Kamis, 31 Mei 2012

KEGIATAN :BEDAH BUKU, HE QI: Utara.

Tema : Bedah Lagu  “Gan En, Zun Zhong, Ai”
Pembicara : Hendry Zhou sx
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu :Kamis, 31 Mei  2012, Pkl : 19:00 – 21:00
JumlahPeserta : 39 orang

Lirik lagu Gan En, Zun Zhong, Ai :
Ai Hao Zi Jie De Xin Zai Gan En Zhong Fu Chu
(kasihi dan jasa batin sendiri dgn baik Bersumbangsih dgn hati penuh rasa syukur)
Zi Ai Shi Bao En  Fu Chu Shi Gan En
(sayangi diri sendiri adalah balas budi bersumbangsih adalah pernyataan rasa syukur)
Yong Zun Zhong Xin Dui Dai Bu Fen Bie Ta Ni Wo 
(Hadapi setiap orang dengan sikap menghargai jangan membedakan antara dia, anda dan aku)
He Xie Ju Xiao Ai
(Keharmonisan menghimpun cinta kasih kekeluargaan)
Zun Zhong Cheng Da Ai
(Siakap menghargai membangun cinta kasih universal)
Gan En Shi Shui Zun Zhong Shi He
(Bersyukur ibarat air, menghargai ibarat sungai)
Ai Shi Guang Kuo De Hai
(Cinta kasih ibarat samudera yang luas)
Zi Run Sheng Ming Bu Zai You Yin Mai 
(Menyejukkan kehidupan sehingga tidak lagi dirundung oleh kabut kelabu)
Gan En Shi Shui Zun Zhong Shi He
(Bersyukur ibarat air menghargai ibarat sungai)
Gan En Zun Zhong Xiang Shi Jie Sa Man Ai
(Rasa syukur dan menghargai menyebarkan cinta kasih ke seluruh dunia)
 
Gan En (bersyukur)
Artinya dari lirik di atas adalah kasihi dan sayangi hati kita baik – baik, Master berkata hal pertama yang harus di lakukan oleh kita adalah mengasihi dan menyayangi diri sendiri barulah dapat bersumbangsih dalam rasa syukur. Hendry sx sendiri mengakui sangat bersyukur atas dirinya sendiri dan merasa merupakan salah satu orang yang sangat bahagia di dunia, kenapa merasa bahagia , dia merasa bahagia bukan karena bersumbangsih walaupun merupakan relawan Tzu Chi namun Hendry sx merasa kalah bersumbangsih di banding dengan para relawan lainnya di Tzu Chi. Karena Hendry sx bekerja di Daai TV, maka ia merasa sangat bahagia walupun tidak semua orang yang kerja di Daai TV merasa bahagia, apa yang membuat Hendry sx bahagia di Daai TV adalah dapat ketemu Master setiap hari, dengan banyak ketemu orang yang muncul adalah banyaknya gosip, namun dengan ketemu Master yang di dapat adalah solusi dari ceramah Master sehingga hati menjadi bahagia. Bahagia bukan karena kita mempunyai semua yang ada di dunia namun bahagia karena pada kondisi saat ini yang akan membuat rasa puas atas diri sendiri.

Dalam Budaya Humanis Tzu Chi terdapat 10 sila, sedangkan dasar dari budaya humanis Tzu Chi adalah Gan En, Zun Zhong, Ai. Banyak orang berpikir budaya humanis bukanlah budaya tapi aturan, kenapa bisa ada peraturan 10 sila ini, semua itu karena Master ingin semua orang menyayangi dan mengasihi diri sendiri, dalam sila pertama adalah tidak membunuh, maksud tidak membunuh di sini adalah tidak membunuh mahkluk hidup, kalau membunuh yang rugi adalah diri sendiri. Sedangkan sila kedua adalah tidak mencuri, dengan tidak mencuri yang akan kita peroleh adalah kepercayaan dari orang lain.

10 sila dalam Tzu Chi terkesan seperti peraturan, sebaliknya peraturan ini merupakan salah satu sarana yang akan menuntun kita ke arah menyayangi dan mengasihi diri sendiri. Banyak orang beranggapan bahwa untuk dapat menyayangi diri sendiri maka mereka akan melakukan hal – hal yang menurut keinginan sendiri tanpa perlu mengikuti peraturan – peraturan. Master berkata jika kita terus menerus melakukan hal – hal menurut kehendak kita walaupun sedikit saja tanpa mengikuti peraturan, maka lambat laun akan semakin menyimpang dan akan jauh tersesat. Jika peraturan seperti sila ini yang terkesan kecil saja tidak di jalankan bagaimana dapat menjalankan peraturan yang besar, pelanggaran kita kecil namun lambat laun menjadi besar yang akan mencelakai diri sendiri dan orang lain.

“Bersumbangsih dengan hati penuh rasa syukur dan sayangi diri sendiri adalah balas budi”, di dalam lirik lagu ini  ada kata balas budi, balas budi  di sini adalah balas budi yang di dasari olehi rasa syukur, bedanya bersumbangsih dengan rasa syukur dengan sayangi diri sendiri adalah balas budi mempunyai arti bahwa kita harus membalas budi dan mempunyai rasa syukur kita terhadap orang tua.  Master berkata tubuh kita ini pemberian orang tua, kalau kita bisa menjaga tubuh ini,  itu merupakan salah satu perwujudan bakti dan balas budi kita kepada keluhuran orang tua. Balas budi dasarnya adalah rasa syukur. Sedangkan bersumbangsih dengan rasa syukur mempunyai makna  wujud rasa syukur kepada sekeliling kita baik kepada orang lain dan lingkungan maupun di  lingkup yang paling besar adalah seluruh dunia. Master berkata hidup kita tidak ada dengan sendiri namun ada orang atau makhluk lain yang berjasa kepada kita.

Kita harus bersumbangsih karena Gan En (bersyukur), Bersyukurlah kepada kehidupan kita yang lebih baik dari orang lain, bersyukurlah kita tinggal di tempat yang jauh dari bencana, bersyukurlah kita dapat berkontribusi. Karena pada dasarnya setiap agama mengajarkan untuk selalu bersyukur. Bersyukur kata Master hendaknya di wujudkan dalam tindakan nyata yaitu bersumbangsih. Apakah dalam bersumbangsih bisa bahagia? Belum tentu karena yang mempengaruhi kebahagiaan kita adalah pikiran, pikiran manusia memiliki fase timbul, berlangsung, berubah dan turun. Apa hubungan bersumbangsih dengan pikiran yaitu dalam bersumbangsih kadang kala ada semangat hari ini namun besok semangat untuk bersumbangsih akan turun dan terus berubah – ubah seperti pikiran, karena pada saat bersumbangsih pikiranlah yang menentukan. Kunci kebahagiaan pada saat kita bersumbangsih adalah tanpa pamrih. Artinya tanpa pamrih adalah setelah kita bersumbangsih, hati dan pikiran adalah biasa dan wajar alami tanpa mengharapkan apa – apa dan lepaskan kemelekatan terhadap apa yang telah di lakukan. Master berkata saat kaki kanan melangkah maka kaki kiri ikut melangkah, kalau tidak maka tidak akan maju ke depan.

Bersumbangsih tanpa pamrih tidaklah gampang tetapi membutuhkan waktu yang panjang, karena manusia selalu memiliki harapan. Jika kita bersumbangsih dengan pamrih maka yang di dapat bukanlah kebahagiaan namun kerisauan. Balas budi dan rasa syukur bukanlah 2 hal yang berbeda, balas budi haruslah di dahului dengan rasa syukur, balas budi yang di padukan dengan rasa syukur akan membuat  kita untuk bersumbangsih tanpa pamrih.

Zun Zhong (menghormati)
Dalam menghormati (Zun Zhong) tidaklah boleh membeda – bedakan orang, orang lain bersikap kasar atau baik kepada kita, hendaknya kita tidak terpengaruh dengan kondisi tersebut, janganlah sikap kita di atur oleh orang lain. Sikap kita merupakan hak kita, namun tanpa kita sadari orang lain akan mempengaruhi sikap kita sendiri. Dalam buku 20 kesulitan terdapat bab sulit untuk memandang setara  semua mahkluk, maksud di sini bukan berarti kita membeda – bedakan orang lain, para nabi maupun Buddha sendiri pun memiliki murid utama dan siswa utama. Dengan adanya siswa utama  bukan berarti Buddha  membedakan siswa lainnya, namun karena Buddha menghormati hakekat hidup manusia.  jika saya tidak ingin sesuatu itu di lakukan kepada saya maka saya juga tidak akan melalukan sesuatu itu kepada orang lain, saling menghormati tidak membedakan hak dan keberadaan orang lain. Anda bisa menghormati orang lain sama saja anda menghormati diri sendiri. Master berkata orang yang mengasihi diri sendiri baru memiliki keberanian menghormati orang lain. Pada dasarnya kita adalah sama tidak ada yang beda, Master berkata jika kita melihat dengan hati Buddha maka semua orang adalah Buddha, cara pandang kita bukan di tentukan dari bagaimana bentuk orang tersebut tetapi pikiranlah yang menentukannya. Jika pikiran kita melihat secara positif maka semua akan terlihat secara positif pula.

Ai (cinta kasih)
Ai di sini adalah cinta kasih, Xiao Ai atau cinta kecil mempunyai makna lebih kepada cinta kasih terhadap orang yang mempunyai jalinan jodoh atau terhadap keluarga sendiri. Sedangkan Da Ai (cinta besar) lebih kepada cinta kasih kepada dunia dan bersifat universal serta agung. Untuk mencapai Da Aii harus mempunyai Xiao Ai terlebih dahulu.


Kesimpulannya kita harus mengisi ruang hati kita dengan cinta kasih jangan biarkan ruang hati menjadi kosong, sehingga tidak ada lagi ruang bagi pikiran – pikiran yang negatif.

Gan En

Link terkait :
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 24 Mei 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA.

Tema :  Menggambar Bersama Hong Tjhin sx
Pembicara : Hong Tjhin sx - CEO DAAI TV
Lokasi : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu : Kamis, 24 Mei 2012, pk : 19:00-21:00
Jumlah Peserta : 30 orang


Menggambar untuk mencapai pencerahan
Lagu : Sheng sheng shi shi dou zai pu ti zhong
Makna syairnya :
Kehidupan manusia begitu luas
Naik dan turun bagaikan lautan tiada tepi
Bagaikan kita berlayar di lautan kesana kemari
Kemanakah tujuannya
Apabila kita bertekad
Dan masuk ke dalam universe
yang penuh dengan kebenaran
Meninggalkan jejak dalam kehidupan manusia
Untuk datang dan pergi dengan bebas
Menemukan tekad bagaikan tekad Bodhisatva Ksitigarbha
Kita lihat tekad besar dalam kehidupan manusia
Bertekad bagaikan tekad Kwan Im
Tekad Nya menolong makhluk menderita
Keluar dari penderitan
Oleh sebab itu bukalah hati kita
Semoga selama setiap masa kehidupan berada di jalan Bodhisatva
Kalau ada kekotoran batin, semoga bisa kita kikis.
Semoga hati perenungan Buddha tidak kita lupakan.
----------------------------------

Menggambar : Bidang kertas dibagi 4 horizontal

_____________________________________
                              8

_____________________________________
                              7


_____________________________________
                   5.         |                 5
                               |
_______________ |______________________
                   4.|               4.|               4
                      |                   |
                      |                   |


Empat Usaha Benar
  • Hentikan kejahatan yang telah timbul
  • Hentikan kejahatan yang belum timbul
  • Mulai melakukan kebaikan
  • Lanjutkan kebajikan yang ada




Empat langkah mencapai kekuatan batin 
•    Konsentrasi keinginan, untuk maju dalam pelatihan spiritual
•    Konsentrasi pikiran, ke pikiran yg benar setiap saat dan setiap detik
•    Konsentrasi energi, ulet dlm kehidupan utnuk mencapai tujuan benar
•   Konsentrasi kebijkasanaan, menyemai keberkahan dan kebijaksanaan

Empat Perenungan
•       Merenungkan jasmani sebagai hal yang kotor
•       Merenungkan indera sebagai sumber penderitaan
•       Merenungkan batin sebagai hal yang tidak kekal dan senantiasa berubah
•       Merenungkan semua yang ada sebagai tidak kekal

Lima Akar
•       Akar Keyakinan
•       Akar Keuletan
•       Akar Pikiran
•       Akar Kontemplasi
•       Akar Kebijaksanaan

Transisi Empat Perenungan ke Akar
•       Setelah kita mempelajari Empat Perenungan, kebajikan kita akan bertunas sedikit, tapi masih         belum mempunyai AKAR.
•       Tanpa AKAR yang kuat, tunas kebajikan akan mudah patah.
•       Oleh karena itu kita perlu mempelajari Lima Metode untuk membuat kebajikan kita tumbuh.

Akar keyakinan
Jika kita percaya kepada Buddha dan Dharma, maka kita akan mencapai kebebasan dari segala kerisauan.

Akar keuletan
Karena kita percaya dengan Empat Perenungan dan cara-cara yang dapat membantu mempraktekkan ajaran,
Kita perlu melipatduakan usaha kita untuk mencapai ke-Buddha-an.

Akar pikiran
Kita perlu senantiasa berpikir tentang kebaikan,
Menjaga hati kita dengan seksama dan tiada pernah memasukkan pikiran jahat ke batin kita.

Akar kontemplasi
Tentukan hati kita di jalan yg benar, dan focuskan batin kita dalam kontemplasi hening dan kita tidak akan terganggu

Akar kebijaksanaan
Kebijaksanaan dari empat perenungan datang dari kontemplasi.
Datang dari penyelidikan diri sendiri, bukan dari yang lain.

Lima Kekuatan
  • Kekuatan keyakinan
  • Kekuatan keuletan
  • Kekuaran pikiran
  • Kekuatan kontemplasi
  • Kekuatan kebijaksanaan 
Kekuatan keyakinan
•       Mempunyai keyakinan di jalan yang benar membantu kita mempraktekkan ajaran.
•       Ketika Kekuatan Keyakinan tumbuh, kita dapat menghindarkan kerisauan.
•       Kekhawatiran kecil tidak akan mempengaruhi kita.

Kekuatan keuletan
Ketika kita berjalan di jalan yang benar dan telah menumbuhkembangkan Akar Keuletan, kita dapat menghilangkan kemalasan batin dan jasmani.

Kekuatan kontemplasi
Ketika kita dapat menjalankan pikiran yang benar, Akar Kontemplasi kita tumbuh kuat dan kita dapat menghancurkan pikiran-pikiran yang mondar-mandir, dan memahami kebenaran.

Kekuatan kebijaksanaan
•       Kebijaksanaan datang dari Empat Perenungan.
•       Kebijaksanaan menerangi kebenaran.
•       Ketika Akar Kebijaksanaan tumbuh, kita dapat menghilangkan semua kemelekatan.

Tujuh Unsur Kebijaksanaan
  • Diskriminasi
  • Keuletan
  • Kebahagiaan
  • Eliminasi
  • Renunsiasi
  • Kontemplasi
  • Pikiran
Diskriminasi
Membedakan benar dan salah, dan menempuh yg benar

Keuletan
Dengan semangat menghindari jalan kejahatan dan mempraktekkan ajaran yang benar.

Kebahagiaan
•       Kebahagiaan dari melaksanakan dharma sejati.
•       Ketika batin menerima ajaran sejati, ia akan bahagia.

Eliminasi
Menghilangkan semua kerisauan/kekhawatiran

Renunsiasi
Melepas hal-hal yang kita lihat atau melekat= menghilangkan kemelekatan

Kontemplasi
Tiada ilusi atau kekhawatiran.
Batin ada di tempat tanpa gangguan.

Inti ajaran Buddha menurut Guru-Guru :
Ajahn Chah : melepas kemelekatan
Dalai Lama : compassion
Master Cheng Yen : compassion in action

Pikiran
Keseimbangan antara kontemplasi dan kebijaksanaan.

Kesimpulan
Ketika kita merasa malas, gunakan Diskriminasi, Keuletan, dan Kebahagiaan untuk melihat segala sesuatu, maka kita tidak akan malas.
Ketika batin kita bergejolak, gunakan Eliminasi.

Delapan Jalan Utama
  • Pandangan benar
  • Pikiran benar
  • Ucapan benar
  • Tindakan benar
  • Mata pencaharian
  • Usaha benar
  • Kesadaran benar
  • Kontemplasi benar

Total poin yang digambarkan : 4+4+4+5+5+7+8 = 37 Jalan Menuju Pencerahan


Latar belakang
Ceramah Master Chen Yen July 10- October 10, 1987
Dasar belajar Mahayana
Berlandaskan sutra besar Vibhasa, Abhidhamma-kosa-sastra, dan sutra dari Nagarjuna tentang sutra Prajna Paramita

Senantiasa berjalan di jalan Bodhisatva
Dengan
Langkah kaki kanan - Kaki kiri

------------------------------

Sharing Djohan Kurnia sx
Mengenai Delapan Jalan Utama
Pandangan benar :
Melihat makhluk semua sama, dilihat sebagai panca kanda.

Mata pencaharian benar :
  • Apabila bentuk ekonomi, cara kita hidup tidak mengambil keuntungan dari makhluk hidup (yang hidup, ataupun yang kemudian dipotong)
  • Menghindari bisnis senjata yang digunakan untuk mencelakai, melukai, membunuh.
  • Menghindari bisnis yang menghasilkan efek yang melemahkan kesadaran, memabukkan, dst

Dalam merubah mata pencaharian benar,
Nasib harus diperjuangkan dirintis baru bisa diubah.
Jangan dipaksakan dalam satu hari langsung berubah.

Yang ketujuh : Perhatian benar
Yang kedelapan : sama samadhi ; kontemplasi = Pemikiran yang dalam
Jing si ; still thoughts : pikiran yang tidak ada kegiatan lagi/hening/diam, maka segala sesuatu terlihat seperti cermin bening.

Menyadari pikiran yang kita pikir : baikkah buat saya, orang lain, lingkungan.
Kalau baik, dikembangkan.

Dekat dengan barang merah, kita keliatan merah.
Dekat dengan barang hitam, keliatan hitam.
Lingkungan mempengaruhi kita.

Pikiran tidak baik belum muncul, jauhkan dari lingkungan.

Lima akar yang matang berkembang menjadi lima kekuatan. Akar sebagai dasar.

Mengenai Empat Perenungan
Perenungan terhadap empat hal, adalah kata-kata Buddha pada saat menjelang parinibana.
Yaitu pada saat Ananda bertanya, "Pada saat Guru Buddha pergi, siapa yang akan menjadi pembimbing kita ?"
Buddha menjawab,"Dharma dan Vinaya adalah Guru."

Kemudian Ananda bertanya, " Kita akan tinggal dimana?"
Buddha menjawab, "Hiduplah dalam  empat perenungan ini."
  • Senantiasa merenung, bahwa Badan/Jasmani ini tidak bersih.
    Misal setelah menunggal 1 hari, 2 hari, dst jasmani akan berubah.
  • Memahami bahwa Perasaan/Indra adalah sumber penderitaan.
    Misal dengar suara enak, nikmat. Tapi kalau dengar lama, tidak enak. Mendengar yang baik saja bisa mendatangkan sakit, apalagi bila mendengarkan kata-kata yang tidak baik.
  • Memahami hati selalu berubah-ubah.Selama duduk batin selalu tidak tetap, berpindah-pindah, seringkali tidak fokus tidak ada kekuatan.
  • Semua hal tidak ada intinya
    Tidak ada hal yang bisa kita pegang selamanya, tidak ada intinya.
Dengan empat perenungan ini, kita akan selalu mindful.

Master Cheng Yen pada saat awal memulai dari hal sederhana, lakukan saja
Setelah berjalan,menekankan pada pemahaman makna hakekat,Sambil melakukan kita belajar.
 
Penutup dari Po San sx
Belajar dengan menggambar adalah teknik Mind mapping, sangat bermanfaat untuk menghafal.
37 jalan ini Andaikan mampu dipraktekkan dalam keseharian, sepatah kalimat sederhana di dalam Sutra sudah merupakan ajaran yang sangat bermanfaat.

Semoga acara ini bermanfaat, semoga bisa menemukan hati kita dan bertekad selalu berjalan di jalan Bodhisattva.

Gan en

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 10 Mei 2012

KEGIATAN: BEDAH BUKU, HE QI: UTARA.

Tema: Bagian Satu Bab 7 “Biksu Brahmadatta”.
Buku: Dharma Master Cheng Yen Bercerita (hal 39-44).
Pembicara: Kumuda Yap dan Xie Guo Xiang (Ketua Tim Konsumsi He Qi di Tzu Chi Taipei-Taiwan).
Penerjemah: Kumuda Yap dan Hok Lay.
Lokasi: Jing Si Books & Cafe Pluit.
Waktu: Kamis, 10 Mei 2012, Pukul: 19.00 - 21.00 WIB.
Jumlah Peserta : 18 orang.

Kumuda Yap:
-          Kenapa daya tangkap Brahmadatta sangat lemah dibanding dengan Bhiksu lain?

Setelah ditelusuri, ternyata disebabkan oleh karma masa lalu, menghina orang suci (orang yang spiritualnya bagus). Dengan menghina orang terutama orang suci berarti kita menganggap diri kita superior. Dampaknya, walaupun Brahmadatta itu pintar tetapi ketika merendahkan orang lain maka menjadi sebuah konsekuensi di kelahiran mendatang bisa mempunyai daya ingat yang lemah. Brahmadatta ini adalah seorang intelek, cendekiawan (kita tahu bahwa kelahiran-kelahiran sebelumnya sudah ada kehidupan). Dia sangat mengagungkan kepintarannya. Dia merasa tak seorangpun yang dapat dibandingkan dengan kepintarannya. Pada suatu kali Brahmadatta mengikuti pertemuan, ada satu Biksu yang tidak banyak ngomong dan kalau kita “pintar” dalam pengertian semua hal dikuasai maka ketika tiba gilirannya, dia sudah sangat ingin menunjukkan bahwa Biksu ini tidak mengerti apa-apa, dia ingin show off kepintarannya dengan merendahkan  Biksu tersebut dengan pertanyaan yang menyudutkan. Nah, dampak dari merendahkan orang suci, ya biasanya seperti itu. Jadi kadang-kadang kalau kita amati, memang kelahiran manusia ada yang sempurna dan ada yang di luar dari sempurna, tetapi itu semua bukan tanpa sebab. Maka itu kita selalu dihimbau oleh Master untuk rendah hati, gan en. Dan ketika orang lain membicarakan kita, kita juga tidak memikirkan amarah. Master ingin insan Tzu Chi berada pada jalur dimana mereka tidak akan berdampak buruk pada kelahiran-kelahiran mendatang.

-          Apa perbedaan antara “Pintar” dan “Bijaksana”?
Kepintaran artinya bisa membedakan mana untung dan mana rugi, sedangkan kebijaksanaan artinya dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Orang pintar berasal dari intelektual sedangkan orang bijaksana bisa saja berasal dari rakyat jelata yang memahami betul mana yang benar dan mana yang salah.


-          Mengapa Buddha memilih Brahmadatta untuk mengajar?
Karena Buddha ingin menunjukkan bahwa: ”Kebijaksanaan melampaui LOGIKA”. Artinya orang pintar itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan orang bijaksana. Awalnya para Biksu tersebut merendahkan Brahmadatta, karena mereka melihat Brahmadatta sukar untuk menghafal,  bagaimana dia bisa mengajar.

Beruntungnya kita berjodoh dengan guru spiritual yang bagus sehingga noda batin yang setebal apapun dengan berkah kita berjumpa dengan guru spiritual yang berkualitas, guru kita mampu menolong kita bebas dari kegelapan batin. Salah satunya, Brahmadatta ini sangat beruntung
(kalau di jaman sekarang ini dia tidak ada apa-apanya) masyarakat awam akan menganggap dia bukan siapa-siapa tapi dia punya jodoh bertemu dengan Buddha sehingga Buddha bisa membantu dia. Sama seperti kita yang sudah mempunyai jalinan jodoh dengan Master, meskipun kita belum bertatapan langsung dengan Master atau mendapatkan instruksi langsung dari Master, paling tidak kita sudah mempunyai jalinan jodoh dengan Master, ini sudah merupakan salah satu berkah. Dan di kemudian hari, mudah-mudahan ketika pada saat Master merealisasikan pencerahan, kita lahir pada masa itu dan belajar dengan baik. “Daripada seseorang menguasai satu Kitab tetapi tidak melaksanakannya, lebih baik sekedar mengetahui satu bait tetapi melakukannya sesuai dengan yang diketahuinya”. Andaikan mampu dipraktekkan dalam keseharian, sepatah kalimat sederhana di dalam Sutra sudah merupakan ajaran yang sangat bermanfaat (kata Perenungan Master Cheng Yen).

-          Rumah mana yang lebih mudah untuk dibersihkan, rumah besar atau rumah kecil?
Tentunya rumah kecil.

-          Jikalau kedua rumah itu sudah bersih, mana yang lebih nyaman untuk ditempati, rumah besar atau rumah kecil?

Rumah besar. Artinya sedikit kita tahu maka sedikit noda batin dan apabila kita banyak mengetahui maka banyak pencemaran noda batin. Coba kita pikiran tentang politik di Indonesia, mumet nggak? Sebenarnya politik itu adalah perang. Jadi dengan kita menunjukkan bahwa kita bukan siapa-siapa dan kita hanya rakyat jelata maka yang kita tahu tidak banyak, Cuma bedanya kalau yang banyak tahu itu sungguh-sungguh berlatih dan membutuhkan waktu lebih lama, jika mencapai realisasi pencerahan maka dia akan lebih banyak memberi manfaat (wawasan luas) pada banyak orang. Sama seperti rumah. Antara pengetahuan dan praktek, seharusnya seiring sejalan. Memiliki wawasan yang luas itu penting demi yang lain. Betapa Buddha selalu memberi harapan, contohnya kita melihat orang yang tanpa harapan, lalu siapa yang akan peduli, semua yang melihat akan bilang terima nasibnya. Tetapi bedanya ketemu dengan makhluk suci, orang yang memiliki kebijaksanaan dan welas asih yang baik, benar-benar berkah, merekalah yang dengan rela datang membantu dan memberi harapan. Contohnya banyak sebetulnya, bukan hanya ada di kalangan Buddhis seperti Master Cheng Yen dengan Yayasan Buddha Tzu Chinya memberikan kontribusinya secara global, ada Bunda Theresa dan tokoh-tokoh yang lainnya juga. Meskipun kita tahu banyak permasalahan di dunia ini dan permasalahannya seberapa kita membuat jalinan jodoh dengan mereka dan kemudian memperoleh berkah dari ajaran mereka.

Sebenarnya kalau kita mau menyederhanakan latihan kita ada 3 pintu karma buruk yang harus kita hindari:
Ucapan: Memfitnah, Omong kosong (gossip), bohong dan berkata kasar.
Tubuh: Mengambil sesuatu yang bukan milik kita, Membunuh, Asusila.
Pikiran: Pikiran yang serakah sehingga tega membunuh kehidupan yang lain, Pikiran kemarahan yaitu batin yang diliputi kebencian akan membawa bencana bagi orang yang berada di sekitarnya, Pikiran Kebodohan tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Pandangan yang muncul menciptakan karma buruk.

Sharing Relawan:
Erli Shijie
Kalau menurut saya sich, kecepatan setiap orang memahami Sutra itu berbeda-beda, mungkin tergantung pada kebijaksanaan masing-masing misalnya mereka yang intelektual dharmanya “dalam” maka mereka akan mudah mengerti. Solusi supaya mereka mudah mengingat, sering-sering membaca dan melihat. Pada pertama kali kita membaca Sutra, mungkin kita tidak mengerti tetapi ketika kita membaca kedua kalinya kita akan memahami sebagian dan pada saat ketiga kali atau keempat kalinya kita membaca, mungkin kita akan memahami keseluruhannya.

Po San Shixiong
Pernah lihat Da Ai cilik di TV tidak? Anak-anak itu bisa menghafal ayat-ayat tanpa teks. Luar biasa, bisa khotbah tanpa teks, tanpa buku. Semua ayat bisa dihafal. Kenapa bisa seperti itu?
Jawaban dari salah seorang peserta Bedah Buku: Dari segi pikirannya harus menghafal ayat per ayat. Dipraktekkan di depan cermin. Setelah mahir hafal satu ayat, baru dikasih ayat yang lain, sampai terangkum sebuah ucapan ayat per ayat baru ditampilkan di TV.

Hok Lay Shixiong
Apabila ucapan kita sesuai dengan tindakan maka ajaran itu akan lebih mudah dipahami dan diingat.
Dharma itu demikianlah adanya (sebab akibat). Diberi formula untuk mengkahiri proses ini. Sepanjang mempunyai kemauan, siapa duluan sampai tujuan tidak menjadi masalah, asal mempunyai keyakinan yang kuat. Jangan di tengah perjalanan, tidak melihat pulau lalu mulai ragu, teruslah mendayung walaupun tidak melihat pulau, itu berarti sedang menuju “Pulau Sebrang”.

Hok Lay Shixiong bertanya:
Bagaimana mengatasi masalah ini. Apabila kita sedang belajar dengan seorang guru spiritual, lalu ada orang yang bilang guru ini tidak beres.

Kumuda Yap Shixiong menjawab:
Lihatlah guru kita, apakah penuh welas asih?
Apakah ada hasutan untuk kepentingan pribadinya?
Apakah ajarannya membawa kedamaian?
Apakah ada harapan pembebasan?
DATANG, LIHAT DAN BUKTIKAN SENDIRI (EHIPASSIKO).

Xie Guo Xiang (Ketua Tim Konsumsi He Qi di Tzu Chi Taipei-Taiwan)
Apa yang disampaikan Master akan menjadi benar sepanjang kita yakin maka segala sesuatu akan menjadi benar. Guru tidak bisa memilih murid, tetapi murid bisa memilih guru. Orang tua mengajarkan anaknya pintar, tetapi guru membimbing agar muridnya bijaksana. Master bukan butuh orang yang pintar tapi butuh orang yang mau bekerja. Orang yang memiliki perasaan bertanggung jawab akan menunaikan kewajiban dirinya dengan baik, dengan demikian tidak akan saling berhitungan dengan orang, juga tidak akan merasakan beban yang memberatkan (kata Perenungan Master Cheng Yen). Tidak perlu tahu banyak tetapi melakukan yang diketahui itu sudah sangat efektif. Tidak mempunyai kemampuan yang baik bisa melakukan DEPO daur ulang sudah lebih dari cukup. Inilah yang disebut kapasitas upaya kaulsalya (metode terampil). Master tidak pernah membeda-bedakan muridnya: kaya, pintar, semua sama asal mengerjakan segala sesuatu dengan tulus dan benar. Tidak membanggakan status. Tidak ada murid yang tidak bisa diajari, yang ada guru yang tak bisa mengajar. Hendaknya ucapan Master didengar lalu berpikir dan membina diri. Bisa dipergunakan ketika orang lain ada masalah, jadi kita bisa mengatakannya kepada orang lain.

Satu-satunya milik Master hanyalah sewaktu Master tidur, selebihnya semua yang dilakukan Master adalah untuk kepentingan semua makhluk di dunia ini.
Master mengatakan mengerjakan hal yang sepatutnya dikerjakan adalah bijaksana, tetapi mengerjakan hal yang tidak sepatutnya dikerjakan adalah kebodohan.

Gan En.

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 03 Mei 2012

KEGIATAN : BEDAH BUKU HE QI UTARA

Tema : “Menyuguhkan dengan Hati”
MC : Po San
Penerjemah : Djohan Kurnia, Livia Lie
Sharing by : Xie Guo Xiang (Ketua Tim Konsumsi di salah satu He Qi di Tzu Chi Taipei-Taiwan)
Lokasi :  Jing Si Books & Cafe Pluit
Waktu : 3 Mei 2012, 19.00-21.00 WIB
Jumlah Peserta : 45 orang


Sharing by Xie Guo Xiang Shixiong :
Saya bergabung di Tzu Chi pada tahun 1999, Ketua Hu Ai di salah satu komunitas di Taipei, juga sebagai Yi De Papa (wali ayah bagi murid yang jauh dari orang tuanya), dan Ketua Tim Konsumsi di salah satu He Qi di Taiwan. Saya sangat senang punya kesempatan untuk sharing di sini. Sebagai ketua konsumsi, bukan berarti saya paling hebat, tapi karena ada kerjasama dari banyak orang, sehingga pekerjaan bisa terlaksana dengan baik.

Kita sering mendengar Master Cheng Yen mengatakan “lai bu ji” (sudah tidak keburu). Satu hal, mungkin karena Master sudah lanjut usia, siapa yang akan meneruskan pekerjaan Master? Jumlah orang yang membutuhkan bantuan dengan orang yang memberi bantuan sudah tidak sebanding. Kalau kita tidak segera berkembang, maka dikuatirkan makin banyak yang tidak tertolong. Seperti Taiwan saja, Taiwan begitu besar, apakah orang yang butuh bantuan sudah tertolong semua? Tidak. Kita mestinya segera pu sa da zhao sheng (menggalang bodhisattva dunia). Melihat banyaknya korban bencana yang disiarkan melalui televisi, kita semua punya hati dan niat untuk menolong. Namun niat saja tidak cukup, harus ada tindakan. Kalau kita punya niat yang sama, walaupun belum terwujud, namun dengan banyaknya orang, setidaknya kita sudah punya banyak kekuatan. Master sangat kuatir, begitu banyaknya bencana, itu semua sumbernya dari manusia juga, yaitu dari 3 akar : ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Master mengikuti berita-berita melalui televisi, semuanya membuat Master sangat kuatir, sehingga Master melakukan banyak kegiatan, yaitu ceramah setiap hari, selain itu ada juga Sanubari Teduh, dll dengan tujuan menyucikan hati manusia.

Bedah Buku di sini (Jing SI Pluit) sudah 3,5 tahun lamanya. Sebagai pengingat dan supaya bisa belajar, tiap orang cukup mengatakan satu Kata Perenungan (Jing Si Yu) setiap kali bedah buku. Master mengajari kita melalui Kata Perenungan, itu semua Master tulis setelah melihat kondisi yang ada dan disesuaikan dengan yang diperlukan, sehingga Kata Perenungan ini adalah sebagai pengingat bagi kita. Di Taiwan, melalui DAAI TV, Kata Perenungan telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang. Master pernah mengatakan, Kata Perenungan ini bagaikan jimat, penuntun bagi hidup kita. Di Taiwan kita sering mengadakan kegiatan Hao Hua Yi Tiao Jie (mensosialisasikan dan membagi-bagikan Kata Perenungan kepada masyarakat, menempelnya di toko-toko, rumah, mobil, dll). Bisa juga kita tempelkan di daun pintu rumah kita sendiri. Ibarat rumah orang jaman dulu yang menempelkan gambar dewa sebagai penjaga, Kata Perenungan ini juga memiliki fungsi seperti itu. Ini saya alami sendiri, saat itu sedang memikirkan sesuatu, dan ternyata Kata Perenungan yang selama ini tertempel di daun pintu rumahku seolah-olah menyadarkan saya, bukankah ini juga seperti dewa yang melindungi saya?

Apakah perbedaan pintar dengan bijaksana? Orang pintar belum tentu bisa membantu orang, hati welas asih bukan berasal dari kepintaran. CONG MING (聰明=kepintaran) dan SHENG MING (生命=jiwa) adalah pemberian ibu, tapi HUI MING (慧命=kebijaksanaan) kita dapatkan dari guru-guru, dari Master.
Fu cong zuo zhong de huan xi / 福從做中得歡喜 = Sukacita dalam berkah didapat dari melakukan.

Hui cong shan jie de zi zai / 慧從善解得自在 = Ketenangan dalam kebijaksanaan didapat dari berpengertian.

Dengan berpengertian, misalnya ada orang atau teman yang datang terlambat di suatu kegiatan, bila kita hanya menggunakan kepintaran menilainya, maka kita akan mengkritiknya. Sebaliknya bila menggunakan kebijaksanaan, kita akan bisa lebih memahami orang, mungkin kita akan berpikir, oh mungkin dia ada keperluan sehingga datang terlambat, dan sekarang dia sudah datang ya sudah, itu lebih baik daripada tidak datang.


Menyajikan makanan/hidangan dengan hati
Misalnya istri sudah dengan susah payah menyiapkan makanan, sebagai suami hindari mengatakan “makanannya tidak enak” karena ini akan menyakiti hati istri yang mengharapkan kata-kata yang menunjukkan rasa menghargai atas hasil kerjanya. Mungkin bisa diganti dengan mengatakan “makanan ini enak, tapi akan lebih enak lagi kalau garamnya dikurangi sedikit”. Begitu juga dengan hal-hal lainnya, misalnya ketika ditanyain pendapat mengenai pakaian, dengan cara yang sama juga, suami boleh mengatakan “pakaiannya bagus, tapi akan lebih bagus lagi kalau dilonggarkan sedikit”,  atau “dikecilkan sedikit”. Ucapkanlah kata-kata yang positif, hindari kata-kata negatif yang bisa menyinggung perasaan. Dengan arti kalimat yang sama, tapi hasil yang diperoleh sangat berbeda, hubungan tetap terjaga baik. Selalu ingat 4 sup Tzu Chi : ZHI ZU/知足 (kenal puas), GAN EN/感恩 (bersyukur), SHAN JIE/善解 (berpengertian), BAO RONG/包容 (berlapang dada). Wu kuan bu ru xin kuan /屋寬不如心寬 = lebih baik memiliki lapang dada daripada rumah yang lapang. Karena kondisi hati yang lapang, walaupun rumah sempit, tapi tetap bisa bahagia.

Menyuguhkan dengan hati, prinsip dasarnya adalah ZHEN/真 (Benar), SHAN/善 (Bajik), MEI/ 美 (Indah). Ketiga prinsip ini adalah prinsip Master yang paling dasar, Master selalu menghendaki segala sesuatunya agar ditampilkan dengan Zhen-Shan-Mei, termasuk hidangan makanan, dihidangkan dengan Zhen-Shan-Mei, sederhana dan tidak rumit. Nama makanan juga tidak ada yang rumit.

Prinsip memotong sayur harus seragam, harus kelihatan sama panjang, ini juga ada artinya. Ketika kita sudah terbiasa melakukan hal kecil (yaitu memotong sayur) dengan baik dan rapi, maka kita secara tidak langsung sudah melatih dan mengendalikan diri kita untuk menjadi disiplin, sesuai prosedur, dan ada BATASAN (FEN CUN/分寸). Memotong sayur dengan rapi dan sama panjang juga menunjukkan KESETARAAN, bahwa setiap relawan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain, semuanya adalah setara, bersama-sama bekerja sebagai sebuah tim.

Tzu Chi INDAH, indahnya itu berasal dari keindahan setiap individualnya, kita semua sayang kepada Master Cheng Yen, karena sayang tentu kita mau patuh kepada Master. Ada yang bertanya, mengapa kita tidak makan dengan menggunakan sendok saja, mengapa makan nasi juga harus memakai sumpit? Tzu Chi adalah wadah pelatihan diri, makan juga merupakan salah satu sarana melatih diri. Biasanya seorang suami akan memiliki banyak tuntutan terhadap istrinya, begitu juga sebaliknya. Istri selalu meminta suami untuk tidak pulang malam, tidak minum arak, dll. Suami selalu meminta istrinya agar tidak boros beli ini beli itu, berbicara harus lembut, dll. Masing-masing menuntut agar pihak lain memiliki sikap yang ideal, dibandingkan dengan memegang sumpit makan nasi, manakah yang lebih sulit? Bila memegang sumpit, hal yang begitu sederhana saja kita tidak sanggup lakukan, bagaimana mungkin kita bisa melakukan hal-hal lain yang lebih besar dan rumit? Ini juga merupakan salah satu sarana pelatihan diri.

Setiap kegiatan, ketika berinteraksi dengan orang lain, penerima bantuan misalnya, kita bisa dengan senang hati tersenyum-senyum dan dengan ramah mengucapkan “Terima kasih”, “Gan en”, kemudian memberi hormat dan bungkuk 90 derajat. Tapi setelah pulang ke rumah, orang di rumah berbuat sedikit salah saja kita sudah marah. Mengapa kita tidak bisa mempraktekkan hal yang sama terhadap penerima bantuan tadi dengan orang-orang dekat kita, keluarga, pasangan, orang tua, yang adalah orang-orang yang kita kasihi? Bila kita bisa menggunakan sikap yang sama, maka keluarga kita tentunya akan harmonis dan bahagia.

Dengan sesama relawan juga misalnya, kita bisa dengan sangat sungkan dan bisa setiap saat “Gan en Shixiong, Gan en Shijie” walaupun hanya dibantu dengan tindakan yang sangat kecil. Tapi mengapa kita sulit untuk memperlakukan orang di rumah dengan sikap yang sama? Misalnya istri yang sepanjang waktu, sudah bertahun-tahun menyiapkan makan, memasak, mencuci, mengurus rumah, dll. Suami yang sudah bekerja keras selama ini untuk mencari nafkah bagi keluarga. Hendaknya kita bisa saling “Gan en” juga, mulai dari setiap tindakan yang kecil, sudah diambilkan air misalnya, dll.

Bagi sebagian orang, di rumahnya ada memuja dewa, setiap hari atau pada hari tertentu kita membeli buah, makanan, persembahan untuk disajikan, dan kita juga berdoa dan memohon ini dan itu. Sebuah niat hati seperti ini alangkah baiknya juga kita terapkan terhadap orang tua kita, karena mereka juga merupakan bodhisattva yang pada kenyataannya bisa membantu kita. Dengan menggunakan hati dan niat serta sikap hormat yang sama pada dewa, kita terapkan pada orang tua kita, sanak saudara, tetangga, maka mereka akan bersikap baik juga terhadap kita, bisa akur, dan saling perhatian, saling melindungi.

Selain tidur, Master tidak memiliki waktu untuk diri sendiri, karena penderitaan sudah terlalu banyak, makanya “lai bu ji”. Satu lagi “wu chang/ 無常”(ketidakkekalan), manusia tidak memiliki hak milik atas tubuhnya, yang ada hanya hak pakai. Kita juga tidak bisa memprediksi masa depan, kapan akan terjadi topan, gempa, badai, kecelakaan, dll. Tidak ada yang bisa menjamin setiap orang pasti selamat, tidak ada yang bisa menjamin besok kita masih bisa bangun (hidup). Inilah yang dimaksud dengan ketidakkekalan/ketidakpastian. Misalnya tiba-tiba kehilangan mobil atau barang, sebelum hilang kita merasa senang, tapi setelah hilang kita merasa sedih/menderita, ini juga bisa disebut sebagai “wu chang”, tidak ada yang bisa menjamin besok kita akan bahagia sepanjang hari.


Yin yuan/因緣 (Hubungan sebab akibat/Jodoh)

Hari ini semua Shixiong Shijie bisa hadir di sini, itu karena “yin yuan” (adanya kondisi/hubungan sebab akibat/jodoh).  Namun tidak semua hal adalah kondisi/jodoh yang menyenangkan. Master sering mengingatkan kita agar menggunakan “Shan jie/善解” (berpengertian benar) dalam menghadapi dan memahami setiap hal. Karena itu ada pepatah “Gan yuan zuo, huan xi shou/甘願做﹐歡喜受” (melakukan dengan sukarela, menerima hasilnya dengan sukacita).

Kita adalah bagian dari sebab, misalnya ada orang yang tiba-tiba mau pinjam uang kita, mengapa dia tidak pinjam dari orang lain saja? Nah, inilah sebab akibat (yinyuan). Ada 7 milyar jumlah penduduk seluruh dunia, katakanlah ada 3,5 milyar pria, dan 3,5 milyar wanita, tapi mengapa kita bisa bertemu dengannya dan menjadi suami/istri kita? Ini adalah jodoh (yinyuan). Terkadang kita mendengar, ada suami/istri orang lain, sangat baik, orangnya begini begitu, mengapa tidak berjodoh menjadi suami/istri kita saja? Ini adalah pemikiran yang keliru, kita hendaknya menghargai apa yang sudah kita miliki, hadapi dan sikapi yang sudah ada. Bila bertemu dengan kondisi yang kurang menyenangkan, kita anggap saja pada kehidupan yang lampau kita sudah menerima banyak, sehingga di kehidupan ini kitalah yang harus memberi banyak. Dengan pemikiran seperti ini, kita akan lebih berbahagia.

Banyak istri yang sering mengeluh suaminya sering pulang malam. Master selalu menjawabnya dengan positif “sudah bagus pulang jam 11, daripada jam 1 pagi”. Kalau ada yang mengeluh suaminya sering pulang jam 1 pagi, Master akan menjawab “sudah bagus pulang jam 1, daripada pulang saat langit sudah terang”. Dan bila ada yang mengeluh suaminya pulang pagi, Master akan menjawab “sudah bagus dia ada pulang”. Begitu juga bila ada yang mengeluh mengenai anaknya, tidak bisa mendapat prestasi yang baik di sekolah, Master akan menjawab “sudah bagus dia mau belajar”. Bila ada yang mengeluh anaknya nakal dan tidak mau belajar, Master akan menjawab “sudah bagus dia masih sehat”. Dan bila ada yang mengeluh anaknya nakal, tidak mau belajar, dan tidak sehat, Master akan menjawab “sudah bagus masih punya anak”. Inti dari jawaban yang Master berikan adalah bahwa kita harus senantiasa bersyukur.

Fu qi tong xin, ni tu bian huang jin/夫妻同心, 泥土變黃金” Bila suami istri sehati, lumpur pun bisa menjadi emas.

Tian sheng you chai bi you yong/ 天生有才必有用” Tidak ada orang yang sempurna di dunia ini. Kita hanya perlu mengubah sudut pandang kita, misalnya gelas yang retak di satu sisi, kita putar dan melihatnya dari sisi lain, maka gelas tersebut akan tetap kelihatan sempurna.

Ibarat sebuah kertas putih yang ada noda hitam kecil di tengah. Nah, apa yang kita lihat? Rata-rata orang akan melihat noda hitam yang kecil itu, padahal lembaran putihnya jauh lebih banyak. Jangan hanya melihat kekurangan yang hanya 1% itu dan mengabaikan 99% yang putih. Seperti suami istri yang tidak sempurna, masing-masing hanya perlu berkontribusi sebanyak 50%, bukankah sudah menjadi 100%(sempurna)? Katakanlah ada suami istri yang masing-masing sempurna 80%, bila digabung, bukankah sudah mendapat nilai sempurna 160%? Jangan menuntut suami/istri untuk menjadi sempurna 100%. Bila ada hal-hal yang tidak memuaskan sebanyak 80-90%, dan hal-hal yang memuaskan sebanyak 10-20%, maka syukurilah, lihatlah dan syukurilah apa yang  masih kita miliki. Kita harus optimis, misalnya melihat air dalam gelas, orang yang optimis akan mengatakan “airnya masih ada setengah”, tapi orang yang pesimis selalu melihat kekurangannya “airnya sudah tersisa setengah”.

Kita harus melihat dan menghargai apa yang kita miliki, bukan apa yang tidak kita miliki. Seperti Xie Kun Shan Shixiong yang melihat fisiknya sendiri, bahwa ia masih memiliki satu tangan, satu kaki, satu mata, dan satu mulut untuk berkarya. Yang dia lihat adalah apa yang masih dia miliki, tidak mengeluh atas kekurangannya.

Master mengatakan, tubuh kita adalah “wu jia zhi bao/ 無價之寶”, kita adalah pusaka yang tak ternilai sehingga kita hendaknya merasa penuh berkah. Kesehatan adalah harta yang tak ternilai. Untuk mengganti sebuah gigi saja itu tidak murah, atau operasi mata, cangkok ginjal, dll, itu semua sangat mahal dan harus menunggu hingga mendapatkan yang cocok. Kalau dihitung-hitung, berapakah harga tubuh kita? Sangat mahal dan bahkan tak ternilai. Karena itu kita hendaknya Gan En kepada orang tua kita yang telah memberikan tubuh ini, Gan en kepada mertua yang memberi suami/istri yang hebat kepada kita.

Bila semangat Master ada di dalam hati kita, kita akan bisa melaksanakan apa yang Master inginkan. Master menyayangi dan mau menolong orang yang menderita, tapi Master lebih menyayangi kita murid-muridnya.

Gan En _/\_

Link terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku