Kamis, 10 Mei 2012

KEGIATAN: BEDAH BUKU, HE QI: UTARA.

Tema: Bagian Satu Bab 7 “Biksu Brahmadatta”.
Buku: Dharma Master Cheng Yen Bercerita (hal 39-44).
Pembicara: Kumuda Yap dan Xie Guo Xiang (Ketua Tim Konsumsi He Qi di Tzu Chi Taipei-Taiwan).
Penerjemah: Kumuda Yap dan Hok Lay.
Lokasi: Jing Si Books & Cafe Pluit.
Waktu: Kamis, 10 Mei 2012, Pukul: 19.00 - 21.00 WIB.
Jumlah Peserta : 18 orang.

Kumuda Yap:
-          Kenapa daya tangkap Brahmadatta sangat lemah dibanding dengan Bhiksu lain?

Setelah ditelusuri, ternyata disebabkan oleh karma masa lalu, menghina orang suci (orang yang spiritualnya bagus). Dengan menghina orang terutama orang suci berarti kita menganggap diri kita superior. Dampaknya, walaupun Brahmadatta itu pintar tetapi ketika merendahkan orang lain maka menjadi sebuah konsekuensi di kelahiran mendatang bisa mempunyai daya ingat yang lemah. Brahmadatta ini adalah seorang intelek, cendekiawan (kita tahu bahwa kelahiran-kelahiran sebelumnya sudah ada kehidupan). Dia sangat mengagungkan kepintarannya. Dia merasa tak seorangpun yang dapat dibandingkan dengan kepintarannya. Pada suatu kali Brahmadatta mengikuti pertemuan, ada satu Biksu yang tidak banyak ngomong dan kalau kita “pintar” dalam pengertian semua hal dikuasai maka ketika tiba gilirannya, dia sudah sangat ingin menunjukkan bahwa Biksu ini tidak mengerti apa-apa, dia ingin show off kepintarannya dengan merendahkan  Biksu tersebut dengan pertanyaan yang menyudutkan. Nah, dampak dari merendahkan orang suci, ya biasanya seperti itu. Jadi kadang-kadang kalau kita amati, memang kelahiran manusia ada yang sempurna dan ada yang di luar dari sempurna, tetapi itu semua bukan tanpa sebab. Maka itu kita selalu dihimbau oleh Master untuk rendah hati, gan en. Dan ketika orang lain membicarakan kita, kita juga tidak memikirkan amarah. Master ingin insan Tzu Chi berada pada jalur dimana mereka tidak akan berdampak buruk pada kelahiran-kelahiran mendatang.

-          Apa perbedaan antara “Pintar” dan “Bijaksana”?
Kepintaran artinya bisa membedakan mana untung dan mana rugi, sedangkan kebijaksanaan artinya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Orang pintar berasal dari intelektual sedangkan orang bijaksana bisa saja berasal dari rakyat jelata yang memahami betul mana yang benar dan mana yang salah.


-          Mengapa Buddha memilih Brahmadatta untuk mengajar?
Karena Buddha ingin menunjukkan bahwa: ”Kebijaksanaan melampaui LOGIKA”. Artinya orang pintar itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan orang bijaksana. Awalnya para Biksu tersebut merendahkan Brahmadatta, karena mereka melihat Brahmadatta sukar untuk menghafal,  bagaimana dia bisa mengajar.

Beruntungnya kita berjodoh dengan guru spiritual yang bagus sehingga noda batin yang setebal apapun dengan berkah kita berjumpa dengan guru spiritual yang berkualitas, guru kita mampu menolong kita bebas dari kegelapan batin. Salah satunya, Brahmadatta ini sangat beruntung
(kalau di jaman sekarang ini dia tidak ada apa-apanya) masyarakat awam akan menganggap dia bukan siapa-siapa tapi dia punya jodoh bertemu dengan Buddha sehingga Buddha bisa membantu dia. Sama seperti kita yang sudah mempunyai jalinan jodoh dengan Master, meskipun kita belum bertatapan langsung dengan Master atau mendapatkan instruksi langsung dari Master, paling tidak kita sudah mempunyai jalinan jodoh dengan Master, ini sudah merupakan salah satu berkah. Dan di kemudian hari, mudah-mudahan ketika pada saat Master merealisasikan pencerahan, kita lahir pada masa itu dan belajar dengan baik. “Daripada seseorang menguasai satu Kitab tetapi tidak melaksanakannya, lebih baik sekedar mengetahui satu bait tetapi melakukannya sesuai dengan yang diketahuinya”. Andaikan mampu dipraktekkan dalam keseharian, sepatah kalimat sederhana di dalam Sutra sudah merupakan ajaran yang sangat bermanfaat (kata Perenungan Master Cheng Yen).

-          Rumah mana yang lebih mudah untuk dibersihkan, rumah besar atau rumah kecil?
Tentunya rumah kecil.

-          Jikalau kedua rumah itu sudah bersih, mana yang lebih nyaman untuk ditempati, rumah besar atau rumah kecil?

Rumah besar. Artinya sedikit kita tahu maka sedikit noda batin dan apabila kita banyak mengetahui maka banyak pencemaran noda batin. Coba kita pikiran tentang politik di Indonesia, mumet nggak? Sebenarnya politik itu adalah perang. Jadi dengan kita menunjukkan bahwa kita bukan siapa-siapa dan kita hanya rakyat jelata maka yang kita tahu tidak banyak, Cuma bedanya kalau yang banyak tahu itu sungguh-sungguh berlatih dan membutuhkan waktu lebih lama, jika mencapai realisasi pencerahan maka dia akan lebih banyak memberi manfaat (wawasan luas) pada banyak orang. Sama seperti rumah. Antara pengetahuan dan praktek, seharusnya seiring sejalan. Memiliki wawasan yang luas itu penting demi yang lain. Betapa Buddha selalu memberi harapan, contohnya kita melihat orang yang tanpa harapan, lalu siapa yang akan peduli, semua yang melihat akan bilang terima nasibnya. Tetapi bedanya ketemu dengan makhluk suci, orang yang memiliki kebijaksanaan dan welas asih yang baik, benar-benar berkah, merekalah yang dengan rela datang membantu dan memberi harapan. Contohnya banyak sebetulnya, bukan hanya ada di kalangan Buddhis seperti Master Cheng Yen dengan Yayasan Buddha Tzu Chinya memberikan kontribusinya secara global, ada Bunda Theresa dan tokoh-tokoh yang lainnya juga. Meskipun kita tahu banyak permasalahan di dunia ini dan permasalahannya seberapa kita membuat jalinan jodoh dengan mereka dan kemudian memperoleh berkah dari ajaran mereka.

Sebenarnya kalau kita mau menyederhanakan latihan kita ada 3 pintu karma buruk yang harus kita hindari:
Ucapan: Memfitnah, Omong kosong (gossip), bohong dan berkata kasar.
Tubuh: Mengambil sesuatu yang bukan milik kita, Membunuh, Asusila.
Pikiran: Pikiran yang serakah sehingga tega membunuh kehidupan yang lain, Pikiran kemarahan yaitu batin yang diliputi kebencian akan membawa bencana bagi orang yang berada di sekitarnya, Pikiran Kebodohan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pandangan yang muncul menciptakan karma buruk.

Sharing Relawan:
Erli Shijie
Kalau menurut saya sich, kecepatan setiap orang memahami Sutra itu berbeda-beda, mungkin tergantung pada kebijaksanaan masing-masing misalnya mereka yang intelektual dharmanya “dalam” maka mereka akan mudah mengerti. Solusi supaya mereka mudah mengingat, sering-sering membaca dan melihat. Pada pertama kali kita membaca Sutra, mungkin kita tidak mengerti tetapi ketika kita membaca kedua kalinya kita akan memahami sebagian dan pada saat ketiga kali atau keempat kalinya kita membaca, mungkin kita akan memahami keseluruhannya.

Po San Shixiong
Pernah lihat Da Ai cilik di TV tidak? Anak-anak itu bisa menghafal ayat-ayat tanpa teks. Luar biasa, bisa khotbah tanpa teks, tanpa buku. Semua ayat bisa dihafal. Kenapa bisa seperti itu?
Jawaban dari salah seorang peserta Bedah Buku: Dari segi pikirannya harus menghafal ayat per ayat. Dipraktekkan di depan cermin. Setelah mahir hafal satu ayat, baru dikasih ayat yang lain, sampai terangkum sebuah ucapan ayat per ayat baru ditampilkan di TV.

Hok Lay Shixiong
Apabila ucapan kita sesuai dengan tindakan maka ajaran itu akan lebih mudah dipahami dan diingat.
Dharma itu demikianlah adanya (sebab akibat). Diberi formula untuk mengkahiri proses ini. Sepanjang mempunyai kemauan, siapa duluan sampai tujuan tidak menjadi masalah, asal mempunyai keyakinan yang kuat. Jangan di tengah perjalanan, tidak melihat pulau lalu mulai ragu, teruslah mendayung walaupun tidak melihat pulau, itu berarti sedang menuju “Pulau Sebrang”.

Hok Lay Shixiong bertanya:
Bagaimana mengatasi masalah ini. Apabila kita sedang belajar dengan seorang guru spiritual, lalu ada orang yang bilang guru ini tidak beres.

Kumuda Yap Shixiong menjawab:
Lihatlah guru kita, apakah penuh welas asih?
Apakah ada hasutan untuk kepentingan pribadinya?
Apakah ajarannya membawa kedamaian?
Apakah ada harapan pembebasan?
DATANG, LIHAT DAN BUKTIKAN SENDIRI (EHIPASSIKO).

Xie Guo Xiang (Ketua Tim Konsumsi He Qi di Tzu Chi Taipei-Taiwan)
Apa yang disampaikan Master akan menjadi benar sepanjang kita yakin maka segala sesuatu akan menjadi benar. Guru tidak bisa memilih murid, tetapi murid bisa memilih guru. Orang tua mengajarkan anaknya pintar, tetapi guru membimbing agar muridnya bijaksana. Master bukan butuh orang yang pintar tapi butuh orang yang mau bekerja. Orang yang memiliki perasaan bertanggung jawab akan menunaikan kewajiban dirinya dengan baik, dengan demikian tidak akan saling berhitungan dengan orang, juga tidak akan merasakan beban yang memberatkan (kata Perenungan Master Cheng Yen). Tidak perlu tahu banyak tetapi melakukan yang diketahui itu sudah sangat efektif. Tidak mempunyai kemampuan yang baik bisa melakukan DEPO daur ulang sudah lebih dari cukup. Inilah yang disebut kapasitas upaya kaulsalya (metode terampil). Master tidak pernah membeda-bedakan muridnya: kaya, pintar, semua sama asal mengerjakan segala sesuatu dengan tulus dan benar. Tidak membanggakan status. Tidak ada murid yang tidak bisa diajari, yang ada guru yang tak bisa mengajar. Hendaknya ucapan Master didengar lalu berpikir dan membina diri. Bisa dipergunakan ketika orang lain ada masalah, jadi kita bisa mengatakannya kepada orang lain.

Satu-satunya milik Master hanyalah sewaktu Master tidur, selebihnya semua yang dilakukan Master adalah untuk kepentingan semua makhluk di dunia ini.
Master mengatakan mengerjakan hal yang sepatutnya dikerjakan adalah bijaksana, tetapi mengerjakan hal yang tidak sepatutnya dikerjakan adalah kebodohan.

Gan En.

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.