Kamis, 05 April 2012

Kegiatan            : BEDAH BUKU HE QI UTARA

Tempat              : Jing Si book and cafe, Pluit.
Tema                 : Dharma Master Cheng Yen Bercerita 
                           Bagian 1, bab 2: Biksuni yang Hamil.
                           Bab 3: Sariputra Tidur Di Luar.
Pembicara         :  Djohan Kurnia Sx.
Waktu               : Kamis, 05 April 2012, Jam 19.00-21.00 WIB.
Jumlah peserta   : 27 orang

BAB 2 "Biksuni yang Hamil"

Dalam Bab 2 ini mengisahkan tentang ibunda biksu Kumara yang hamil pada saat memasuki perkumpulan sangha di zaman sang Buddha , ibunda Kumara mempunyai keinginan untuk menjadi biksuni dalam upayanya  mencari kebenaran, namun keinginannya ini di tentang oleh orang tuanya, kemudian dia berpikir di dalam keluarga hal utama haruslah berbakti kepada orang tua, jadi kemudian dia berpikir lagi tunggu setelah menikah mencari kesempatan yang baik untuk di utarakan kepada suaminya untuk menjadi biksuni. Kesempatan yang di tunggu akhirnya datang, suaminya dengan terpaksa melepaskan ibunda Kumara untuk menjadi biksuni, namun pada saat itu ibunda Kumara tidak menyadari bahwa dirinya telah hamil. Tujuan pertama ibunda Kumara membina diri adalah ke tempat perkumpulan sangha Devadatta, semakin hari perut ibunda Kumara semakin besar, karena Devadatta tidak memiliki kebijaksanaan,  dengan mengetahui ibunda Kumara hamil, maka Devadatta langsung mengusir ibunda Kumara, dengan bantuan dari biksuni yang lainnya ibunda Kumara kemudian menuju ke perkumpulan sangha sang Buddha Sakyamuni, ketika sang Buddha mengetahui kehamilan dari ibunda Kumara kemudian sang Buddha dengan bijaksana menganalisa permasalahan mengenai kehamilan ibunda Kumara, dan akhir di ketahui bahwa ibunda Kumara tidaklah bersalah, kehamilannya terjadi sebelum menjadi biksuni .  Akhirnya  Buddha pun menerima ibunda Kumara di perkumpulan sangha sang Buddha.


Dari cerita di atas para peserta memberikan pendapatnya masing – masing :

Po san sx
Ibunda Kumara sangat patuh kepada orang tua, Master  mengatakan ada 2 hal yang tidak dapat di tunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan, di samping itu di mana ada tekad tentunya ada kekuatan. Ibunda Kumara memiliki tekad yang kuat untuk menjadi biksuni akhir ada kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu Jangan membuang cinta kasih menjadi benar , sekilas Devadatta itu benar telah mengusir ibunda Kumara namun demikian dia telah membuang cinta kasihnya, tetapi sang Buddha begitu bijaksana. Sang Buddha memandang setara semua makhluk, dan tidak meremahkan siapapun juga, penyebab meremehkan adalah kesombongan, ego, kurangnya informasi orang yang diremehkan, sang Buddha memiliki kebijaksanaan yang tinggi,  pada saat ibunda Kumara datang dengan keadaan hamil sang Buddha  mencari tahu dulu permasalahan yang di hadapi oleh ibunda Kumara dari situlah akhir sang Buddha mengetahui kebenarannya.


Indri sj
Menghadapi semua masalah dengan bijaksana.

Christine sj
Kita harus bijaksana melihat sesuatu, jangan  melihat sesuatu dari sampul tapi harus lihat hingga ke dalam. Sang Buddha  menghadapi segala sesuatu secara bijaksana maka kebenaran akan di dapat.

Mei Hui sj
Ibunda Kumara berbakti kepada orang tuanya, karena adanya niat dan kerisauan serta adanya panggilan untuk menjadi biksuni yang terus mengikuti ibunda Kumara maka begitu ada kesempatan ibunda Kumara melepaskan kehidupan duniawi walaupun suaminya tidak rela namun harus di terima.

Erli sj
 Mencari tahu dulu, menghadapi masalah apapun harus cari tahu dulu jangan  langsung bertindak, setelah tahu barulah  bertindak.

Syukur sx
Buddha sangat bijaksana dengan mengundang semua orang untuk membahas masalah ibunda Kumara sehingga tidak timbulnya gosip.

Fenny sj
Merupakan suatu jalan pada saat kesempatan itu ada.

Supardi sx
Dari muda sudah bertekad menjadi biksuni, kesabarannya  membuahkan hasil.

 Wahyuni sj
Sudah mempunyai  jalan untuk menjadi biksuni, ibunda Kumara tidak salah karena tidak menyadari dia hamil pada saat masuk perkumpulan sangha, Buddha tidak semena-mena menghakimi tapi mencari tahu akar         permasalahan, dalam segala hal tidak boleh semua hal di hadapi secara  emosional tapi dengan mempelajari  akar permasalahan itu, takdir tidak bisa di lawan tapi nasib bisa di rubah.


Dari semua sharing  peserta,  Djohan Kurnia sx (Pembicara)  menyimpulkan dalam ajaran buddha terdapat 6 paramitta (sifat – sifat kesempurnaan bodhisatva) yaitu :

-Dana paramita(kerelaan atau  keikhasan memberi)
-Sila paramita (mempraktekkan kebenaran)
-Khanti paramita (kesabaran)


Ilmu kesabaran lebih tinggi daripada belajar praktek kebenaran, yang  sudah benar di suruh sabar belum tentu tahan, pada saat ibunda Kumara yang  hamil di usir oleh Devadatta karena Devadatta tidak memiliki kesabaran sehingga tidak dapat melihat potensi yang di miliki oleh ibunda Kumara, namun biksuni ini yaitu ibunda Kumara tidak menyerah untuk terus melangkah menuju tempat perkumpulan sang Buddha, berkat bantuan dari seorang biksuni yang lain ibunda Kumara dapat sampai ke tempat sang Buddha, proses perjalanan biksuni yang hamil ini, terdapat  dukungan dan  semangat serta motivasi dari seorang biksuni  yang mengantarnya ke tempat sang Buddha.

Dalam ajaran Budha Dharma biksuni yang mengantarnya di sebut sebagai kalyanamitra  yaitu partner/sahabat  yang memberikan semangat pada saat putus asa dan memberikan jalan keluar, maka sampailah ibunda Kumara ke tempat sang Buddha.  Karena merupakan orang yg tercerahkan maka Budha bisa melihat siapa ibunda Kumara ini, tetapi Buddha tidak buru-buru melakukan sesuatu, namun melalui  proses sehinga tidak menimbulkan omongan/gosip inilah  sifat bijaksana  seorang Buddha.

Dalam hidup ini kalau kita ketemu jalan buntu seakan – akan ini susah dan tidak ada jalan keluar,  sering kali orang tidak sabar menunggu , maka pada waktu tidak sabar menunggu ini akan muncul bermacam -  macam rintangan  yang bisa menjadi siksaan dan penderitaan  bagi diri sendiri, namun jika kita mau menunggu semenit, sejam ataupun  kadangkala  harus menunggu bertahun- tahun untuk bersabar  maka kita akan mendapatkan jawaban atas semua masalah dalam hidup ini. Karena itu Devadatta tidak mempunyai kesabaran itu, tapi sang Buddha tahu bahwa di zaman itu manusia harus diberikan satu proses sehingga semua bisa menerima hal  tersebut, maka di lakukan sosial gathering di mana terdapat ada raja,umat pelindung Dharma kemudian dari cerita/ saksi mencari tahu serta investigasi hasil jawabannya adalah biksuni tersebut hamil sebelum menjadi biksuni sehingga masalah menjadi  terang.

Belajar kesabaran adalah satu jawaban atau kunci menuju jawaban, kita tidak selalu, kalau timbul kesulitan minta jawaban langsung, namun seringkali  waktu adalah kunci yang memberikan jawaban.  Karena terbukanya pemahaman kita seringkali harus lewat suatu proses waktu. Ada  pepatah Inggris mengatakan “Waktu lah yang menyembuhkan  semua macam luka”  terutama luka batin,  juga kebingungan kita.

Kesabaran lebih tinggi daripada praktek kebenaran karena memerlukan waktu,  kebenaran seringkali timbul keyakinan,  namun ada kesulitan  di mana kebenaran harus melalui proses sabar, sabar adalah tahap berikut setela h praktek kebenaran, inilah Khanti paramita, Devadatta adalah saudara Ananda sepupu Buddha, ia mempunyai  ambisi  yang berlebihan, apapun di lakukan untuk  mencapai tujuan, di satu sisi Devadatta merupakan pelukisan sifat dengki, tidak puas terhadap  sang Buddha, Namun di sini Devadatta  dapat di katakan sebagai penghalang sang Buddha, dari sisi Mahayana ada satu kontradiksi  bahwa Devadatta  adalah satu bodhisatva terhadap kesempurnaan daripada  pencerahan batin Buddha, Devadatta banyak  meberikan  tantangan dan rintangan serta kesulitan kepada sang Buddha sehingga  membawa Buddha mencapai tingkat pencerahannya yang lebih tinggi.  Satu hal yang sulit adalah satu penderitaan bagi kita, dari kacamata Mahayana kesulitan membuat kita menjadi kuat,  kesulitan juga membuat kita menjadi tabah,  sabar. Kalau kita  tidak bisa melewati kesulitan maka yang terjadi adalah bunuh diri, kesulitan harus di lihat dari banyak aspek,  dalam pemahaman mahayana, kesulitan  merupakan salah satu tangga yang  membawa kita menuju ke lebih tinggi,  tapi bisakah kita sabar?

 Belajar  sabar  tidaklah  mudah, sabar  membawa kita pada jalan keluar, yang merupakan kunci yang penting  dan jawaban  serta  pemahaman. Banyak hal yang bisa di tingkatkan kalau mau bersabar, jika  tidak bisa sabar jangan  harap dapat lahir di alam dewa.  Karena di alam dewa 1 siklus hari kira – kira 50 tahun alam manusia.  Belajarlah bersabar untuk lebih tabah dalam menghadapi segala masalah dan rintangan yang  terjadi dalam hidup kita.


BAB 3 "Sariputra Tidur di Luar"

Mengisahkan tentang perjalanan sang Buddha pada saat akan memberikan bimbingan Dharma ke Sravasti, di mana ketika hampir senja rombongan sang Buddha beristirahat di sebuah pondok. Namun di malam hari Buddha mengetahui salah satu murid utamanya Sariputra tidak mendapatkan tempat tidur di pondok sehingga mengharuskan Sariputra duduk dan tidur di bawah batang pohon, menahan dingin yang menusuk di luar. Keesokan harinya sang Buddha mengumpulkan para siswanya dan bertanya “mengapa kalian semua saling ingin bersaing  mendapatkan tempat duduk yang pertama semalam? Kita semua harus saling menghormati. Tahukah kalian siapa di antara kalian yang paling layak mendapatkan tempat duduk, minum, menerima persembahannya pertama kali?”  semua siswa sang Buddha menjawab yang berbeda – beda namun semuanya salah. Kemudian sang Buddha memberikan wejangan bahwa “Semua orang yang melatih diri adalah setara tanpa adanya perbedaan kelas. Bukan yang bisa di lampaui oleh aliran spiritual dan kekuatan batin yang bisa duduk di tempat pertama, namunlah haruslan saling menghormati dan mengalah sehingga menciptakan keindahan dalam kelompok”. Yang harus di hormati adalah biksu senior karena merekalah yang telah lebih maju dan tekun secara spiritual, dan orang yang mampu menjaga hati  dan menyebarkan ajaran Buddhalah yang layak duduk, minum dan menerima persembahan pertama kalinya. Dalam cerita ini ajaran Buddha mengajarkan agar kita “melenyapkan ketamakan”. Apabila setiap orang dapat mawas diri sedikit saja, maka kehidupan akan menjadi bahagia.

Menurut Djohan sx, dari kisah di atas sang Buddha memberikan pelajaran mengenai Tata krama yaitu Vinaya (Kode Etik kehidupan Kebiksuan). Waktu zaman sang Buddha belum terdapat catatan tertulis mengenai  vinaya, pada saat Buddha menanyakan siapakah yang paling layak mendapatkan tempat pertama, dari semua siswanya terdapat 3 macam pemikiran yaitu :
  1. Yang di dahului adalah biksu dari kasta ksatria (bangsawan, raja, penguasa, jendral)
  2. Yang di dahului adalah biksu dari Kasta brahmana (kasta pendeta)
  3. Yang di dahului adalah biksu yang belajar melatih kekuatan batinnya yang lebih maju.
Semuanya masuk akal, tapi sang Buddha menjawab semuanya tidak benar, justru ajaran sang Buddha ingin membebaskan dari adanya kasta – kasta, ajaran sang Buddha sudah terbebas dari adanya kasta. Sedangkan Orang yang melatih bertahun – tahun dengan prilaku yang bagus. Dan memiliki kesaktian yang tinggi  belum tentu bersih, justru sangat berbahaya karena kesaktian akan  dianggap benar, sehingga akan menyesatkan orang.  Kekacauan terjadi bukan karena orang bodoh namun banyaknya orang  pintar, tetapi yang di butuh di sini adalah orang yang memiliki moralitas yang baik. Urutan pertama yang layak adalah biksu paling senior yang  sudah belajar ajaran sang Buddha dengan benar, yang  zaman sekarang di sebut masa vasa.

Maka sejak saat itu urutan dari fasilitas di mulai dari biksu senior dan mempraktekkan masa vasa yang paling banyak yang layak dapat urutan pertama. Sariputra merupakan salah satu dari 10  murid sang Buddha yang telah mencapai tingkat arahat dengan kebijaksanaan paling tinggi.

Anathapindika merupakan murid Buddha golongan perumah tangga, yang banyak memberikan dukungan terhadap perkembangan ajaran Buddha dalam membabarkan Dharmanya. Menjelang  ajalnya Anathapindika  di berikan bimbingan Dharma dari Sariputra mengenai kebenaran tertinggi bukanlah di kekayaan, dari situlah ia merasa tercerahkan dan timbul satu permintaan kepada Buddha bahwa kebiasaan di zaman itu umat yang belajar Buddha Dharma atau kebenaran tertinggi selalu di ajarkan kepada para biksu, namun Anathapindika memohon agar kebenaran tertinggi tidak hanya di ajarkan kepada biksu namun dapat di ajarkan kepada umat biasa, sehingga sebagian dari mereka mendapat manfaat. Dari permintaan Anathapindikalah kita dapat mengenal Buddha Dharma hingga sekarang.

Gan En.

Link terkait
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.