Kamis, 26 April 2012

KEGIATAN           : BEDAH BUKU HE QI UTARA

Tema                : DHARMA MASTER CHENG YEN BERCERITA
                          Bagian 1: Buddha Dan Para Muridnya
                          Bab 6: Pelajaran Nanda.
Pembicara         : Livia  Lie Sj
Tempat             : Jing Si Book And Cafe, Pluit
Waktu              : Kamis, 26 April 2012, Jam 19.00-21.00 WIB.
Jumlah peserta  : 19 orang.

Suatu ketika Buddha keluar untuk Pindapata dan melewati istana kerajaan. Ketika Nanda melihat keagungan Buddha memberikan sebuah rasa hormat. Nanda langsung turun dari balkon dan beranjali memberi hormat kepada Buddha, lalu Buddha memberikan mangkuknya kepada Nanda dan berkata ‘’Ikuti saya’’. Nanda kemudian membawa mangkuk itu ke tempat dimana Buddha tinggal. Karena pengaruh suasana hening dari perkumpulan Sangha yang dirasakan, Nanda memutuskan untuk menjadi Bhiksu.

Namun hatinya tidak tenang dan setiap hari berpikir untuk kembali ke istana, karena masih diliputi oleh nafsu keinginan.  Dalam Sangha ada 6 orang Bhiksu yang sering melanggar sila dan Nanda berteman dengan mereka yang mendorongnya untuk melanggar sila. Ketika Buddha melihat Nanda bersama 6 Bhiksu itu maka Buddha memanggilnya. Buddha membawa Nanda ke sebuah pasar yang ramai, dimana banyak banyak kios yang menjual daging dan ikan, ditanah juga banyak terdapat sampah berupa daun bekas pembungkus daging dan ikan. Buddha meminta Nanda mengambil dedaunan itu dan menciumnya, Nanda meraup dedaunan dan kemudian Buddha mengatakan kepada Nanda agar membuang dedaunan itu dan memintanya untuk mencium tangannya sendiri, ‘’tangan saya kotor dan berbau busuk’’kata Nanda. Buddha memintanya untuk membersihkan tangannya dengan rerumputan, tak perduli betapa kerasnya ia berusaha baunya tetap saja tercium.

Buddha berkata kepada Nanda, ‘’Kamu pernah menikmati kemewahan dan kesenangan duniawi didalam istanamu. Sekarang kamu berteman dengan 6 orang Bhiksu yang tidak mematuhi sila. Meskipun kamu belum memegangnya tetapi tanganmu tetap saja kotor. Bahkan saat kamu menggosok bersih tanganmu, baunya tetap saja ada’’. Mendengar hal ini Nanda merasa malu dan ingin bertobat, lalu Buddha berkata kepada Nanda agar membasuh tangannya ‘’mulai sekarang tangan itu janganlah menyentuh hal-hal yang kotor lagi’’.

Meraka melewati sebuah toko yang menjual wewangian, dan Buddha meminta Nanda masuk dan mendapatkan sebuah kotak kosong, lalu memberikan kotak itu kepada Buddha. ‘’Bagaimana baunya?’’ Buddha bertanya kepadanya, ‘’Baunya sangat harum’’ jawab Nanda. Lalu Buddha mengatakan ‘’Ini seperti pelatihan spiritual, walaupun kotak ini kosong tapi kotak ini masih memiliki bau harum dari toko itu. Kamu belum berlatih dengan baik dan tidak memahami kebenaran dan jika berlatih dengan bhiksu senior yang telah memurnikan diri mereka, maka kamu akan cepat tercerahkan dan secara bertahap mereka akan membantu mengembangkan karaktermu’’.
Buddha menggunakan situasi dalam kehidupan sehari-hari untuk mengajarkan Nanda sebuah pelajaran dan membantunya menyadari kesalahannya.

Sharing Livia Shijie.
Nanda adalah seorang Pangeran dan juga sepupu dari Sang Budddha. Pada zaman Sang Buddha, mereka yang mendengarkan Dharma Buddha ada yang pada saat itu juga mencapai pencerahan, tapi ada juga yang memerlukan waktu lebih lama. Walaupun Sang Buddha sering memberikan ceramah, tetapi tidak pernah memberikan ceramah di kerajaan dimana keluarga dari Sang Buddha tinggal. Ketika Sang Buddha diundang pulang untuk memberikan ceramah dan Sang Raja ayah beliau mendengarkan Dharma Buddha, maka pada hari ke-3 ayah Beliau langsung mencapai pencerahan.

Pengaruh lingkungan sangatlah penting, kita bisa masuk ke Tzu Chi dan mengenal Tzu Chi sangatlah beruntung, orang yang belum kenal selalu merasa was-was. Kalau kita mendapatkan masalah adalah lebih bagus untuk bersikap terbuka, dan lebih baik mencari seseorang yang bisa membantu kita (Kalyana Mitta). Seperti sharing dari Xie Guo Xiang Shixiong relawan dari Taiwan, walaupun didapur hanya memotong sayur tetapi harus dipotong dengan ukuran yang sama. Ini seperti apa yang diinginkan oleh Master, kita jadi orang haruslah ada perkiraan jangan sampai kelewat batas.
Dulu orang sering mengambil jimat untuk keselamatan diri dan setiap hari kemana-mana dibawa. Di Tzu Chi pun ada jimat , yaitu: kata perenungan Master dan itu untuk pedoman dalam kehidupan kita.

Sharing Hok Lay Shixiong.
Dalam ajaran-ajaran agama banyak hal yang dirasa bagaikan keajaiban (Gaib) yang tidak bisa diterima oleh akal (logika), seperti lautan yang bisa terbelah, 1 keping roti bisa dimakan untuk 5000 orang. Itu bukan hanya tulisan dan omongan tetapi benar-benar terjadi. Dulu orang tidak punya record (catatan pasti), tidak seperti sekarang. Tetapi Master merecord semuanya, melalui dokumentasi dari video, foto dan tulisan.
Sebagai umat awam bagaimana kita bisa menyingkapi atau menanggapi hal gaib seperti bisa dan keluar masuk ke alam surga atau neraka ini?

Sharing Livia Shijie.
Seseorang yang sudah mencapai kesadaran yang tinggi, ia bisa melepas tubuh dan pergi ke Neraka atau surga. Seperti neraka yang mempunyai 18 tingkatan, surga pun bukan hanya satu tetapi mempunyai banyak tingkatan. Sebenarnya kalau kita melatih pikiran kita menjadi jernih dan murni, kita juga bisa menjadi seperti itu, tetapi di zaman yang moderen seperti sekarang ini sangatlah sulit.
Dalam Tzu Chi pun kita melakukan pelatihan diri kedalam, membina diri dan meditasi. Master mengatakan bahwa meditas tidak hanya bisa dilakukan dengan duduk selama 3 atau 4 jam saja, tetapi meditasi bisa dengan melatih diri dalam masyarakat.

Sharing Djohan Kurnia Shixiong.
Ajaran => Bersumber dari Sang Buddha, karena Buddha mengajarkan dengan cara yang bervariasi.
Aliran =>  Bersumber dari Ajaran Buddha, tetapi karena ada yang mempunyai pemikiran yang sama mereka menjadi satu kelompok.
Dalam Buddhisme secara umum ada 2 aliran, yaitu:
Utara     =>  Theravada (Hinayana), memahami penderitaan melalui ruang lingkup, masih bisa tumimbal lahir tetapi setelah melatih diri mencapai tingkatan Arahat, maka tidak mengalami tumimbal lahir.
Selatan  =>  Mahayana, walaupun sudah mencapai tingkatan Arahat tetapi merasa percuma membebaskan diri, karena orang yang lainnya masih tidak tertolong (menderita). Seperti Khistigharba Bodhisattva yang mempunyai tekad menolong orang lain untuk mencaai penerangan, barulah ia mencapai penerangan.
Ada juga aliran Tanthayana yang berasal dari Tibet. Seseorang bisa mencapai tingkatan Sama Sambuddha, tetapi pelatihannya sangatlah berat sekali.
Kegaiban => Karena batin kita ada potensi dan kemampuan yang tak terbatas.
Manusia adalah produk budaya, karena menganggap hal yang ada adalah wajar dan kalau yang tidak ada menjadi ada, maka tidak bisa diterima dan akan dianggap gila. Zaman dulu hanya ada kuda lalu ada mesin uap dan sampai bisa terbang.

Batin adalah sumber daya yang tak terhingga, perubahan berawal dari hati dan keyakinan, kalau tidak ada keyakinan maka tidak akan bisa. Alam kehidupan lain memang ada, Bhiksu Maudgalyayana memiliki batin yang kuat maka ia bisa pergi ke neraka untuk mencari ibunya.





Dalam aliran Theravada ada 31 alam kehidupan, yaitu:
  • Penderitaan (4 alam) => Setan kelaparan (Peta), Hewan, Asura (Siluman), Neraka (Nirya Bumi).
  • Manusia (1 alam) => masih mengalami senang dan menderita.
  • Surga Para Dewa (6 alam) 
  • Brahma Rupa (16 alam) => Masih memiliki bentuk Fisik.
  • Brahma Arupa (4 alam) => Sudah tidak ada Jasmani (Fisik) karena batinnya sudah halus sekali .
Aliran Mahayana hanya ada 10 alam kehidupan, yaitu:
  • Alam yang masih mengalami tumimbal lahir (6 alam) => Penderitaan (4 alam), Manusia (1 alam), Dewa (1 alam).
  • Alam Kesucian yang tidak lagi mengalami tumimbal lahir (4 alam) => Sawaka Buddha, Paceka Buddha, Bodhisattva, Sama Sambuddha (yang sudah mencapai pencerahan).
Buddha mengatakan bahwa ada alam Sukavatti dan di alam Sukavatti ada Buddha yang mengajar yaitu: Buddha Amithaba yang mana arti dari Buddha Amithaba adalah A (tidak terbatas), Mi (sinar), Thaba (Buddha). Jadi kalau diartikan secara harfiah Buddha Amithaba adalah Buddha Sinar Tanpa Batas.

Sharing Po San Shixiong.
Ananda mau menerima kritikan dan mau bersyukur karena dikritik dengan keras. Dengan bersyukur dan melatih diri maka Ananda bisa mencapai kesucian Arahat. Dunia ini mengalami perubahan dari hanya berjalan kaki sampai naik kuda dan sekarang bisa terbang. Demikian juga batin kita mengalami perubahan, tetapi berubah kearah yang lebih baik.

Ada seorang bocah INDIGO (mempunyai kemampuan khusus), ketika ia ditanya apakah ada bencana yang lebih besar dari bencana yang sekarang sudah terjadi? Ia menjawab ada tetapi tidak akan mengatakannya, karena kalau ia mengatakannya maka akan terjadi bencana yang lebih besar lagi, orang akan panik dan membuat bencana yang lebih besar dari pada bencana yang sesungguhnya.

Jika kamu berkelakuan baik maka kehidupanmu akan menjadi baik.

Gan En.

Link terkait :
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku

Kamis, 19 April 2012

Kegiatan                      : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA

Tema                           : “mengapa Ananda melafalkan Sutra”
Buku                           : Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian I (Buddha dan para muridnya)
                                    Bab 5
Lokasi                          : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu                         : Kamis, 19 April 2012 Pkl 19:00-21:00
Jumlah Peserta             : 22 orang

Ajaran agama Buddha merupakan ajaran agama yang tidak berdasarkan kelompok melainkan ajaran yang bersifat universal, ajaran agama Buddha dapat berlangsung hingga hari ini karena adanya murid Sang Buddha yang memiliki daya ingat yang sangat kuat, yakni Bhante Ananda.

Meskipun memiliki daya ingat yang sangat kuat, Bhante Ananda dalam usahanya untuk melafalkan sutra dan mencapai Arahat juga mengalami berbagai kendala termasuk menerima kritikan yang sangat serius.

Yang pertama beliau dituduh tidak hormat pada Buddha karena telah menginjak jubah Sang Buddha, ia menjelaskan benar bahwa ia memang telah menginjak jubah Sang Buddha, tetapi itu terjadi karena angin meniup jubah dan Bhante Ananda tidah sengaja menginjaknya.

Kedua pada saat Sang Buddha sakit dan membutuhkan air untuk di minum ia tidak memberikan minum pada Buddha, ia mengakuinya bahwa benar hal itu tetapi pada saat ia sedang ke sungai untuk mengambilkan air datanglah segerombolan sapi berlari yang membuat air sungai menjadi keruh hingga ia tidak dapat memberikan minum pada Sang Buddha.

Selain itu ada juga Arahat yang mempermasalahkan Bhante Ananda mengapa tidak meminta Buddha agar dapat hidup lebih lama karena seorang Buddha dapat hidup selama 500 tahun tetapi juga dapat singkat selama 80 tahun, Bhante Ananda mengakuinya bahwa benar  ia tidak meminta Buddha untuk dapat hidup lebih lama, ia tidak dapat mengutarakannya, Ia sangat menyesalinya dan sungguh sungguh bertobat.

Saat ingin bergabung dengan 500 Arahat lainnya beliau juga masih mendapatkan  kesulitan, Para arahat menganggap beliau masih ada kerisauan, dengan sangat menyesal tanpa menyalahkan siapa siapa beliau  berusaha dengan gigih dan akhirnya beliau mencapai tingkat Arahat, bahkan beliau juga memberikan namaskara kepada para Arahat sambil melafalkan ajaran Buddha dengan berkata “demikianlah yang telah saya dengar”.




Untuk mengetahui lebih jelas  apa yang di maksud arahat Christine SJ mengatakan bahwa Arahat artinya yang sudah mencapai penerangan sempurna, Arahat tidak akan di lahirkan kembali, umat awan masih akan di lahirkan kembali.



 
Sharing Posan Sx. Kita juga mempunyai kewajiban untuk menyebarkan kebajikan contohnya Master Cheng Yen yang berceramah agar masyarakat dapat tentram dan damai, dunia terbebas dari bencana. Master juga menginginkan kita melihat segala sesuatu dengan bijaksana.

Sharing Hok Lay Sx. sering kali kita di pengaruhi pikiran kita yang negatif mereka tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya , Sang Buddha mengatakan semua berawal dari pikiran, karena pikiran manusia negatif tidak mudah di yakini, kita semua mempunyai pikiran seperti itu, pikiran buruk membuat kita menderita, kita harus menyadari dan kita harus belajar untuk berkesadaran dan pada saat kita menyesal tidak cukup dengan hanya menyesal tetapi juga memperbaikinnya.

Sharing Rini Sj.  Hal ini sesuai dengan film Tanda Tanya, dimana film tersebut mengisahkan perbedaan kepercayaan antara orang yang menganut satu kepercayaan memandang buruk terhadap kepercayaan yang lainnya, kadang kala kita memandang sesuai dengan perspektif kita sendiri.

Sharing Mei Hui Sj. Untungnya Bhante Ananda dapat mengklarifikasi, beliau mendapatkan dua sisi, setiap persoalan kita harus melihat semua sisi, kita harus melihat kondisi saat itu, apakah kita sebagai orang yang mendengarkan mau mempercayainya atau kita tetap pada pendirian sendiri.

Sharing Agus Sx. Semua orang mempunyai kelebihan, kita harus menghargai pendapat setiap orang.

Sharing Sjukur Sx. Para 500 Arahat mengatakan bahwa Ananda masih ada kerisauan apakah mungkin ini juga metode terampil agar Bhante Ananda dapat mencapai tingkat kesucian, Master Cheng Yen mengatakan jangan pernah meremehkan orang lain setiap orang mempunyai potensi, motivator mengatakan bakat merupakan nomor kedua yang terpenting belajar, keberhasilan bukan di tentukan oleh bakat.

Bhante Ananda mempunyai semangat dan tekad yang luar biasa selain itu Bhante Ananda mempunyai sikap lapang dada dan tidak sombong, sesuai dengan perkataan Master Cheng Yen agar kita mempunyai tekad mulia, pendirian yang kuat, emosinya lemah lembut dan hati yang teliti, hingga saat ini Master Cheng Yen selalu menyatakan saya hanyalah manusia biasa yang melakukan seharusnya saya lakukan.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari Bhante Ananda, hendaknya ini dapat memberikan manfaat yang baik dan memberikan kita inspirasi dalam menjalankan kehidupan kita.

Gan en.

Limk terkait :
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
 

Kamis, 12 April 2012

Kegiatan                          : BEDAH BUKU, HE QI : UTARA
Tema                              : “Ular Yang Keras Kepala”
Buku                               : Dharma Master Cheng Yen Bercerita Bagian I (Buddha dan para muridnya)
                                              Bab 4
Pembicara                        : Surya Lie shixiong
Lokasi                              : Jing Si Books & Café Pluit
Waktu                              : Kamis, 12 April 2012 Pkl 19:00-21:00
Jumlah Peserta                  : 27

Penyebab tabiat buruk seseorang
-  Kebiasaan masa lalu
setiap orang memiliki kebiasaan buruk.meski demikian, bukan berarti tidak bisa kita rubah.
-  Berteman dengan orang yang tidak baik
Bertemu dengan orang yang tidak baik sangat mempengaruhi tabiat seseorang, kondisi lingkungan juga sangat penting.
-  Berpikir secara negatif


Lalu bagaimana mengubah tabiat buruk menjadi baik?
-  Mempunyai sahabat spiritual yang baik
-  Mendengarkan ceramah, ikut bedah buku dll

Kebijaksanaan muncul melalui 4 hal, pendengaran, perenungan, meditasi, dan praktik




-  Berpikir secara positif
Untuk  bisa memunculkan pikiran positif disaat berada dalam kondisi yang tidak baik (bad       mood):
  • Pertama, kita harus rileks  karena dalam kondisi rileks badan menjadi lebih nyaman dan secara otomatis pikiran pun menjadi lebih nyaman.
  • Kedua, sebelum melakukan sesuatu renungkanlah apakah ini adalah hal yang baik/tidak untuk dilakukan akankah menimbukan efek baik itu yang baik/tidak untuk orang lain.
  • Berpikir secara positif harus dilakukan secara terus menerus

Sharing peserta:
  • Setiap manusia memiliki kelemahan yang berbeda – beda bisa saja kelemahan ada di keserakahan, ada di kebencian, ada di kebodohan, ada di kecurigaan, atau pun di kesombongan. Namun, yang lebih membahayakan adalah jika kita tidak menyadari apa tabiat buruk kita.
  • Saat berada dekat dengan teman yang baik secara tidak langsung itu akan mempengaruhi kita.
  • Segala sesuatu terjadi sesuai dengan jodohnya tidak ada yang salah melainkan hanya “keadaan” selalu bersyukur jangan sampai kita membuang cinta kasih hanya untuk menjadi benar.
  • Kita mungkin tidak bisa mengubah satu “keadaan” tapi kita bisa mengubah “pola pikir” kita

Mari bersama-sama kita  melatih diri meningkatkan kualitas diri yang lebih baik.

Gan En.
 
Link terkait
Artikel Kegiatan Bedah Buku
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku
 

Kamis, 05 April 2012

Kegiatan            : BEDAH BUKU HE QI UTARA

Tempat              : Jing Si book and cafe, Pluit.
Tema                 : Dharma Master Cheng Yen Bercerita 
                           Bagian 1, bab 2: Biksuni yang Hamil.
                           Bab 3: Sariputra Tidur Di Luar.
Pembicara         :  Djohan Kurnia Sx.
Waktu               : Kamis, 05 April 2012, Jam 19.00-21.00 WIB.
Jumlah peserta   : 27 orang

BAB 2 "Biksuni yang Hamil"

Dalam Bab 2 ini mengisahkan tentang ibunda biksu Kumara yang hamil pada saat memasuki perkumpulan sangha di zaman sang Buddha , ibunda Kumara mempunyai keinginan untuk menjadi biksuni dalam upayanya  mencari kebenaran, namun keinginannya ini di tentang oleh orang tuanya, kemudian dia berpikir di dalam keluarga hal utama haruslah berbakti kepada orang tua, jadi kemudian dia berpikir lagi tunggu setelah menikah mencari kesempatan yang baik untuk di utarakan kepada suaminya untuk menjadi biksuni. Kesempatan yang di tunggu akhirnya datang, suaminya dengan terpaksa melepaskan ibunda Kumara untuk menjadi biksuni, namun pada saat itu ibunda Kumara tidak menyadari bahwa dirinya telah hamil. Tujuan pertama ibunda Kumara membina diri adalah ke tempat perkumpulan sangha Devadatta, semakin hari perut ibunda Kumara semakin besar, karena Devadatta tidak memiliki kebijaksanaan,  dengan mengetahui ibunda Kumara hamil, maka Devadatta langsung mengusir ibunda Kumara, dengan bantuan dari biksuni yang lainnya ibunda Kumara kemudian menuju ke perkumpulan sangha sang Buddha Sakyamuni, ketika sang Buddha mengetahui kehamilan dari ibunda Kumara kemudian sang Buddha dengan bijaksana menganalisa permasalahan mengenai kehamilan ibunda Kumara, dan akhir di ketahui bahwa ibunda Kumara tidaklah bersalah, kehamilannya terjadi sebelum menjadi biksuni .  Akhirnya  Buddha pun menerima ibunda Kumara di perkumpulan sangha sang Buddha.


Dari cerita di atas para peserta memberikan pendapatnya masing – masing :

Po san sx
Ibunda Kumara sangat patuh kepada orang tua, Master  mengatakan ada 2 hal yang tidak dapat di tunda yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebajikan, di samping itu di mana ada tekad tentunya ada kekuatan. Ibunda Kumara memiliki tekad yang kuat untuk menjadi biksuni akhir ada kekuatan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu Jangan membuang cinta kasih menjadi benar , sekilas Devadatta itu benar telah mengusir ibunda Kumara namun demikian dia telah membuang cinta kasihnya, tetapi sang Buddha begitu bijaksana. Sang Buddha memandang setara semua makhluk, dan tidak meremahkan siapapun juga, penyebab meremehkan adalah kesombongan, ego, kurangnya informasi orang yang diremehkan, sang Buddha memiliki kebijaksanaan yang tinggi,  pada saat ibunda Kumara datang dengan keadaan hamil sang Buddha  mencari tahu dulu permasalahan yang di hadapi oleh ibunda Kumara dari situlah akhir sang Buddha mengetahui kebenarannya.


Indri sj
Menghadapi semua masalah dengan bijaksana.

Christine sj
Kita harus bijaksana melihat sesuatu, jangan  melihat sesuatu dari sampul tapi harus lihat hingga ke dalam. Sang Buddha  menghadapi segala sesuatu secara bijaksana maka kebenaran akan di dapat.

Mei Hui sj
Ibunda Kumara berbakti kepada orang tuanya, karena adanya niat dan kerisauan serta adanya panggilan untuk menjadi biksuni yang terus mengikuti ibunda Kumara maka begitu ada kesempatan ibunda Kumara melepaskan kehidupan duniawi walaupun suaminya tidak rela namun harus di terima.

Erli sj
 Mencari tahu dulu, menghadapi masalah apapun harus cari tahu dulu jangan  langsung bertindak, setelah tahu barulah  bertindak.

Syukur sx
Buddha sangat bijaksana dengan mengundang semua orang untuk membahas masalah ibunda Kumara sehingga tidak timbulnya gosip.

Fenny sj
Merupakan suatu jalan pada saat kesempatan itu ada.

Supardi sx
Dari muda sudah bertekad menjadi biksuni, kesabarannya  membuahkan hasil.

 Wahyuni sj
Sudah mempunyai  jalan untuk menjadi biksuni, ibunda Kumara tidak salah karena tidak menyadari dia hamil pada saat masuk perkumpulan sangha, Buddha tidak semena-mena menghakimi tapi mencari tahu akar         permasalahan, dalam segala hal tidak boleh semua hal di hadapi secara  emosional tapi dengan mempelajari  akar permasalahan itu, takdir tidak bisa di lawan tapi nasib bisa di rubah.


Dari semua sharing  peserta,  Djohan Kurnia sx (Pembicara)  menyimpulkan dalam ajaran buddha terdapat 6 paramitta (sifat – sifat kesempurnaan bodhisatva) yaitu :

-Dana paramita(kerelaan atau  keikhasan memberi)
-Sila paramita (mempraktekkan kebenaran)
-Khanti paramita (kesabaran)


Ilmu kesabaran lebih tinggi daripada belajar praktek kebenaran, yang  sudah benar di suruh sabar belum tentu tahan, pada saat ibunda Kumara yang  hamil di usir oleh Devadatta karena Devadatta tidak memiliki kesabaran sehingga tidak dapat melihat potensi yang di miliki oleh ibunda Kumara, namun biksuni ini yaitu ibunda Kumara tidak menyerah untuk terus melangkah menuju tempat perkumpulan sang Buddha, berkat bantuan dari seorang biksuni yang lain ibunda Kumara dapat sampai ke tempat sang Buddha, proses perjalanan biksuni yang hamil ini, terdapat  dukungan dan  semangat serta motivasi dari seorang biksuni  yang mengantarnya ke tempat sang Buddha.

Dalam ajaran Budha Dharma biksuni yang mengantarnya di sebut sebagai kalyanamitra  yaitu partner/sahabat  yang memberikan semangat pada saat putus asa dan memberikan jalan keluar, maka sampailah ibunda Kumara ke tempat sang Buddha.  Karena merupakan orang yg tercerahkan maka Budha bisa melihat siapa ibunda Kumara ini, tetapi Buddha tidak buru-buru melakukan sesuatu, namun melalui  proses sehinga tidak menimbulkan omongan/gosip inilah  sifat bijaksana  seorang Buddha.

Dalam hidup ini kalau kita ketemu jalan buntu seakan – akan ini susah dan tidak ada jalan keluar,  sering kali orang tidak sabar menunggu , maka pada waktu tidak sabar menunggu ini akan muncul bermacam -  macam rintangan  yang bisa menjadi siksaan dan penderitaan  bagi diri sendiri, namun jika kita mau menunggu semenit, sejam ataupun  kadangkala  harus menunggu bertahun- tahun untuk bersabar  maka kita akan mendapatkan jawaban atas semua masalah dalam hidup ini. Karena itu Devadatta tidak mempunyai kesabaran itu, tapi sang Buddha tahu bahwa di zaman itu manusia harus diberikan satu proses sehingga semua bisa menerima hal  tersebut, maka di lakukan sosial gathering di mana terdapat ada raja,umat pelindung Dharma kemudian dari cerita/ saksi mencari tahu serta investigasi hasil jawabannya adalah biksuni tersebut hamil sebelum menjadi biksuni sehingga masalah menjadi  terang.

Belajar kesabaran adalah satu jawaban atau kunci menuju jawaban, kita tidak selalu, kalau timbul kesulitan minta jawaban langsung, namun seringkali  waktu adalah kunci yang memberikan jawaban.  Karena terbukanya pemahaman kita seringkali harus lewat suatu proses waktu. Ada  pepatah Inggris mengatakan “Waktu lah yang menyembuhkan  semua macam luka”  terutama luka batin,  juga kebingungan kita.

Kesabaran lebih tinggi daripada praktek kebenaran karena memerlukan waktu,  kebenaran seringkali timbul keyakinan,  namun ada kesulitan  di mana kebenaran harus melalui proses sabar, sabar adalah tahap berikut setela h praktek kebenaran, inilah Khanti paramita, Devadatta adalah saudara Ananda sepupu Buddha, ia mempunyai  ambisi  yang berlebihan, apapun di lakukan untuk  mencapai tujuan, di satu sisi Devadatta merupakan pelukisan sifat dengki, tidak puas terhadap  sang Buddha, Namun di sini Devadatta  dapat di katakan sebagai penghalang sang Buddha, dari sisi Mahayana ada satu kontradiksi  bahwa Devadatta  adalah satu bodhisatva terhadap kesempurnaan daripada  pencerahan batin Buddha, Devadatta banyak  meberikan  tantangan dan rintangan serta kesulitan kepada sang Buddha sehingga  membawa Buddha mencapai tingkat pencerahannya yang lebih tinggi.  Satu hal yang sulit adalah satu penderitaan bagi kita, dari kacamata Mahayana kesulitan membuat kita menjadi kuat,  kesulitan juga membuat kita menjadi tabah,  sabar. Kalau kita  tidak bisa melewati kesulitan maka yang terjadi adalah bunuh diri, kesulitan harus di lihat dari banyak aspek,  dalam pemahaman mahayana, kesulitan  merupakan salah satu tangga yang  membawa kita menuju ke lebih tinggi,  tapi bisakah kita sabar?

 Belajar  sabar  tidaklah  mudah, sabar  membawa kita pada jalan keluar, yang merupakan kunci yang penting  dan jawaban  serta  pemahaman. Banyak hal yang bisa di tingkatkan kalau mau bersabar, jika  tidak bisa sabar jangan  harap dapat lahir di alam dewa.  Karena di alam dewa 1 siklus hari kira – kira 50 tahun alam manusia.  Belajarlah bersabar untuk lebih tabah dalam menghadapi segala masalah dan rintangan yang  terjadi dalam hidup kita.


BAB 3 "Sariputra Tidur di Luar"

Mengisahkan tentang perjalanan sang Buddha pada saat akan memberikan bimbingan Dharma ke Sravasti, di mana ketika hampir senja rombongan sang Buddha beristirahat di sebuah pondok. Namun di malam hari Buddha mengetahui salah satu murid utamanya Sariputra tidak mendapatkan tempat tidur di pondok sehingga mengharuskan Sariputra duduk dan tidur di bawah batang pohon, menahan dingin yang menusuk di luar. Keesokan harinya sang Buddha mengumpulkan para siswanya dan bertanya “mengapa kalian semua saling ingin bersaing  mendapatkan tempat duduk yang pertama semalam? Kita semua harus saling menghormati. Tahukah kalian siapa di antara kalian yang paling layak mendapatkan tempat duduk, minum, menerima persembahannya pertama kali?”  semua siswa sang Buddha menjawab yang berbeda – beda namun semuanya salah. Kemudian sang Buddha memberikan wejangan bahwa “Semua orang yang melatih diri adalah setara tanpa adanya perbedaan kelas. Bukan yang bisa di lampaui oleh aliran spiritual dan kekuatan batin yang bisa duduk di tempat pertama, namunlah haruslan saling menghormati dan mengalah sehingga menciptakan keindahan dalam kelompok”. Yang harus di hormati adalah biksu senior karena merekalah yang telah lebih maju dan tekun secara spiritual, dan orang yang mampu menjaga hati  dan menyebarkan ajaran Buddhalah yang layak duduk, minum dan menerima persembahan pertama kalinya. Dalam cerita ini ajaran Buddha mengajarkan agar kita “melenyapkan ketamakan”. Apabila setiap orang dapat mawas diri sedikit saja, maka kehidupan akan menjadi bahagia.

Menurut Djohan sx, dari kisah di atas sang Buddha memberikan pelajaran mengenai Tata krama yaitu Vinaya (Kode Etik kehidupan Kebiksuan). Waktu zaman sang Buddha belum terdapat catatan tertulis mengenai  vinaya, pada saat Buddha menanyakan siapakah yang paling layak mendapatkan tempat pertama, dari semua siswanya terdapat 3 macam pemikiran yaitu :
  1. Yang di dahului adalah biksu dari kasta ksatria (bangsawan, raja, penguasa, jendral)
  2. Yang di dahului adalah biksu dari Kasta brahmana (kasta pendeta)
  3. Yang di dahului adalah biksu yang belajar melatih kekuatan batinnya yang lebih maju.
Semuanya masuk akal, tapi sang Buddha menjawab semuanya tidak benar, justru ajaran sang Buddha ingin membebaskan dari adanya kasta – kasta, ajaran sang Buddha sudah terbebas dari adanya kasta. Sedangkan Orang yang melatih bertahun – tahun dengan prilaku yang bagus. Dan memiliki kesaktian yang tinggi  belum tentu bersih, justru sangat berbahaya karena kesaktian akan  dianggap benar, sehingga akan menyesatkan orang.  Kekacauan terjadi bukan karena orang bodoh namun banyaknya orang  pintar, tetapi yang di butuh di sini adalah orang yang memiliki moralitas yang baik. Urutan pertama yang layak adalah biksu paling senior yang  sudah belajar ajaran sang Buddha dengan benar, yang  zaman sekarang di sebut masa vasa.

Maka sejak saat itu urutan dari fasilitas di mulai dari biksu senior dan mempraktekkan masa vasa yang paling banyak yang layak dapat urutan pertama. Sariputra merupakan salah satu dari 10  murid sang Buddha yang telah mencapai tingkat arahat dengan kebijaksanaan paling tinggi.

Anathapindika merupakan murid Buddha golongan perumah tangga, yang banyak memberikan dukungan terhadap perkembangan ajaran Buddha dalam membabarkan Dharmanya. Menjelang  ajalnya Anathapindika  di berikan bimbingan Dharma dari Sariputra mengenai kebenaran tertinggi bukanlah di kekayaan, dari situlah ia merasa tercerahkan dan timbul satu permintaan kepada Buddha bahwa kebiasaan di zaman itu umat yang belajar Buddha Dharma atau kebenaran tertinggi selalu di ajarkan kepada para biksu, namun Anathapindika memohon agar kebenaran tertinggi tidak hanya di ajarkan kepada biksu namun dapat di ajarkan kepada umat biasa, sehingga sebagian dari mereka mendapat manfaat. Dari permintaan Anathapindikalah kita dapat mengenal Buddha Dharma hingga sekarang.

Gan En.

Link terkait
Undangan Final Kegiatan Bedah Buku
Undangan Draft Kegiatan Bedah Buku