu tersenyum, senyuman adalah bentuk awal kasih sayang kita terhadap sesama.    

Hidup ini menjadi lebih bermakna ketika kita dibutuhkan orang lain dan berbuat sesuatu untuk mereka (kata perenungan Master Cheng Yen).

Gan en.

Link terkair :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku                   

Kamis, 07 Juni 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema : “Biksu Sisi”
Buku : Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bag I Bab 8 Hal:
Pembicara : Djohan Kurnia sx
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 7 Juni 2012, Pk: 19:00 – 21:00
Jumlah Peserta : 17

Tanggung jawab dasar kita sebagai manusia adalah “hubungan antar manusia”, keseharian tidak lepas dari hubungan antar manusia hidup kita dipupuk dari keseharian kita. Pepatah mengatakan “Berhasil sebagai manusia maka itu jalan menuju keberhasilan belajar Buddha Dharma.” Sebagai manusia kita memiliki tanggung jawab  jika dasar-dasarnya saja belum  bisa dipenuhi  maka jangan harap yang tinggi-tinggi.


Dalam melakukan sesuatu kita harus dengan “SADAR”

Kiat-kiat selalu ber-kesadaran
想什麼 (xiang shen me) Sadar  sedang pikir apa?  說什麼 (shuo shen me) sadar sedang bicara apa?
做什麼 (zuo shen me) sadar sedang lakukan apa?



Jadi, harus menyadari apa yang sedang kita pikirkan, bicarakan, dan lakukan.

Kita juga harus menyadari “pikiran” 需要嗎(xu yao ma) perlukah? 必要嗎 (bi yao ma) haruskah? 重要嗎 (zhong yao ma) pentingkah?

Jadi,dalam melakukan sesuatu disaring beberapa kali. Apakah saya perlu melakukan ini? haruskah saya lakukan? Dst

Kata 休息(xiūxī) = berhenti, 思想(sīxiǎng) = berpikir jadi 息思 xisi=berhenti berpikir (batin tidak lagi goyang oleh faktor-faktor luar duniawi). Berhenti untuk melekat pada pikiran duniawi dan hidup dalam ajaran (pemahaman) dharma melatih kesederhanaan dan saling menghormati. Hal ini tidaklah mudah seperti yang dikatakan dalam buku 20 Kesulitan Dalam Kehidupan salah satu kesulitan adalah "Sulit bagi orang kaya untuk belajar jalan kebenaran".


Selama masih hidup dalam keduniawian maka timbullah dualisme suka/tidak suka, baik/tidak, baik, untung/rugi dst. Kita masih ada kemelekatan, ego, (merasa memiliki) sehingga kita terjebak didalamnya tidak bisa keluar dari pikiran-pikiran kita. Pikiran duniawi masih didorong oleh ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Jadi untuk belajar Buddha dharma kita harus belajar untuk “melepas.” Karena, hidup ini diliputi oleh penderitaan dan segala sesuatu selalu berproses (segala bentuk keduniawian itu tidak kekal) jadi janganlah melekat. Terlahir menjadi manusia dan berkesempatan mendengar Buddha dharma tidaklah mudah untuk didapat, karena itu janganlah di sia-siakan dan manfaatkanlah dengan baik.

Kita sering bilang “saya marah” siapa yang marah? “SAYA” orang awam akan mati-matian demi “saya” batin kita masih melekat, sedangkan orang yang telah mencapai kesucian sudah tidak ada lagi “saya/ego” “saya” hanyalah wujud (tubuh) oleh sebab itu sumber penderitaannya sudah tidak ada.




Lalu bagaimana caranya mensucikan pikiran?
  • Pikiran manusia awam pada dasarnya masih dilandasi oleh kebodohan batin, merasa ada “saya.” Semua penderitaan muncul karena ada “saya.” Lahir, tua, sakit, mati adalah proses kehidupan jika kita tidak bisa menerima maka kita akan sakit oleh sebab itu kita harus “sadari” meskipun belum bisa mensucikan hati dan pikiran setidaknya kita bisa usahakan dengan kesadaran jangan menambahkan lagi “sampah” yang baru. 
  • Melatih meditasi, gerbang terakhir mencapai pencerahan melalui Samadhi (mencapai konsentrasi).